Telkom dan Smartfren Kalahkan Indeks Infrastruktur

NERACA

Jakarta - Sektor telekomunikasi adalah salah satu sektor yang seharusnya justru mendapat katalis positif di tengah pandemi Covid-19. Pasalnya, melalui Work from Home (WFH) dan School from Home (SFH), penggunaan data internet tentu meningkat hingga berdampak baik bagi sektor ini. Terbukti, data pertumbuhan PDB yang dirilis oleh BPS menunjukan bahwa pada triwulan II 2020 secara kuartal, sektor infokom mengalami peningkatan sebesar 3,44%. Hal ini menjadi sesuatu yang wajar karena peningkatan penggunaan data tadi.

Menurut riset Lifepal.co.id yang diterima neraca di Jakarta, kemarin menemukan, meskipun kebutuhan jasa telekomunikasi meningkat di kala pandemi, nyatanya ada emiten-emiten pada sub sektor telekomunikasi yang pergerakan harga sahamnya di bawah performa indeks infrastructures, utilities, and transportation. Sebaliknya, ada yang performanya di atas performa indeks tersebut. Tak hanya harga saham emiten telekomunikasi, Lifepal juga membandingkan bagaimana penjualan dan keuntungan perusahaan-perusahaan telekomunikasi tersebut.

Secara umum, indeks infrastructure, utilities, and transportation, di mana di dalamnya terdapat subsektor energy, toll road, telecommunications, transportations, dan non building construction di Bursa Efek Indonesia (BEI) mengalami penurunan. Kinerja indeks pun terlihat masih berada di bawah indeks harga saham gabungan (IHSG).  Tapi, apakah semua perusahaan atau emiten yang memiliki kegiatan usaha di sektor telekomunikasi ini juga mengalami penurunan dari sisi harga saham, penjualan perusahaan, hingga keuntungannya?

Data menyebutkan, salah satu dari sekian banyak faktor yang perlu diketahui calon investor untuk membuat pertimbangan matang, sebelum berinvestasi di emiten telekomunikasi tertentu. Disebutkan, ada dua emiten telekomunikasi yang kinerjanya sanggup mengalahkan kinerja indeks infrastruktur. Mereka adalah PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dan PT Smartfren Telecom Tbk. (FREN).

Berdasarkan laporan keuangan TLKM, tercatat adanya peningkatan penjualan dari triwulan II 2015 sampai triwulan II 2019. Tapi justru saat pandemi Covid-19 ini, penjualan TLKM mengalami penurunan sebesar 3,7% menjadi sebesar Rp 66,86 triliun pada triwulan II 2020 dari sebelumnya pada  sebesar Rp 69,35 triliun pada triwulan II 2019. Dari segi laba komprehensif, TLKM pada triwulan II 2020 mencatat kenaikan 0,29% saja atau sebesar Rp 15,49 triliun dari sebelumnya Rp 15,45 triliun pada triwulan II 2019. Hal ini dikarenakan adanya efisiensi di bagian beban operasi, pemeliharaan, dan jasa telekomunikasi. 

Sementara FREN berdasarkan laporan keuangan mencatat adanya kenaikan penjualan yang signifikan dari triwulan II 2015 sampai triwulan II 2020. Pada saat PSBB diberlakukan sampai triwulan II 2020 ini, FREN mampu mencatatkan kenaikan penjualan sebesar 41,97% atau sebesar Rp 4,30 triliun, lebih tinggi dibanding pada triwulan II 2019 yang hanya sebesar Rp 3,03 triliun. 

Kendati demikian, dari segi laba komprehensif, sejak triwulan II 2015 sampai triwulan II 2020, FREN masih tersandera kerugian. Pada triwulan II 2020, FREN masih mencatat kerugian sebesar Rp 1,2 triliun. Hal ini dikarenakan adanya kenaikan signifikan pada beban-beban emiten, seperti beban bunga dan beban keuangan lainnya. Sebaliknya kinerja emiten raksasa telekomunikasi lainnya yaitu PT Excel Axiata Tbk. (EXCL) dan PT Indosat Tbk (ISAT) masih dibawah kinerja IHSG dan indeks infrastruktur.

Berdasarkan laporan keuangan EXCL triwulan II 2020 mencatat adanya kenaikan dari segi penjualan. Pada saat PSBB diberlakukan sampai triwulan II 2020 ini, EXCL mampu mencatatkan kenaikan penjualan sebesar 6,7% atau sebesar 13,08 triliun rupiah dibanding pada triwulan yang sama di tahun sebelumnya, yakni sebesar Rp 12,26 triliun. Dari segi laba komprehensif, pada triwulan II 2020, emiten ini mengalami pertumbuhan sebesar 524,5% atau sebesar Rp 1,76 triliun dibanding pada triwulan II 2019 yang hanya sebesar Rp 281,56 miliar. Hal ini dikarenakan ada kenaikan signifikan pada bagian keuntungan dari penjualan dan sewa balik menara.

 

BERITA TERKAIT

BEI Buka Peluang Perpanjang Jam Perdagangan

PT Bursa Efek Indonesia (BEI) membuka peluang untuk melakukan perpanjangan waktu perdagangan saham, dengan ada tiga skenario waktu perdagangan saham.…

Siapkan Capex Rp1,8 Triliun - Blue Bird Tambah 1.200 Armada Taksi Baru

NERACA Jakarta – Danai pengembangan bisnisnya, PT Blue Bird Tbk (BIRD) mengalokasikan anggaran belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar…

BEI Targetkan 10 Ribu Investor Syariah Baru

NERACA  Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan sebanyak 10.000 investor syariah baru di pasar modal Indonesia pada tahun…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

BEI Buka Peluang Perpanjang Jam Perdagangan

PT Bursa Efek Indonesia (BEI) membuka peluang untuk melakukan perpanjangan waktu perdagangan saham, dengan ada tiga skenario waktu perdagangan saham.…

Siapkan Capex Rp1,8 Triliun - Blue Bird Tambah 1.200 Armada Taksi Baru

NERACA Jakarta – Danai pengembangan bisnisnya, PT Blue Bird Tbk (BIRD) mengalokasikan anggaran belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar…

BEI Targetkan 10 Ribu Investor Syariah Baru

NERACA  Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan sebanyak 10.000 investor syariah baru di pasar modal Indonesia pada tahun…