NERACA
Jakarta – Emiten properti PT Megapolitan Development Tbk (EMDE) menorehkan penurunan kinerja keuangan di kuartal tiga. Dimana perseroan mencatatkan rugi bersih tahun berjalan sebesar Rp51,34 miliar atau memburuk dibanding kuartal tiga 2019 yang mencatatkan laba bersih sebesar Rp4,464 miliar. Informasi tersebut disampaikan perseroan dalam laporan keuangan yang dipublikasikan di Jakarta, kemarin.
Sementara penjualan bersih pada akhir kuartal tiga tahun 2020 tercatat sebesar Rp63,73 miliar atau turun 52,27% dibanding periode yang sama tahun 2019, yang tercatat sebesar Rp132,48 miliar. Tapi beban pokok penjualan tercatat sebesar Rp38,48 miliar atau turun 26,87% dibanding akhir kuartal tiga 2019 yang tercatat sebesar Rp52,62 miliar.
Sehingga perseroan membukukan laba kotor pada akhir kuartal III 2020 sebesar Rp25,24 miliar, atau turun 68,35% dibandingkan dengan akhir kuartal III 2019, yang mencatat laba kotor Rp79,86 miliar. Selain itu, pada sisi ekuitas tercatat senilai Rp720,69 miliar atau tumbuhn 6,68% dibanding akhir tahun 2019, yang tercatat sebesar Rp772,23 miliar.
Kemudian kewajiban perseroan tercatat sebesar Rp1,487 triliun atau mengalami peningkatan 8,46% dibanding akhir tahun 2019, yang tercatat sebesar Rp1,371 triliun. Adapun aset perseroan tercatat senilai Rp2,208 triliun atau tumbuh 3,033% dibanding akhir tahun 2019, yang tercatat senilai Rp2,143 triliun. Selanjutnya, kas bersih diperoleh dari aktivitas operasi tercatat Rp1,162 miliar atau memburuk dibandingkan akhir tiga 2019 yang tercatat minus Rp43,54 miliar.
Mempertimbangkan dampak pandemi Covid-19, perseroan membuka kemungkinan untuk melakukan revisi target marketing sales tahun 2020. Wakil Direktur Keuangan Megapolitan Development, Ouw Desiyanti seperti dikutip kontan pernah bilang, dampak Pandemi Covid-19 cukup signifikan memengaruhi bisnis properti, terutama di segmen permintaan (demand). Dia juga memastikan, perusahaan tidak akan meluncurkan proyek dan produk baru hingga akhir 2020. "Semester II kami tidak meluncurkan proyek baru karena saat ini kondisi market sangat drop sehingga kurang tepat jika meluncurkan produk baru," ujar Desiyanti.
Hal tersebut tercermin dari penjualan Cattleta di Cinere yang telah diluncurkan pada semester I. Produk baru ini berkontribusi hanya sebesar 14% terhadap marketing sales perusahaan. Desiyanti menilai, target marketing sales yang ditetapkan sudah tidak tepat lagi mengingat perekonomian sedang terguncang akibat pandemi Covid-19. Hal itu karena target dibuat sebelum pandemi Covid-19 menyebar di Indonesia. "Namun untuk revisi target belum kami rumuskan, kami masih wait and see terhadap daya beli masyarakat," imbuh dia.
Dengan kondisi saat ini, EMDE juga masih menahan untuk menambah cadangan lahan baru. Berdasarkan materi paparan publik, EMDE memiliki lahan seluas 270 hektar yang tersebar di tiga lokasi, Bogor seluas 222 hektar, Cinere seluas 47,26 hektar, dan Karawaci seluas 9.148 meter persegi.
Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT Sinergi Inti Andalan Prima Tbk (INET) menyampaikan rencana strategis kedepannya. Perseroan melalui anak usahanya PT Internet…
NERACA Jakarta – Adopsi obligasi di pasar sekunder di Indonesia masih tergolong rendah, terutama akibat kurangnya pemahaman investor…
NERACA Jakarta -Emiten produsen kemasan plastik, PT Panca Budi Idaman Tbk (PBID) membidik penjualan sebesar Rp5,78 triliun pada 2025. Target…
Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT Sinergi Inti Andalan Prima Tbk (INET) menyampaikan rencana strategis kedepannya. Perseroan melalui anak usahanya PT Internet…
NERACA Jakarta – Adopsi obligasi di pasar sekunder di Indonesia masih tergolong rendah, terutama akibat kurangnya pemahaman investor…
NERACA Jakarta -Emiten produsen kemasan plastik, PT Panca Budi Idaman Tbk (PBID) membidik penjualan sebesar Rp5,78 triliun pada 2025. Target…