NERACA
Jakarta - Di tahun 2020, PT Indika Energy Tbk (INDY) mencatatkan rugi bersih sebesar US$ 117,54 juta atau membengkak dibanding akhir tahun 2019 yang mencatatkan rugi bersih sebesar US$ 18,16 juta. Akibatnya, rugi per saham dasar memburuk menjadi US$ 0,0226 dibandingkan akhir tahun 2019 yang mencatatkan rugi per saham senilai US$ 0,0035. Informasi tersebut disampaikan perseroan dalam laporan keuangan yang dipublikasi di Jakarta, kemarin.
Sementara pendapatan bersih tahun 2020 tercatat sebesar US$ 2,077 miliar atau turun 25,34% dibanding tahun 2019 yang tercatat sebesar US$ 2,782 miliar. Tapi beban pokok penjualan tercatat sebesar US$ 1,823 miliar atau turun 22,59% dibanding tahun 2019 sebesar US$ 2,355 miliar. Akibatnya, laba kotor turun 40,61% menjadi US$ 253,87 juta. Sedangkan pada sisi ekuitas tercatat sebesar US$ 867,29 juta atau turun 17,03% dibanding akhir tahun 2019 yang tercatat sebesar US$ 1,045 miliar.
Adapun total kewajiban tercatat sebesar US$ 2,626 miliar atau tumbuh 2,17% dibanding akhir tahun 2019 yang tercatat sebesar US$ 2,570 miliar. Hasilnya, aset perseroan tercatat sebesar US$ 3,493 miliar atau turun 3,4% dibanding akhir tahun 2019 yang tecatat sebesar US$ 3,616 miliar. Kemudian arus kas diperoleh dari aktivitas operasi tercatat sebesar US$ 122,68 juta atau turun 21,79% dibanding akhir tahun 2020 yang tercatat sebesar US$ 156,09 juta.
Direktur Keuangan INDY, Retina Rosabai pernah bilang, hingga akhir tahun 2020 diekspektasikan tidak akan berbalik untung walaupun dua bulan terakhir harga batu bara sudah membaik. “Kenaikan harga batu bara tidak bisa langsung dihitung menjadi harga jual saat ini juga karena kita punya kontrak-kontrak dari bulan sebelumnya, “ujarnya.
Kendati demikian, perseroan mencatatkan produksi batu bara dua anak usaha akan melampau target awal. Dimana dari anak usaha Kideco Jaya Agung sampai dengan akhir tahun mencapai 33 juta ton dari target awal hanya 29 juta ton dan sedangkan dari PT Multi Tambangjaya Utama sebesar 1,2 juta hingga 1,3 juta ton.
Selanjutnya, dia juga menyampaikan bahwa target produksi Kideco Jaya Agung tahun 2021 sebesar 30 juta ton batu bara dan Multi Tambangjaya Utama sekitar 1,4 juta ton. Untuk tahun ini, perseroan membidik produksi batubara hingga 31,4 juta ton. Produksi itu berasal dari dua anak usahanya, yakni PT Kideco Jaya Agung dan Multi Tambangjaya Utama (MUTU).
Kata Retina, berdasarkan persetujuan yang diberikan oleh Kementerian ESDM, rencana produksi batubara Kideco pada tahun 2021 sekitar 30 juta ton. Sedangkan untuk MUTU berada di angka 1,4 juta ton. Kemudian dalam memacu pertumbuhan bisnisnya, perseroan terus melakukan diversifikasi portofolio bisnis di luar sektor batu bara. Dimana perseroan menargetkan sektor non batu bara dapat berkontribusi hingga 50% terhadap pendapatan keseluruhan pada 2025.
Wakil Direktur Utama Indika Energy ,Azis Armand mengatakan bahwa perseroan tetap berkomitmen untuk bertransformasi menjadi perusahaan yang tidak hanya berfokus pada bisnis batu bara dan sektor terkait, kendati tahun ini dibayangi banyak tantangan bisnis akibat pandemi Covid-19. Dia menjelaskan bahwa diversifikasi itu tidak hanya terbatas dilakukan perseroan secara holding tapi juga menjadi strategi usaha oleh entitas anak perusahaan, seperti PT Petrosea Tbk. (PTRO) yang juga didorong untuk aktif eksplorasi mengambil kontrak kerja konstruksi di luar sektor batu bara.
NERACA Jakarta – Adopsi obligasi di pasar sekunder di Indonesia masih tergolong rendah, terutama akibat kurangnya pemahaman investor…
NERACA Jakarta -Emiten produsen kemasan plastik, PT Panca Budi Idaman Tbk (PBID) membidik penjualan sebesar Rp5,78 triliun pada 2025. Target…
NERACA Jakarta – Tahun ini, PT Indonesian Tobacco Tbk. (ITIC) menargetkan pertumbuhan pendapatan hingga 10% di tengah tantangan penurunan daya…
NERACA Jakarta – Adopsi obligasi di pasar sekunder di Indonesia masih tergolong rendah, terutama akibat kurangnya pemahaman investor…
NERACA Jakarta -Emiten produsen kemasan plastik, PT Panca Budi Idaman Tbk (PBID) membidik penjualan sebesar Rp5,78 triliun pada 2025. Target…
NERACA Jakarta – Tahun ini, PT Indonesian Tobacco Tbk. (ITIC) menargetkan pertumbuhan pendapatan hingga 10% di tengah tantangan penurunan daya…