Peran Dibalik Subholding Gas - Menciptakan Nilai Ekonomi Unggul Bagi Masyarakat dan Industri

Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing adalah pribahasa yang tepat menggambarkan upaya PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) yang resmi menjadi sub holding gas Pertamina pasca mengakuisisi PT Pertamina Gas (Pertagas) dalam rangka mengoptimalkan serta mempercepat pengembangan infrastruktur dan memperluas manfaat gas bumi ke seluruh wilayah Indonesia.

Walauh pun proses akuisisi PGN terhadap Pertagas dan menjadikan bagian dari sub holding Gas mendapatkan resisitensi dari berbagai kalangan, namun mempertimbangkan kemaslahatan untuk umat, khususnya pemanfaatan luas gas bumi bagi masyarakat Indonesia menjadi pertimbangan penting. Apalagi, PGN yang mengelola dan mengoperasikan gas bumi, mulai dari midstream, down stream sedang menyelesaikan sejumlah proyek infrastruktur baru untuk memperluas penggunaan gas bumi untuk mendorong sentra-sentra ekonomi baru di seluruh wilayah di Indonesia. Diantaranya, PGN sedang menyelesaikan proyek Duri-Dumai tahap II sepanjang 67 km dan diharapkan kehadiran jaringan pipa gas berukuran 24 inchi ini akan dapat menyalurkan gas untuk memenuhi kebutuhan Refinery Unit (RU II) Dumai dan rencana pengembangan pipa distribusi Dumai sepanjang 56 km untuk melayani kebutuhan industri, komersial dan rumah tangga di wilayah Dumai, Pekanbaru dan sekitarnya.

Kata Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI), Yusri Usman sinergi PGN dengan Pertamina Gas dengan melalui akuisisi merupakan pilihan yang tepat. Pasalnya, Pertagas dan PGN memiliki bisnis yang sama yaitu gas sourcing, transmisi, distribusi dan ritel. Apabila hanya disinergikan tanpa integrasi, lanjut dia, maka akan tetap terjadi duplikasi dan kompetisi internal. Hal ini akan menghambat sinergi di antara keduanya. 

Dengan integrasi Pertagas, maka PGN sebagai manajer atas pengoperasian seluruh aset dan bisnis yang dimiliki oleh PGN. "PGN akan memiliki tanggung jawab untuk mengoptimalkan penggunaan semua aset tersebut dan meningkatkan semua bisnis yang dikelolanya termasuk aset dan bisnis Pertagas," katanya.

Oleh sebab itu, dengan integrasinya PGN menjadi bagian dari subholding gas akan memacu jangkauan penggunaan gas bumi lebih luas lagi yang tidak hanya di kota-kota besar, tetapi juga di daerah terdepan, tertinggal dan terluas (3T). Kini seiring dengan rampungnya PGN mengakuisisi Pertagas dan menjadi bagian dari subholding gas, pembangunan infrastruktur gas bumi terus digenjot. Tengok saja, selain tengah membangun jaringan pipa gas untuk proyek Duri-Dumai tahap II sepanjang 67 km, perseroan juga tengah memenuhi kebutuhan gas bumi di Jawa Tengah.

Kata Sekretaris Perusahaan PGN, Rachmat Hutama, PGN sedang membangun proyek pipa gas Gresik-Semarang sejauh 267 kilometer yang akan mengalirkan gas dari blok migas Jambaran Tiung Biru. Selain mengalirkan gas, ke PLTGU Tambak Lorok milik PLN, kehadiran jaringan pipa gas berukuran 28 inchi ini juga akan dapat menyalurkan gas untuk industri di wilayah Jawa Tengah. Selanjutnya, PGN akan membangun pipa distribusi jalur Semarang – Kendal – Ungaran sepanjang 96 km dengan pipa berukuran 4” – 16” sampai tahun 2021 mendatang untuk memenuhi pemanfaatan kebutuhan energi baik gas bumi.”Jaringan pipa gas ini akan menjamin wilayah Jawa Tengah dan sekitarnya mendapatkan pasokan gas secara berkelanjutan. Infrastruktur ini juga dapat mendukung berkembangnya sentra industri baru di Jawa tengah sejalan dengan pembangunan tol Trans Jawa,”ungkapnya.

Ke depan, lanjutnya, koneksi infrastruktur gas bumi trans Jawa diharapkan akan tersambung sampai Jawa Barat dan Sumatera sehingga akan meningkatkan kehandalan pasokan serta perluasan pasar gas bumi untuk utilisasi gas bumi domestik. Sementara di Jawa Timur, saat ini PGN tengah membangun fasilitas LNG Terminal dengan kapasitas 40 BBTUD untuk meningkatkan realibility dan sustainability pasokan gas bumi yang mengalami kendala karena kondisi sumur gas yang ada. Hal ini untuk mengakomodir kebutuhan kelistrikan, industri dan retail di Jawa Timur yang meningkat.

Disampaikan Rachmat, pembangunan berbagai infrastruktur pembangunan gas itu menjadi prioritas utama PGN, mengingat semakin besarnya kebutuhan energi yang lebih efisien di berbagai wilayah di Indonesia, terutama untuk daerah-daerah yang selama ini belum terjamah gas bumi dan memiliki potensi ekonomi yang sangat baik untuk pengembangan sektor kelistrikan, industri, transportasi, dan rumah tangga.

Sebagai subholding gas bumi, PGN telah berhasil membangun lebih dari 10 ribu kilometer jaringan pipa yang melayani lebih dari 300 ribu konsumen berbagai segmen pasar dan mengelola jaringan gas milik pemerintah (jargas) sepanjang 3.800 kilometer di berbagai daerah. Berbagai infrastruktur yang dibangun PGN, termasuk infrastruktur beyond pipeline, baik berbasis Compressed Natural Gas (CNG) maupun Liquified Natural Gas (LNG) di berbagai wilayah di Indonesia.”Infrastruktur gas adalah kunci bagi optimalisasi pemanfaatan gas bumi yang berkelanjutan serta menjangkau lebih banyak wilayah dan pasar. Selama lebih setengah abad, PGN telah membuktikan bahwa gas bumi lebih efisien, ramah lingkungan, dan ini adalah energi yang diproduksi di dalam negeri,” kata Rachmat.

 

 

Efisien Ongkos Energi


 

Kini sudah banyak pelaku usaha merasakan betul manfaat menggunakan gas bumi, mulai dari ramah lingkungan, mudah digunakan dan yang terpenting adalah efisiensi biaya operasional. Sebagaimana diketahui, selama ini ongkos energi bagi pelaku industri cukup signifikan mempengaruhi struktur biaya produksi. Maka jika mayoritas industri menggunakan gas alam yang lebih efisien dan aman akan terjadi penghematan yang signifikan bagi pelaku usaha dan tentunya bisa menghadirkan harga kompetitif buat produknya.

Hal inilah yang dirasakan PT URD yang merupakan pabrik produksi lengkap mencakup dari hulu, yaitu peleburan skrap aluminium menjadi billet dan ekstrusi aluminum profile hingga ke hilir, yaitu finishing product. Kapasitas produksi hingga saat ini mencapai 300 ton per bulan dan akan terus ditingkatkan seiring dengan ekspansi mesin-mesin produksi baru.

Business & Development Manager PT URD Andre Hartawan mengatakan, sebelum menggunakan gas alam, perusahaannya menggunakan bahan bakar batu bara sebagai bahan bakar utama produksi. Penggunakan batu bara, menurutnya, dianggap kurang efisien dan menjadi faktor utama penyebab berbagai kendala terhadap produktivitas mesin dan kualitas produk.”Dengan adanya gas alam sebagai sumber bahan bakar utama, kami telah rasakan secara langsung adanya peningkatan signifikan terhadap cleanliness area produksi sehingga meja-meja produksi tidak mudah tertutup debu batu bara yang dapat menurunkan kualitas produk," ujarnya.

Andre mengatakan, penggunaan gas alam juga meningkatkan produktivitas pabrik sehingga lebih efisien dan efektif. Dia mencontohkan pada mesin oven saat memakai batu bara dibutuhkan waktu ageing (pematangan produk) sekitar 8-9 jam. Dengan memakai gas alam, waktu ageing hanya sekitar empat jam.”Kami sangat yakin bahwa melakukan investasi peralihan bahan bakar dari batu bara ke gas alam merupakan investasi yang tepat dan menguntungkan," tandasnya.

Ya, pengalaman baik menggunakan gas bumi tidak hanya dirasakan pelaku industri besar saja, tetapi pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) yang sudah menggunakan gas bumi juga memiliki hal yang sama. Salah seorang penjual rawon di kawasan Pucang Anom, Surabaya mengaku dapat menekan pengeluaran untuk bahan bakar setelah menggunakan gas bumi yang disalurkan PT Perusahaan Gas Negara (PGN) sejak pertengahan tahun 2016. Sebelumnya Liswati menggunakan gas tabung.”Dulu kami tidak tahu perbedaan antara gas bumi dengan gas tabung. Ternyata gas bumi ini hemat dan aman. Kalau dulu saat menggunakan gas tabung, dalam sebulan saya bisa habis sekitar Rp 5 juta hanya untuk bayar bahan bakar, tetapi setelah menggunakan gas bumi yang melalui pipa, tagihan sebulan hanya sekitar Rp 2,5 hingga Rp 2,9 juta per bulan. Sehingga dalam sebulan, saya bisa menghemat uang untuk bahan bakar sekitar Rp 2 juta,” tuturnya.

Dirinya menuturkan, dengan adanya selisih biaya tersebut maka sisa uang bisa dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan yang lain. Selain hemat, dia mengaku juga sangat aman. Karena tekanan gas bumi melalui pipa ini lebih rendah dibanding energi yang digunakan sebelumnya, maka kekhawatiran terjadi ledakan saat ada kebocoran gas tidak ada.

Sesuai rencana kerja PGN sampai tahun 2024, perusahaan akan membangun sejumlah infrastruktur baru diantaranya; membangun jaringan pipa distribusi sepanjang 500 km, pipa transmisi 528 km, 7 LNG filling station untuk truk/kapal, 5 FSRU, 3,59 juta sambungan rumah tangga dan 17 fasilitas LNG untuk mensuplai kebutuhan kelistrikan dan menjangkau wilayah geografis dengan karakteristik kepulauan di seluruh wilayah Indonesia.

 

 

 

BERITA TERKAIT

Semarak Halal bil Halal - FIFGroup Berbagi Kebahaagiaan Bersama 35 Panti Asuhan

Setelah perayaan hari raya Idul Fitri 1445 Hijriah, penting untuk tetap menghidupkan semangat kebaikan dan saling berbagi kepada sesama. Dalam…

Gen-Z dan Milenial Pilar Penentu Pengelolaan Hutan Lestari

Generasi muda yang masuk dalam kelompok umur Gen-Z dan Milenial dinilai memiliki kreativitas dan penuh dengan gagasan inovatif serta mampu…

Berbagi Kebahagiaan - Tower Bersama Kirim Bingkisan Lebaran Ke Panti Asuhan

Masih dalam rangkaian berbagi bulan Ramadan dan hari raya Idulfitri 1445 hijriah, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) turut berbagi…

BERITA LAINNYA DI CSR

Semarak Halal bil Halal - FIFGroup Berbagi Kebahaagiaan Bersama 35 Panti Asuhan

Setelah perayaan hari raya Idul Fitri 1445 Hijriah, penting untuk tetap menghidupkan semangat kebaikan dan saling berbagi kepada sesama. Dalam…

Gen-Z dan Milenial Pilar Penentu Pengelolaan Hutan Lestari

Generasi muda yang masuk dalam kelompok umur Gen-Z dan Milenial dinilai memiliki kreativitas dan penuh dengan gagasan inovatif serta mampu…

Berbagi Kebahagiaan - Tower Bersama Kirim Bingkisan Lebaran Ke Panti Asuhan

Masih dalam rangkaian berbagi bulan Ramadan dan hari raya Idulfitri 1445 hijriah, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) turut berbagi…