Memahami Makna Nilai Tukar Petanian

 

Oleh : Adang Agustian, Peneliti Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (PSEKP)

Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani. NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan. Selain itu, NTP juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi.

Menurut BPS (2007) bahwa NTP merupakan nilai tukar (term of trade) antara barang/produk pertanian dengan barang-barang konsumsi dan faktor produksi yang dibutuhkan petani yang dinyatakan dalam persen. NTP berfluktuasi dari waktu ke waktu tergantung dari perkembangan harga barang yang dijual petani dan barang dan jasa yang dikonsumsi petani.

Apabila harga produk pertanian yang dihasilkan petani naik dengan persentase lebih besar dibandingkan persentase kenaikan barang dan jasa yang dibayar petani, dengan asumsi volume produksi tidak berkurang, maka NTP naik dan dengan sendirinya pendapatan petani naik relatif lebih besar dari kenaikan pengeluaran atau terjadi surplus.  Karena itu, NTP juga dapat merupakan salah satu indikator relatif tingkat kesejahteraan petani. Di mana semakin tinggi NTP, relatif semakin sejahtera tingkat kehidupan petani.

Secara berkala Badan Pusat Statistik juga merilis data NTP baik bersifat bulanan maupun rataan tahunan. NTP yang dirilis selama ini oleh BPS pada tahun atau periode tertentu menggunakan tahun dasar yang berbeda. Sebagai contoh untuk NTP 2010-2013, BPS menggunakan tahun dasar 2007 dan untuk NTP 2014-2019 menggunakan tahun dasar 2012. Tahun dasar adalah periode waktu yang ditentukan sebagai permulaan dihitungnya angka indeks.

Perubahan acuan dasar penghitungan NTP dari tahun dasar 2007 menjadi tahun dasar 2012, dengan alasan penyesuaian terhadap pola pergeseran produksi pertanian dan konsumsi rumah tangga pertanian di pedesaan. Perubahan tahun dasar secara umum dilakukan secara berkala setiap 5 tahun sekali. Tujuannya agar hasil sensus (pendataan) tetap relevan terhadap perkembangan di sektor pertanian. Hal ini mengingat pola pertanian pasti akan selalu berkembang karena terdapatnya faktor pendorong utamanya yaitu penerapan teknologi pertanian.

Selain itu, NTP dinyatakan dalam bentuk indeks, yang merupakan nilai tertimbang terhadap kuantitas pada tahun dasar tertentu. Pergerakan nilai indeks akan ditentukan oleh penentuan tahun dasar, karena perbedaan penggunaan tahun dasar akan menghasilkan keragaman perkembangan indeks yang sama sekali berbeda. Jika membandingkan dan menginterpretasikan bahwa NTP pada tahun atau periode tertentu lebih tinggi atau lebih rendah dari dari tahun atau periode sebelumnya dengan kondisi tahun dasar yang digunakan berbeda, maka hasilnya berbeda.

Oleh karena itu, dalam menganalisis atau membandingkan nilai NTP yang berbeda tahun dasarnya, maka hasil analisisnya adalah tidak sah atau tidak valid. Sehingga tahun dasar pada data NTP haruslah disamakan terlebih dahulu.

Fakta Pencapaian

Untuk menganalisis perkembangan NTP periode 2010-2014 dan 2015-2019, maka harus terlebih dahulu menyamakan penggunaannya tahun dasarnya. Hasil perhitungan NTP dengan menggunakan tahun dasar yang sama 2007 (2007=100) dalam kurun waktu 2010-2019, diperoleh informasi bahwa dalam periode 2015-2019 besaran nilai NTP selalu lebih tinggi dibandingkan dengan periode 2010-2014 (Gambar 1). 

Pada Tahun Ke-1 (Th-I), nilai NTP Periode 2015-2019 lebih tinggi 5,1% dari Periode 2010-2014, yaitu 106,92 berbanding 101,78. Dan pada Th-II lebih tinggi sekitar 2,3%. Selanjutnya pada Th-III dan Th-IV nilai NTP periode 2015-2019 juga lebih tinggi masing-masing sebesar 1,3% dan 2,8% dari periode 2010-2014. Demikian juga halnya pada Th-V, dengan menggunakan data Januari 2019, dimana nilai NTP periode 2015-2019 juga lebih tinggi 1,3% dari periode 2010-2014. 

Dari hasil perhitungan ini, maka terlihat dengan jelas bahwa dalam periode 2015-2019 pada setiap tahunnya besaran NTP selalu lebih tinggi dari periode 2010-2014. Oleh karena itu, kita patut berhati-hati dalam menyajikan dan membandingkan data NTP kalau menggunakan tahun dasar yang berbeda. Karena tidak mencerminkan perkembangan NTP yang sesungguhnya.

Semakin tinggi NTP, maka secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani. Peningkatan daya beli petani ini tidak terlepas dari upaya pemerintah meningkatkan produksi dan mengendalikan harga di tingkat petani maupun konsumen.

Ini menunjukkan berbagai upaya Pemerintah untuk mengurangi disparitas yang tinggi antara harga di tingkat petani dan konsumen. Dalam konteks tersebut, petani untung karena produk yang mereka hasilkan dapat dibeli dengan harga tinggi. Di sisi lain, mereka pun bisa membeli kebutuhan-kebutuhan pokok dengan harga terjangkau.

Salah satunya yang bersentuhan langsung dengan petani, adalah Kementerian Pertanian yang secara kontinu memberikan insentif bagi petani. Di antaranya melalui pemberian bantuan sarana produksi (saprodi) dan alat mesin pertanian, seperti yang lazim kita simak pada pemberitaan di berbagai media massa maupun media alternatif.

Sejumlah program terobosan yang dijalankan Kementan selama empat tahun dan berjalan lima tahun, dirasakan sangat efektif dalam meningkatkan produksi pertanian yang hampir merata pada semua komoditas. Catatan positif dan optimis produksi pertanian hingga tahun 2018, telah ditorehkan oleh sub sektor pertanian.

Pencapaian (peningkatan produksi pertanian) ini tentu bukan kerja sepihak Pemerintah, melainkan hasil kerja keras dan kerja sama yang dijalin berbagai pihak. Terutama petani sebagai penggerak utama sektor pertanian. Pemerintah melalui Kementerian Pertanian, tampaknya terus konsisten untuk menjalankan berbagai program aksi sehingga target-target produksi yang telah ditetapkan bisa tercapai.

Latar Belakang

Banyak faktor yang dapat memengaruhi besaran NTP, dan tampaknya pemerintah fokus melakukan dua hal dalam upaya menaikkan NTP. Pertama, pada aspek hulu dan on-farm, yakni melakukan akselerasi peningkatan produksi dan kualitas produk. Strategi ini dilakukan dengan memberi kemudahan agro-input berupa subsidi pupuk, benih, dan berbagai bantuan. Selain itu, secara intensif juga membangun infrastruktur irigasi dan lahan, mekanisasi untuk efisiensi produksi dan mutu hasil, pelatihan, penyuluhan, asuransi usaha tani dan lainnya. 

Kedua, pada aspek hilir. Pemerintah telah melakukan perbaikan pengolahan hasil pertanian pengaturan tata niaga dan pengendalikan impor serta mendorong ekspor. Pengaturan tata niaga dengan kebijakan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gabah atau beras, dan juga terdapatnya program Sergap (Serap Gabah Petani) oleh Bulog.

Berdasarkan fokus upaya di atas, di mana cukup besarnya biaya yang harus dikeluarkan petani untuk memenuhi ongkos produksinya, namun dengan hadirnya beragam program bantuan pemerintah untuk petani maka ongkos produksi dapat ditekan. Subsidi pupuk dan penyaluran bibit gratis adalah beberapa upaya yang dilakukan pemerintah untuk membantu petani menekan ongkos produksi.

Selain itu, terkait dengan adanya pembinaan kepada petani yang tepat sasaran, maka petani dapat menghasilkan produksi pertanian yang optimal. Penyaluran alat mesin pertanian (alsintan) dan penggunaan teknologi pertanian juga menjadi opsi yang tepat, sehingga petani dapat mempersingkat waktu pengelolaan lahan. Dengan demikian, maka nilai yang diterima petani seharusnya bisa menjadi lebih baik.

Faktor lain adalah terdapatnya kesungguhan dan motivasi kerja keras dari petani untuk membantu pemerintah memajukan sektor pertanian, sehingga terjadi hubungan timbal balik. Kesungguhan dan upaya keras dari petani tersebut dapat dilakukan dengan kontinu dan berkelanjutan dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan terkait usaha pertanian yang dilakukannya.

Penyuluh pertanian yang berkualitas yang dapat membantu masyarakat/petani. Terdapatnya penyuluh pertanian, dapat menjabarkan proses penyampaian ilmu dan teknologi pertanian dan sumbernya kepada masyarakat tani.

Selain itu, peran Kelompok Tani juga menjadi sangat penting dalam membantu dan membimbing petani anggotanya. Kelompok tani merupakan tempat untuk memperkuat kerjasama diantara sesama petani dalam kelompok tani dan antar kelompok tani serta dengan pihak lain. Melalui kerjasama ini diharapkan usaha taninya akan lebih efisien serta lebih mampu menghadapi ancaman, kelemahan, peluang dan kekuatan.

Sementara faktor lainnya yang berpengaruh terhadap NTP adalah inflasi. Adanya inflasi akan berpengaruh terhadap nilai barang dan jasa yang harus dibayar petani untuk pengeluaran konsumsinya. Semakin tinggi inflasi maka semakin besar nilai yang harus dibayar petani untuk memenuhi kebutuhan hidup hariannya.

Pada intinya nilai tukar petani akan sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan petani. Besarnya nilai NTP juga dapat memperlihatkan bagaimana prospek sektor pertanian di Indonesia. Sebagai salah satu sektor kunci dan penopang sektor-sektor lainnya, seharusnya sektor pertanian adalah sektor dengan prospek yang baik dan menjanjikan. Jika petani sejahtera, sektor pertanian akan semakin maju. Semakin maju sektor pertanian, maka swasembada pangan akan mudah tercapai, dan pada akhirnya akan bermuara pada terciptanya kesejahteraan petani nasional.

BERITA TERKAIT

Bansos Pangan atau Beras oleh Bapanas dan Bulog Langgar UU Pangan dan UU Kesejahteraan Sosial?

  Oleh: Anthony Budiawan, Managing Director PEPS (Political Economy and Policy Studies) Presiden Joko Widodo memutuskan perpanjangan pemberian Bantuan Sosial…

Pembangunan Papua Jadi Daya Tarik Investasi dan Ekonomi

  Oleh : Clara Anastasya Wompere, Pemerhati Ekonomi Pembangunan   Bumi Cenderawasih memang menjadi fokus pembangunan yang signifikan di era…

Pastikan Stabilitas Harga dan Stok Beras, Pemerintah Komitmen Ketahanan Pangan

  Oleh : Nesya Alisha, Pengamat Pangan Mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia sangat penting karena memiliki dampak besar pada stabilitas…

BERITA LAINNYA DI Opini

Bansos Pangan atau Beras oleh Bapanas dan Bulog Langgar UU Pangan dan UU Kesejahteraan Sosial?

  Oleh: Anthony Budiawan, Managing Director PEPS (Political Economy and Policy Studies) Presiden Joko Widodo memutuskan perpanjangan pemberian Bantuan Sosial…

Pembangunan Papua Jadi Daya Tarik Investasi dan Ekonomi

  Oleh : Clara Anastasya Wompere, Pemerhati Ekonomi Pembangunan   Bumi Cenderawasih memang menjadi fokus pembangunan yang signifikan di era…

Pastikan Stabilitas Harga dan Stok Beras, Pemerintah Komitmen Ketahanan Pangan

  Oleh : Nesya Alisha, Pengamat Pangan Mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia sangat penting karena memiliki dampak besar pada stabilitas…