NERACA
Jakarta – Menjaga pertumbuhan harga saham dan juga likuiditas transaksi di pasar modal, PT Andira Agro Tbk (ANDI) berencana melakukan pemecahan nilai nominal saham (stock split) dari semula Rp 100 per saham menjadi Rp 20 per saham. Maka untuk melancarkan aksi korporasi tersebut, emiten perkebunan ini berencana melakukan rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada Rabu (23/10) untuk meminta restu dari pemegang saham.
Seperti dikutip Kontan, perseroan juga akan minta persetujuan mengubah pasal 4 ayat 1 dan ayat 2 mengenai Anggaran Dasar Perseroan sehubungan dengan pelaksanaan pemecahan nilai nominal saham. Dari sisi kinerja, penjualan perusahaan sawit ini tampak suram sejalan dengan kondisi harga crude palm oil (CPO) yang masih tertekan.
Direktur Utama PT Andira Agro Tbk, Francis Indarto pernah bilang, penurunan kinerja keuangan adalah dampak dari harga penjualan CPO ANDI yang terus menurun. ANDI mencatat penurunan penjualan sepanjang semester I-2019. Berdasarkan laporan keuangan, pendapatan ANDI turun 7,86% di semester I-2019 menjadi Rp 135,99 miliar. Tahun lalu di periode yang sama, ANDI meraup pendapatan sebesar Rp 147,60 miliar.
Penjualan minyak sawit mentah (crude palm oil) masih menjadi kontributor utama pemasukan ANDI dengan nilai sebesar Rp 116,40 miliar. Nilai itu setara dengan 85,59% dari total pendapatan ANDI. Sedangkan penjualan inti sawit menyumbang sekitar 15% dari total pendapatan ANDI. Pada segmen tersebut, ANDI meraup pendapatan sebesar Rp 19,59 miliar.
Meski pendapatan turun, namun ANDI sudah mencatatkan laba pada semester I-2019. Tercatat, laba ANDI pada semester I-2019 sebesar Rp 10,12 miliar. Padahal pada semester I-2018, ANDI masih mengalami kerugian. Tercatat, kerugian ANDI di periode tersebut mencapai Rp 9,55 miliar. Laba tersebut ditopang oleh efisiensi yang dilakukan ANDI.
Perusahaan berhasil menekan beban pokok penjualan menjadi Rp 118,84 miliar. Angka itu turun 19,23% dari beban di paruh pertama tahun lalu yang masih membengkak sebesar Rp 147,15 miliar. Hingga saat ini ANDI masih mengelola sekitar 5.000 hektare lahan kelapa sawit di Sumatra Barat dengan usia tanaman 8 tahun-9 tahun.
Dari lahan tersebut, tahun lalu ANDI bisa memproduksi tandan buah segar (TBS) kelapa sawit hingga 77.200 ton. Jumlah itu naik sekitar 15,2% dari produksi di tahun 2017 yang sebesar 67.000 ton. “Tahun ini kami proyeksikan jumlahnya bisa meningkat 10% hingga 15% lebih tinggi dari produksi TBS tahun lalu seiring dengan usai tanaman yang juga semakin mature,” kata Direktur Utama PT Andira Agro Tbk, Francis Indarto
Francis optimistis dengan optimalisasi sumber daya dan kondisi pasar yang masih fluktuatif, pihaknya bisa meraih pendapatan 30% lebih tinggi dari tahun lalu. 2018 lalu ANDI mencatatkan pendapatan sebesar Rp 300,27 miliar atau naik tipis sebesar 3,15% dibanding tahun 2017 yang sebesar Rp 291,10 miliar.
NERACA Jakarta – Di paruh pertama 2025, jumlah perusahaan tercatat di pasar modal lebih sedikit dibandingkan priode yang sama tahun…
NERACA Jakarta – Rapat umum pemegang saham (RUPS) PT Panin Sekuritas Tbk (PANS) memutuskan untuk membagikan dividen tunai untuk tahun…
NERACA Jakarta -Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu (2/7) sore ditutup melemah seiring pelaku pasar…
NERACA Jakarta – Di paruh pertama 2025, jumlah perusahaan tercatat di pasar modal lebih sedikit dibandingkan priode yang sama tahun…
NERACA Jakarta – Rapat umum pemegang saham (RUPS) PT Panin Sekuritas Tbk (PANS) memutuskan untuk membagikan dividen tunai untuk tahun…
NERACA Jakarta -Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu (2/7) sore ditutup melemah seiring pelaku pasar…