Pefindo Pertahankan Peringkat BBB- PPRO

NERACA

Jakarta – Terkoreksinya kinerja keuangan PT PP Properti Tbk (PPRO) di semester pertama 2020 dan juga membengkaknya benan utang yang ditanggung perseroan, menjadi alasan bagi PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) masih memasang peringkat anak usaha dari PT PP (Persero) Tbk (PTPP) di BBB- dengan outlook negatif.

Analis Pefindo, Martian Pandiangan dan Kresna Piet Wiryawan dalam rilis di Jakarta, kemarin menuturkan, peringkat idBBB- juga berlaku untuk obligasi I tahun 2016 milik PPRO. "Kami mempertahankan outlook negatif dari peringkat PPRO untuk mengantisipasi profil kredit yang melemah dalam jangka waktu menengah sebagai dampak dari penurunan permintaan atas properti," jelasnya.

Pefindo menilai, di tengah kondisi leverage keuangan yang cukup tinggi dengan kondisi arus kas operasi seperti saat ini. "Kami memproyeksikan arus kas masuk dari PPRO akan tergerus cukup signifikan di 2020 akibat dari pandemi Coronavirus Disease (Covid-19)," terang analis Pefindo dalam rilis. 

PPRO akan membatasi aktivitas pemasaran, penagihan atas piutang yang tertunda, dan memperlambat pembangunan proyek. Meskipun PPRO fokus pada penjualan untuk properti yang hampir selesai dibangun dan penjualan dalam jumlah besar, PPRO juga tetap harus mengatasi kebutuhan pembiayaan atas biaya konstruksi, pembayaran pokok dan bunga, serta belanja modal."Kami mengekspektasikan PPRO untuk melunasi beberapa surat utang menengah alias medium term notes (MTN) yang akan jatuh tempo pada Agustus 2020 hingga November 2020 dengan total nilai sebesar Rp 1,2 triliun," ujar Martian dan Kresna.

PPRO akan menggunakan kas operasi serta sumber dana eksternal untuk membiayai kembali kewajiban PPRO.  Peringkat PPRO di level idBBB- mencerminkan posisi PPRO yang cukup penting bagi induk usahanya, PT Pembangunan Perumahan Tbk. Rating PPRO mencerminkan kualitas aset yang baik dan lokasi properti yang relatif terdiversifikasi. 

Namun, peringkat dibatasi oleh leverage keuangan yang tinggi, proteksi arus kas dan likuiditas yang lemah, dan sensitivitas terhadap perubahan kondisi makro ekonomi. Peringkat PPRO dapat diturunkan apabila leverage keuangan yang tinggi terus berlanjut dalam jangka menengah, tercermin dari proyeksi rasio utang terhadap EBITDA di atas 15 kali. 

Peningkatan risiko pembiayaan kembali dan tekanan likuiditas juga dapat menurunkan peringkat PPRO. Peringkat dapat diturunkan apabila terdapat indikasi signifikan atas menurunnya dukungan dari induk usaha. Namun, outlook PPRO dapat direvisi menjadi stabil apabila bisa meningkatkan arus kas operasi dan menurunkan leverage keuangan secara berkelanjutan.

BERITA TERKAIT

Optimis Pertumbuhan Bisnis - SCNP Pacu Penjualan Alkes dan Perluas Kemitraan OEM

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnis lebih agresif lagi di tahun ini, PT Selaras Citra Nusantara Perkasa Tbk. (SCNP) akan…

Astragraphia Tetapkan Pembagian Dividen 45%

NERACA Jakarta -Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Astra Graphia Tbk. (ASGR) memutuskan untuk membagikaan dividen sebesar Rp34 per…

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa (23/4) sore ditutup naik mengikuti penguatan…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Optimis Pertumbuhan Bisnis - SCNP Pacu Penjualan Alkes dan Perluas Kemitraan OEM

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnis lebih agresif lagi di tahun ini, PT Selaras Citra Nusantara Perkasa Tbk. (SCNP) akan…

Astragraphia Tetapkan Pembagian Dividen 45%

NERACA Jakarta -Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Astra Graphia Tbk. (ASGR) memutuskan untuk membagikaan dividen sebesar Rp34 per…

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa (23/4) sore ditutup naik mengikuti penguatan…