NERACA
Palu - Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) meminta pemerintah daerah terdampak gempa, tsunami dan likuefaksi di Sulawesi Tengah untuk merevisi data nilai total kerugian dan kerusakan akibat bencana. Permintaan itu disampaikan Perencana Madya Kedeputian Pengembangan Regional Bappenas Suprayoga Hadi dalam dialog publik rencana aksi rekonstruksi dan rehabilitasi pascabencana di Sulteng di Ballroom Hotel Santika Palu, seperti dikutip Antara, kemarin.
"Harus diverifikasi dan divalidasi lagi karena data kerugian dan kerusakan antara Pemprov Sulteng dan kabupaten/kota terdampak gbencana berbeda," kata Suprapto di depan Gubenur Sulteng Longki Djanggola, Bupati Sigi Moh. Irwan Lapata, Bupati Donggala Kasman Lassa dan Wakil Bupati Parimo Badrun Nggai.
Validasi dan verifikasi kembali data kerugian tersebut, menurut Suprayoga, sangat penting dilakukan sebab data itulah yang akan menjadi acuan pemerintah pusat menentukan besaran dana stimulan yang akan dicairkan dalam waktu dekat ini. Namun syaratnya, harus adaPeraturan Gubenur (pergub), Peraturan Wali Kota (Perwali) dan Peraturan Bupati (Perbup) yang berisi data kerugian akibat bencana. Itulah yang akan menjadi dasar bagi BNPB mencairkan dana stimulan yang diambil dari APBN.
"Dalam pemaparan Pemkot Palu, Pemkab Sigi, Donggala dan Parigi Moutong, total kerusakan dan kerugian dari empat daerah tersebut setelah saya hitung tidak kurang dari Rp40 triliun," ujar Suprayoga lagi. Ditemukan perbedaan data yang sangat jauh antara data Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah dengan data kerugian dari Pemkot Palu, Pemkab Sigi, Donggala dan Parigi Moutong.
Dalam pemaparannya Gubernur Sulteng Longki Djanggola mengatakan bahwa total kerugian akibat bencana gempa, tsunami dan likuefaksi di empat daerah tersebur tidak kurang dari Rp26 triliun. "Dari hasil kompilasi empat daerah terdampak bencana, kerugian dari sektor infrastruktur Rp6,5 triliun, ekonomi Rp6,2 triliun, sosial Rp2,1 triliun dan kerugian dari lintas sektor Rp370,8 miliar," ujar Longki saat memberikan sambutan pada dialog itu.
Setelah menyusun program dan kegiatan selama masa rehabilitasi dan rekonstruksi serta pendanaan, Longki mengatakan dibutuhkan setidaknya Rp35 triliun untuk memulihkan sektor-sektor itu. "Sebagian besar pendanaan untuk infrastruktur yaitu senilai Rp16,2 triliun, permukiman Rp7,2 triliun, ekonomi Rp5,3 triliun, sosial Rp5,1 triliun dan lintas sektor Rp5,3 triliun," kata Longki.
NERACA Jakarta – Pemerintah menyerap penerimaan negara bukan pajak (PNBP) senilai Rp115,9 triliun per 31 Maret 2025, setara 22,6…
NERACA Jakarta - Perekonomian Jakarta diperkirakan tetap tumbuh kuat, sedikit di bawah titik tengah kisaran 4,6-5,4 persen sepanjang tahun…
NERACA Jakarta - Filantropi sekaligus pebisnis asal Amerika Serikat (AS) Bill Gates, menunjukkan komitmennya dalam upaya meningkatkan kesejahteraan global…
NERACA Jakarta — Kantar Worldpanel Indonesia merilis laporan tahunan Brand Footprint 2025. Laporan tersebut mengukur brand FMCG yang paling banyak…
NERACA Jakarta – Confluent, Inc., pelopor data streaming, menghadirkan Data Streaming World Tour di Jakarta pada Kamis (8/5). Acara…
NERACA Jakarta – Kementerian Pekerjaan Umum (PU) sedang menyusun rencana aksi untuk menindaklanjuti kebijakan Zero Over Dimension and Over…