Laba Bersih Mitrabara Adiperdana Terkoreksi 22,16%

NERACA

Jakarta – Di tahun 2020, emiten pertambangan PT Mitrabara Adiperdana Tbk (MBAP) mencatatkan laba bersih US$ 27,467 juta atau turun 22,16% dibanding akhir tahun 2019 yang mencatatkan laba bersih sebesar US$ 35,287 juta. Akibatnya, laba per saham dasar turun menjadi US$ 0,022 dibandingkan akhir tahun 2019 yang laba per saham US$ 0,029. Informasi tersebut disampaikan perseroan dalam laporan keuangan telah audit di Jakarta, kemarin. 

Sementara total pendapatan sepanjang tahun 2020 tercatat sebesar US$ 201,2 juta atau turun 22,69% dibanding tahun 2019 yang tercatat sebesar US$ 260,8 juta. Tapi, beban pokok pendapatan tercatat sebesar US$ 134,2 juta atau turun 20,7% dibanding akhir tahun 2019 yang tercatat sebesar US$ 169,4 juta. Sehingga laba kotor turun 27,47% menjadi US$ 66,989 juta.  

Sedangkan pada sisi ekuitas tercatat sebesar US$ 138,22 juta atau turun 4,82% dibanding akhir tahun 2019 yang tercatat sebesar US$ 145,64 juta. Adapun total kewajiban tercatat sebesar US$ 43,752 juta, atau turun 6,68% dibanding akhir tahun 2019 yang tercatat sebesar US$ 46,886 juta. Hasilnya, aset perseroan tercatat sebesar US$ 181,97 juta atau turun 5,72% dibanding akhir tahun 2019 sebesar US$ 192,52 juta.

Kemudian arus kas diperoleh dari aktivitas operasi tercatat sebesar US$ 44,616 juta atau turun 13,96% dibanding akhir tahun 2020 tercatat sebesar US$ 51,86 juta. Tahun ini, perseroan menargetkan penjualan sama dengan target produksi batu bara perseroan sebanyak 3,5 juta ton. Target produksi tersebut lebih rendah dibandingkan rencana kerja yang dicanangkan pada 2020 sebanyak 4 juta ton.

Direktur Keuangan Mitrabara Adiperdana, Eric Rahardja pernah bilang, kondisi pasar batu bara masih bervolatilitas tinggi sehingga perseroan menyiapkan diri untuk skenario terburuk.”Kami menargetkan [penjualan] di level produksi Mitrabara pada level 3,5 juta ton untuk 2021,” kata Eric. Pada akhir 2020 ini, lanjut Eric, perseroan telah mengamankan kontrak penjualan sebanyak 1 juta ton batu bara untuk kuartal I/2021. Saat ini, MBAP disebut tengah dalam proses tender untuk mengisi kontrak penjualan pada kuartal II/2021 dan kuartal III/2021.

Adapun, jangka waktu dari kontrak pengiriman batu bara yang digenggam MBAP biasanya spot hingga jangka menengah atau sekitar 3 bulan hingga 1 tahun. Lebih lanjut, sebagian besar kontrak pengiriman yang didapatkan MBAP berasal dari pasar ekspor dengan negara tujuan utama a.l. Korea Selatan, China, Taiwan, dan Malaysia. Berbeda dengan 2019, Eric menunjukkan porsi pengiriman ke China pada 2021 akan menyaingi pengiriman ke Korea Selatan sekitar 30%. Pasalnya, perseroan tengah menangkap peluang isu batu bara Australia yang tertahan masuk ke China.

BERITA TERKAIT

Gelar Private Placement - Acset Indonusa Bidik Dana Segar Rp500 Miliar

NERACA Jakarta – Perkuat struktur permodalan guna mendanai ekspansi bisnisnya, PT Acset Indonusa Tbk (ACST) bakal menambah modal lewat skema…

20 Ribu Pengunjung Semarakkan Digiland 2025

Mengulang kesuksesan di tahun sebelumnya, TelkomGroup kembali menyelenggarakan Digiland 2025, perhelatan tahunan yang menjadi wadah kolaborasi teknologi, olahraga, edukasi, hingga…

Prodia Siapkan Rp200 Miliar Buyback Saham

NERACA Jakarta – Jaga pertumbuhan harga saham di pasar, PT Prodia Widyahusada Tbk. (PRDA) menyiapkan dana senilai maksimal Rp200 miliar…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Gelar Private Placement - Acset Indonusa Bidik Dana Segar Rp500 Miliar

NERACA Jakarta – Perkuat struktur permodalan guna mendanai ekspansi bisnisnya, PT Acset Indonusa Tbk (ACST) bakal menambah modal lewat skema…

20 Ribu Pengunjung Semarakkan Digiland 2025

Mengulang kesuksesan di tahun sebelumnya, TelkomGroup kembali menyelenggarakan Digiland 2025, perhelatan tahunan yang menjadi wadah kolaborasi teknologi, olahraga, edukasi, hingga…

Prodia Siapkan Rp200 Miliar Buyback Saham

NERACA Jakarta – Jaga pertumbuhan harga saham di pasar, PT Prodia Widyahusada Tbk. (PRDA) menyiapkan dana senilai maksimal Rp200 miliar…

Berita Terpopuler