Menjaga Produksi Industri Semen

NERACA

Jakarta – Pemerintah dalam hal ini Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus berupaya secara maksimal untuk menjaga iklim dan keberlangsungan usaha sektor industri di dalam negeri, meskipun dalam tekanan dampak pandemi Covid-19. Oleh karena itu, diperlukan koordinasi dan sinergi dengan seluruh stakeholder agar dapat menghasilkan kebijakan atau stimulus sesuai dengan kebutuhan pelaku industri saat ini.

Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kemenperin, Muhammad Khayam mengakui, bahwa saat ini Kemenpein sedang aktif melakukan beberapa kunjungan lapangan untuk melihat secara langsung kondisi operasional sektor industri saat ini.

“Dari hasil kegiatan ini, kami mendapatkan informasi dan masukan dari pelaku industri yang bisa menjadi bahan pengambilan keputusan dan pembuatan kebijakan di bidang industri terutama pada saat pandemi seperti ini,” kata Khayam.

Khayam  pun menjelaskan, pada pekan lalu, pihaknya telah melakukan kunjungan kerja ke sejumlah sektor binaan seperti industri semen. “Dengan adanya informasi yang sesuai dari industri, maka dapat dibuat kebijakan industri yang lebih baik lagi,” jelas Khayam.

Menurut Khayam, di industri semen, pandemi Covid-19 membawa dampak pada aspek permintaan pasar yang berkurang sehingga utilisasi di industri semen pada semester I tahun 2020 sekitar 56 persen. “Daya saing industri pun secara umum terkena dampak kondisi pandemi Covid-19 yang membuat aktivitas ekonomi menjadi tidak seperti biasanya,” imbuh Khayam.

Pada tahun 2019, Khayam meerangkan, bahwa kapasitas produksi semen nasional mencapai 110 juta ton per tahun dengan konsumsi dalam negeri sebesar 70 juta ton per tahun. Untuk itu, Kemenperin terus mendorong peningkatan serapan pasar domestik. Apalagi, semen merupakan salah satu komoditas yang strategis bagi Indonesia.

 “Sebagai negara yang terus membangun, ketersediaan semen sebagai bahan dasar pembangunan untuk perumahan, jalan, konstruksi dan sarana lainnya merupakan hal yang sangat penting. Selain itu, menjadi salah satu kunci kelancaran roda pembangunan nasional khususnya pembangunan sarana fisik yang sangat dibutuhkan guna terciptanya sarana dan prasarana peningkatan ekonomi nasional,” papar Khayam.

Atas dasar itulah, Khayam menyatakan, pihaknya tengah memacu agar industri semen di tanah air dapat memanfaatkan teknologi industri 4.0 sebagai upaya peningkatan daya saing. “Manfaat penerapan industri 4.0 antara lain mengoptimalkan proses produksi. Optimalisasi produksi adalah keuntungan bagi perusahaan karena bisa mengarah pada efisiensi sumber daya dan waktu produksi,” jelas Khayam.

Manfaat lainnya, kata Khayam, yakni menciptakan pasar fleksibel yang berorientasi pada pelanggan, meningkatkan visibilitas status ketersediaan barang dan proses pengiriman, memberi informasi real time pada arus barang, transparansi berbagai informasi produk seperti kualitas dan asal barang, serta menurunkan biaya untuk menangani rantai pasokan yang kompleks.

“Penerapan industri 4.0 dapat dilakukan secara bertahap dan disesuaikan dengan kebutuhan serta kesiapan industri,” terang Khayam.

Terkait hal tersebut, Khayam mengakui, Kemenperin memberikan apresiasi kepada PT Solusi Bangun Indonesia Tbk yang telah memiliki komitmennya terhadap pemanfaatan teknologi modern dan penerapan industri hijau. Ini dibuktikan pada tahun 2019, perusahaan telah mendapatkan Sertifikat Industri Hijau dari Kemenperin.

Sebelumnya, Presiden Direktur PT Solusi Bangun Indonesia Tbk, Aulia Mulki Oemar menyatakan bakal merevisi kembali target produksi dan penjualan sepanjang tahun ini. Pasalnya, pandemi menyebabkan hampir semua sektor bisnis mengalami disrupsi, tidak terkecuali dengan industri semen. Salah satunya, karena Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) saat ini memprioritaskan dana yang sebelumnya untuk pembangunan infrastruktur, dialihkan untuk menangangi pandemi Covid-19.

Perseroan juga akan meninjau kembali dana belanja modal yang dialokasikan pada tahun ini sebesar Rp 500 miliar yang akan disesuaikan dengan kebutuhan."Kami sedang revisi ulang, baik dari revenue maupun produksi. Untuk belanja modal yang sudah terserap Rp 150 miliar sampai kuartal pertama. Kami akan melihat ulang lagi sesuai dengan kondisi yang up to date terhadap keadaan ekonomi," kata Aulia.

BERITA TERKAIT

Proyek CO2 Reduction Tingkatkan Kapasitas Produksi Energi Indonesia

NERACA Indramayu – Deputi Eksploitasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Taufan Marhaendrajana,…

Pemerintah Ambil Langkah Nyata Cegah PHK di Industri Padat Karya

NERACA Jakarta - Pemerintah terus memperkuat stabilitas sektor industri padat karya melalui deregulasi dan perlindungan tenaga kerja guna mencegah potensi…

Kembangkan Sentra IKM Wastra di Pelosok Tanah Air

NERACA Jakarta – Industri wastra atau kain tradisional Indonesia seperti batik dan tenun sangat erat kaitannya dengan perkembangan industri fesyen…

BERITA LAINNYA DI Industri

Proyek CO2 Reduction Tingkatkan Kapasitas Produksi Energi Indonesia

NERACA Indramayu – Deputi Eksploitasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Taufan Marhaendrajana,…

Pemerintah Ambil Langkah Nyata Cegah PHK di Industri Padat Karya

NERACA Jakarta - Pemerintah terus memperkuat stabilitas sektor industri padat karya melalui deregulasi dan perlindungan tenaga kerja guna mencegah potensi…

Kembangkan Sentra IKM Wastra di Pelosok Tanah Air

NERACA Jakarta – Industri wastra atau kain tradisional Indonesia seperti batik dan tenun sangat erat kaitannya dengan perkembangan industri fesyen…