NERACA
Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melakukan tujuh langkah upaya pencegahan penyakit "acute hepatopancreatic necrosis disease" (AHPND) yang mengancam industri udang nasional.
"Kami bersama dengan seluruh pemangku kepentingan akan bahu membahu untuk melakukan upaya mencegah AHPND di Indonesia," kata Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya KKP Slamet Soebjakto dalam jumpa pers di Jakarta, disalin dari Antara.
Slamet memaparkan tujuh upaya itu yakni melakukan survei AHPND ke sentra budi daya udang; mendorong peningkatan kesadaran masyarakat pembudi daya terhadap bahaya serta pencegahan penyakit tersebut; serta menyusun standar operasional prosedur (SOP) pencegahan penyakit bakterial khususnya AHPND.
Selanjutnya, melakukan penguatan kapasitas laboratorium Unit Pelayanan Teknis (UPT) Ditjen Perikanan Budi Daya dan UPT Karantina dalam pengujian AHPND; menyusun rencana aksi pencegahan masuk dan tersebarnya penyakit AHPND; melakukan kesepakatan dengan pelaku usaha untuk mencegah masuk dan tersebarnya AHPND; serta meningkatkan kewaspadaan terhadap "transboundary disease" (penyakit lintas batas) dengan memperketat pengawasan masuk dan keluarnya induk dan benih dari dan keluar negeri. "Kami juga buat 'task force' untuk pantau penyakit yang ada di Indonesia agar tidak menjadi wabah," tuturnya.
AHPND merupakan penyakit udang yang disebabkan oleh bakteri Vibrio parahaemolyticus penghasil toksin mematikan. Penyakit yang menyerang udang windu dan udang vaname itu menyebabkan mortalitas hingga 100 persen pada udang berumur kurang dari 40 hari setelah ditebar.
AHPND telah menjadi momok menakutkan bagi pelaku usaha udang di berbagai negara terjangkit seperti China, Thailand, Malaysia, Meksiko dan Vietnam. Kendati demikian, Indonesia masih terbebas dari penyakit AHPND.
KKP akan membidik peluang pasar ekspor udang ke sejumlah negara yang produksi udangnya terimbas wabah penyakit AHPND. "Yang jelas, peluang pasarnya luar biasa. Seperti di Thailand atau negara lain, dengan adanya penyakit ini, produksi mereka turun bisa sampai 50 persen lebih," kata Slamet.
Meski tidak menyebutkan nilainya, Slamet yakin peluang besar ini akan dapat dimanfaatkan Indonesia yang hingga saat ini masih terbebas dari penyakit udang mematikan itu. "Sekarang saja dunia masih kekurangan 500.000an ton udang. Ini jadi peluang Indonesia untuk memproduksi udang guna mengisi kekurangan di pasar," tuturnya.
Ketua Umum Shrimp Club Indonesia (SCI) Iwan Sutanto menyebut meski patut diwaspadai, penyakit AHPND menjadi berkah tersendiri bagi petani udang nasional. Pasalnya, produksi udang dari Thailand telah turun signifikan karena wabah AHPND. Hal itu juga menyebabkan harga komoditas udang naik signifikan karena pasokannya berkurang.
NERACA Indramayu – Deputi Eksploitasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Taufan Marhaendrajana,…
NERACA Jakarta - Pemerintah terus memperkuat stabilitas sektor industri padat karya melalui deregulasi dan perlindungan tenaga kerja guna mencegah potensi…
NERACA Jakarta – Industri wastra atau kain tradisional Indonesia seperti batik dan tenun sangat erat kaitannya dengan perkembangan industri fesyen…
NERACA Indramayu – Deputi Eksploitasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Taufan Marhaendrajana,…
NERACA Jakarta - Pemerintah terus memperkuat stabilitas sektor industri padat karya melalui deregulasi dan perlindungan tenaga kerja guna mencegah potensi…
NERACA Jakarta – Industri wastra atau kain tradisional Indonesia seperti batik dan tenun sangat erat kaitannya dengan perkembangan industri fesyen…