Pemerintah Sinergikan Kemenperin dan Kementan

NERACA

Jakatara - Pemerintah terus berupaya mengoptimalkan hasil pertanian dalam negeri agar memiliki nilai tambah, serta mampu menjadi penopang industri nasional. Guna mendorong upaya tersebut, dilakukan sinergi antara Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dan Kementerian Pertanian (Kementan) yang dituangkan dalam Memorandum of Understanding (MoU) atau nota kesepahaman.

“Tujuan ditandatanganinya nota kesepahaman ini untuk menyinergikan tugas dan fungsi kedua lembaga dalam mendukung pembangunan serta pengembangan agroindustri,” kata Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Abdul Rochim.

Rochim mengatakan, ruang lingkup kesepakatan bersama meliputi peningkatan produksi, peningkatan mutu, nilai tambah, dan daya saing produk pertanian sebagai bahan baku industri, peningkatan kompetensi sumber daya manusia (SDM), peningkatan jejaring kemitraan usaha pertanian dengan industri, pertukaran data dan informasi, sinergi regulasi dan standar dalam pengembangan, serta pembangunan agribisnis dan agroindustri.

“Industri agro merupakan subsektor industri pengolahan nonmigas yang mempunyai peranan penting dan strategis dalam perekonomian nasional, sehingga kinerjanya harus dioptimalkan,” tutur Rochim.

Menurut Rochim, bila dilihat dari kontribusi ekspor, industri agro mempunyai peranan yang penting dalam nilai pengapalan industri pengolahan non-migas. “Meskipun dalam kondisi pandemi Covid-19, pada periode Januari-Agustus 2020, total nilai ekspor industri agro mencapai USD29,27 miliar atau 35,36% terhadap ekspor industri pengolahan non-migas sebesar USD82,76 miliar,” ujar Rochim.

Sedangkan nilai impor pada periode tersebut mencapai USD9,87 miliar atau 13% terhadap impor industri pengolahan non-migas (USD75,97 miliar). “Dari nilai tersebut, lebih dari 70% merupakan impor bahan baku dan bahan penolong untuk memenuhi kebutuhan produksi industri agro dalam negeri,” sebut Rochim.

Rochim mencontohkan, kebutuhan bahan baku industri susu yang setara susu segar jumlahnya sekitar 4 juta ton. Kebutuhan tersebut baru dapat dapat dipenuhi oleh bahan baku dalam negeri sebesar 20% atau 0,9 juta ton. Sisanya sebanyak 3,1 juta ton atau 80% dalam bentuk skim milk powder, whole milk powder, anhydrous milk fat, butter milk powder, dan whey masih diperoleh melalui impor.

Kemudian, kebutuhan gula berbasis tebu baik untuk konsumsi maupun industri sekitar 6 juta ton per tahun. Adapun kemampuan produksi industri gula dalam negeri 2,2 juta ton per tahun yang umumnya digunakan sebagai gula konsumsi. Sehingga, kebutuhan gula industri, baik sebagai bahan baku gula rafinasi maupun industri, sebesar 3,25 juta ton masih diimpor dalam bentuk raw sugar.

Selanjutnya, jenis-jenis industri agro yang masih bergantung pada bahan baku impor antara lain biji kakao mencapai 235 ribu ton/tahun, tembakau jenis Virginia, Oriental, dan Burley sebesar 131 ribu ton/tahun, gandum mencapai 12,3 juta ton/tahun, teh hitam 10,9 ribu ton/tahun, daging hingga 166 ribu ton/tahun, serta buah-buahan dan sayuran mencapai 40,9 ribu ton/tahun.

“Bisa dilihat, masih banyak bahan baku dan bahan penolong industri agro yang diimpor. Sehingga, harapannya kerja sama strategis antara Kemenperin dengan Kementan mampu meningkatkan pemenuhan bahan baku industri, peningkatan nilai tambah di dalam negeri, dan peningkatan daya saing industri nasional, khususnya dalam memasuki pasar ekspor,” imbuh Rochim.

Bahkan sebelumnya, Menteri Pertanian  Syahrul Yasin Limpo meminta sinergitas antar pemerintah daerah terus ditingkatkan. Langkah tersebut perlu dilakukan untuk memastikan kebutuhan pangan masyarakat tetap dalam kondisi aman dan terkendali.

Apalagi, pemerintah saat ini sudah melakukan intervensi pupuk subsidi, serta menyediakan benih unggul yang dapat berakibat pada naiknya angka produksi tahun depan.

"Saya berharap seluruh bupati, walikota, gubernur sampai dengan kepala desa dan lurah segera mempersiapkan stok pangan di daerahnya masing-masing. Yang paling penting ketersediaan stok pangan harus dimulai dari rumah tangga dulu. Sehingga ketika ada kejadian apapun setiap keluarga bisa memenuhi pangannya sendiri," kata Syahrul.

Menurut Syahrul, pemerintah juga telah memastikan bahwa kebutuhan pangan akhir tahun mendatang dalam kondisi aman. Kepastian tersebut dihitung dari masa produksi awal tahun lalu, serta adanya gerakan cepat bertanam dari semua pihak, termasuk para petani di seluruh Indonesia.

"Kita lakukan percepatan tanam sekaligus memupuk lahan sesuai permintaan yang ada. Karenanya sekarang sedang siapkan Musim Tanam 1 2020 ke 2021,"  jelas Syahrul.

Sebagai informasi, produksi pangan yang ada saat ini mencapai kurang lebih 31 juta ton. Angka tersebut bahkan memiliki angka over stock hingga berada di kisaran 7 juta ton.

Di sisi lain Kementan mulai Oktober 2020 ini juga sudah menyiapkan bahan pokok untuk kebutuhan tahun 2021. Diperkirakan nantinya ada sekitar 17 juta ton beras yang dipanen pada Maret 2021.

Pemerintah juga terus menyiapkan 11 kebutuhan bahan pokok seperti komoditas beras, jagung, bawang merah, bawang putih, cabai besar, cabai rawit, daging sapi atau kerbau, daging ayam ras, telur ayam ras, gula pasir, dan minyak goreng.

BERITA TERKAIT

Proyek CO2 Reduction Tingkatkan Kapasitas Produksi Energi Indonesia

NERACA Indramayu – Deputi Eksploitasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Taufan Marhaendrajana,…

Pemerintah Ambil Langkah Nyata Cegah PHK di Industri Padat Karya

NERACA Jakarta - Pemerintah terus memperkuat stabilitas sektor industri padat karya melalui deregulasi dan perlindungan tenaga kerja guna mencegah potensi…

Kembangkan Sentra IKM Wastra di Pelosok Tanah Air

NERACA Jakarta – Industri wastra atau kain tradisional Indonesia seperti batik dan tenun sangat erat kaitannya dengan perkembangan industri fesyen…

BERITA LAINNYA DI Industri

Proyek CO2 Reduction Tingkatkan Kapasitas Produksi Energi Indonesia

NERACA Indramayu – Deputi Eksploitasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Taufan Marhaendrajana,…

Pemerintah Ambil Langkah Nyata Cegah PHK di Industri Padat Karya

NERACA Jakarta - Pemerintah terus memperkuat stabilitas sektor industri padat karya melalui deregulasi dan perlindungan tenaga kerja guna mencegah potensi…

Kembangkan Sentra IKM Wastra di Pelosok Tanah Air

NERACA Jakarta – Industri wastra atau kain tradisional Indonesia seperti batik dan tenun sangat erat kaitannya dengan perkembangan industri fesyen…