Kinerja Sektor Tekstil Terus Dipacu

NERACA

Jakarta – Pemerintah dalam hal ini Kementerian Perindustrian (Kemenperin) aktif memfasilitasi pemberian mesin dan peralatan produksi bagi pelaku industri kecil menengah (IKM). Program ini diyakini dapat meningkatkan produktivitas dan daya saing, terlebih di tengah dampak pandemi Covid-19.

“Guna merespons kondisi saat ini, pelaku IKM perlu meningkatkan daya saingnya, baik melalui peningkatan kualitas ataupun standar produk yang dipersyaratkan oleh buyers dengan didukung sistem manajemen produksi yang efisien,” kata Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin Gati Wibawaningsih di Jakarta.

Oleh karena itu, Ditjen IKMA Kemenperin telah menyerahkan bantuan mesin dan peralatan produksi kepada Unit Pelaksana Teknis (UPT) Tekstil Majalaya. Mesin dan peralatan tersebut, antara lain berupa High Speed Assembly Winder Machine, Short Fiber Two-For-One Twister, dan Twist Tester Electric Machine.

 Gati berharap, “kami berharap, adanya fasilitasi ini, dapat mengoptimalkan pelayanan UPT Tekstil Majalaya sehingga bisa memenuhi kebutuhan para pelaku IKM TPT Majalaya dan sekitarnya.”

Apalagi, Gati memngakui, sektor industri tekstil dan produk tekstil (TPT) merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian nasional.

“Selama ini, industri TPT adalah penyerap tenaga kerja yang banyak dan penghasil devisa yang signfikan sehingga sektor ini masih menjadi andalan,” jelas.

Terbukti, berdasarkan catatan Kemenperin, kinerja ekspor industri TPT sepanjang tahun 2019 mencapai USD12,89 miliar dan pada periode Januari-Juli tahun 2020 telah menembus hingga USD6,15 miliar.

Dari data tersebut, Gati mengemukakan, pelaku industri TPT di tanah air sangat berjuang keras dalam memperjuangkan keberlangsungan usahanya di tengah dampak pandemi Covid-19. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada triwulan II tahun 2020, industri TPT memberikan kontribusi terhadap PDB sektor industri pengolahan nonmigas sebesar 6,93 persen.

“Sedangkan untuk kontribusi terhadap PDB ekonomi, industri TPT menempati urutan keempat kontributorl terbesar, yang mencapai 1,24 persen,” jelas Gati.

Gati pun menjelaskan, adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), membawa dampak pada usaha sektor industri TPT. “Sejumlah toko tekstil tutup sehingga mengurangi permintaan produksi di pabrik,” jelas Gati.

Oleh karenanya, Gati menegaskan, pihaknya bertekad memberikan pendampingan kepada para pelaku industri TPT khususnya yang berskala IKM agar usahanya dapat terus bertahan di era pandemi dan adaptasi kebiasaan baru saat ini.

“Kami selaku pembina IKM telah melaksanakan berbagai kegiatan dan fasilitasi agar para IKM tersebut mampu bertahan di masa sekarang. Berbagai kegiatan yang telah dilaksanakan, antara lain adalah penumbuhan wirausaha baru, fasilitasi mesin dan peralatan, bimbingan teknis serta pendampingan dan workshop online,” terang Gati.

Disisi lain, Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kemenperin, Muhammad Khayam juga berkomitmen untuk mendorong sektor manufaktur di tanah air maka pihaknya untuk segera mendorong transformasi industri 4.0 melalui kegiatan asesmen Indonesia Industry 4.0 Readiness Index (INDI 4.0) bertujuan untuk mengukur kesiapan perusahaan dalam bertransformasi ke arah industri 4.0, khususnya sektor IKFT.

“Besar harapan kami bahwa melalui momen ini industri Indonesia dapat segera lepas landas dan segera mengangkasa kembali menjadi industri tangguh yang berdaya saing global,” ungkap Khayam.

Pada kegiatan assemen ini, juga dipaparkan mengenai implementasi industri 4.0 pada sektor IKFT yang sudah berkembang dengan berbagai sistem aplikasinya masing-masing. Contohnya pada produsen tesktil PT. Eratex Djaja yang berhasil menghemat listrik, air, batubara, dan emisi gas rumah kaca setelah menerapkan teknologi industri 4.0.

“Pada hari pertama ini, kami berhasil melibatkan sebanyak 156 peserta dari sektor industri tekstil dan industri pengolahan bahan galian nonlogam.Besok, kami akan menggandeng peserta dari industri kimia hulu dan hilirnya,” tambah Khayam.

Khayam pun menyampaikan, sesuai target kinerja yang telah ditetapkan oleh Kemenperin berdasarkan RPJMN tahun 2020-2024, salah satu sasarannya adalah jumlah perusahaan sektor IKFT dengan nilai INDI 4.0 lebih dari 3 bisa mencapai 11 perusahaan pada 2020, dan sebanyak 21 perusahaan di tahun 2024. Pada INDI 4.0, skor 1-2 menunjukkan kesiapan awal implementasi industri 4.0, kemudian rentang skor 2-3 menunjukkan kesiapan sedang, dan skor 4 adalah mereka yang sudah menerapkan industri 4.0.

 

 

 

 

BERITA TERKAIT

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…

Hingga H+3 Pertamina Tambah 14,4 juta Tabung LPG 3 Kg

NERACA Malang – Selama Ramadhan hingga H+3 Idul Fitri 2024, Pertamina melalui anak usahanya, Pertamina Patra Niaga, telah menambah pasokan…

BERITA LAINNYA DI Industri

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…

Hingga H+3 Pertamina Tambah 14,4 juta Tabung LPG 3 Kg

NERACA Malang – Selama Ramadhan hingga H+3 Idul Fitri 2024, Pertamina melalui anak usahanya, Pertamina Patra Niaga, telah menambah pasokan…