Oleh: Dr. Edy Purwo Saputro, MSi
Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Solo
Malioboro tanpa PKL pastinya “hampa”, sementara PKL di Malioboro identik dengan etalase batik dengan berbagai keberagaman motif, corak dan warnanya sehingga secara tidak langsung menjelaskan keunikan batik dan Malioboro itu sendiri. Oleh karena itu, ketika relokasi PKL Malioboro ke Teras Malioboro menjadi catatan menarik. Argumen yang mendasari karena PKL menjadi daya magis Malioboro dan identifikasi Malioboro sendiri tidak bisa terlepas dari hiruk pikuk PKL.
Artinya pengembalian peran trotoar di sepanjang Malioboro sejatinya memang benar adanya meski di sisi lain relokasi PKL di Teras Malioboro juga diharapkan tidak meredupkan daya magis Malioboro, termasuk juga tidak mereduksi daya tarik wisatawan untuk datang berkunjung ke Malioboro. Hal ini tidak bisa terlepas dari pencitraan bahwa Jogja identik dengan Malioboro.
Relokasi PKL ke Teras Malioboro secara tidak langsung juga berdampak terhadap peran dan eksistensi batik yang dijual mayoritas PKL Malioboro. Padahal, batik oleh Unesco sejak 2 Oktober 2009 lalu ditetapkan sebagai warisan budaya Indonesia. Jika dicermati proses penetapannya tidak mudah dan butuh proses panjang sehingga ini perlu apresiasi terhadap batik itu sendiri. Cinta batik bukan sekedar seremonial belaka karena sejatinya juga mengacu cinta produk dalam negeri.
Cinta batik sangat bermakna karena tidak saja memacu geliat ekonomi bisnis, terutama terkait pengembangan produk lokal berbasis kearifan lokal tetapi juga stimulus perekonomian domestik. Selaras ide cinta produksi dalam negeri dan bangga mengkonsumsinya maka Jogja berkepentingan dengan produk batik. Oleh karena itu, relokasi PKL di Teras Malioboro diharapkan tidak memudarkan penjualan batik sebagai salah satu ciri khas Jogja dan Indonesia pada umumnya.
Jogja sebagai Kota Batik berkepentingan menyajikan berbagai atraksi berbasiskan batik yang tidak lain dimaksudkan memasarkan batik made in Jogja ke pasar lokal, nasional dan global. Terkait hal ini, cinta produk lokal dan bangga mengkonsumsinya diharapkan mampu memacu branding dan pemasaran batik made in Jogja pada khususnya dan batik Indonesia pada umumnya. Relevan dengan ini maka di era Otda daerah dituntut memacu produk unggulan dan sejatinya era Otda memberi peluang daerah berkembang, terutama produk lokal berbasis kearifan lokal. Jadi, komitmen mengembalikan fungsi trotoar dan relokasi PKL ke Teras Malioboro diharapkan tidak mematikan batik made in Jogja pada khususnya dan batik nasional umumnya, termasuk esensinya membangkitkan kecintaan produk dalam negeri, produk domestik dan juga produk ndeso lainnya.
Sejatinya seruan cinta produk dalam negeri dan bangga mengkonsumsinya terkait juga dari komitmen pemerintah melalui Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI) 2021 yang resmi diluncurkan untuk mengajak masyarakat membeli dan memakai produk lokal buatan UMKM. Peluncuran Gernas BBI dilakukan di tiga tempat, yaitu Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bandara Yogyakarta International Airport, dan Bandara Internasional Soekarno-Hatta Senin 11 Januari 2021 lalu. Esensinya bisa memacu spirit bangkit dan tangguh pasca pandemi, termasuk memacu kinerja produk unggulan lokal agar berdaya saing, meskipun tetap mempertimbangkan kearifan lokal dan kesejahteraan masyarakat.
Batik menjadi salah satu produk lokal yang prospektif dikembangkan. Selain itu industri batik yang bersifat padat karya merupakan salah satu potret industri kreatif yang layak diberdayakan. Eksistensi batik harus dapat menjadi momentum mewujudkan komitmen kampanye cinta produk dalam negeri. Pengembangan batik sebagai salah satu industri kreatif memang dimungkinkan karena daya saing batik dan nilai jual yang dihasilkan, belum lagi mata rantai dari perkembangan industri batik yang bersifat padat karya dan implikasinya terhadap geliat ekonomi lokal.
Oleh karena itu, paten produk batik perlu diperhatikan agar tidak mudah dicuri. Dalam kompetisi global, paten menjadi salah satu kunci pemasaran sehingga paten batik menjadi penting. Hal ini juga harus dilakukan industri batik di tanah air agar motif batik tidak hilang diakui negara lain. Jadi relokasi PKL di Teras Malioboro diharapkan tidak mematikan batik made in Jogja.
Oleh : Tasya Nanda Syafitri, Pemerhati Sosial dan Budaya Upaya pemerintah dalam memberantas praktik Judi Daring menunjukkan…
Oleh: Wahyu Gunawan, Peneliti Ekonomi dan Pembangunan Pembangunan tanggul laut di sepanjang pantai utara Jawa mulai dilakukan secara bertahap sebagai…
Oleh: Silvia AP, Pengamat Perkoperasian Pemerintah terus berkonsolidasi terkait langkah-langkah strategis untuk memperkuat peran Koperasi Merah Putih sebagai…
Oleh : Tasya Nanda Syafitri, Pemerhati Sosial dan Budaya Upaya pemerintah dalam memberantas praktik Judi Daring menunjukkan…
Oleh: Wahyu Gunawan, Peneliti Ekonomi dan Pembangunan Pembangunan tanggul laut di sepanjang pantai utara Jawa mulai dilakukan secara bertahap sebagai…
Oleh: Silvia AP, Pengamat Perkoperasian Pemerintah terus berkonsolidasi terkait langkah-langkah strategis untuk memperkuat peran Koperasi Merah Putih sebagai…