Defisit Transaksi Berjalan Tahun Diprediksi Melebar Hingga 2,5%

 

 

 

NERACA

 

Jakarta - Bank Indonesia (BI) ingin menjaga defisit transaksi berjalan tidak melebihi 2,1 persen dari Produk Domestik Bruto (DPB) pada tahun ini, meskipun impor bahan baku dan barang modal akan meningkat menyusul pemulihan kegiatan ekonomi domestik. Gubernur BI Agus Martowardojo di Jakarta, akhir pekan kemarin, mengakui Bank Sentral melihat defisit transaksi berjalan tahun ini akan di rentang 2-2,5 persen dari PDB, atau melebar dibanding 2017 yang sebesar 1,7 persen PDB, karena ekonomi yang akan pulih dengan proyeksi pertumbuhan di 5,1-5,5 persen (yoy).

Namun, Agus menyebutkan, besaran defisit transaksi berjalan di 2-2,5 persen PDB masih dalam level yang sehat bagi Indonesia, terutama jika dibandingkan negara-negara dengan kapasitas ekonomi yang sama (peers). "Defisit di 2018 akan sedikit meningkat defisitnya karena besarnya impor bahan baku yang akan digunakan mendorong ekonomi Indonesia di 2018. Tapi tidak akan melebihi 2,1 persen PDB," ujar dia.

Dalam salah satu komponen transaksi berjalan, yakni neraca perdagangan, Bank Sentral melihat sudah terjadi "tren" defisit. Namun, di Februari 2018, defisit neraca perdagangan akan lebih kecil dibanding Januari 2018 yang sebesar 0,68 miliar dolar AS. Di Januari 2018, defisit neraca perdagangan karena penurunan surplus neraca perdagangan nonmigas yang lebih besar dibandingkan dengan penurunan defisit neraca perdagangan migas.

Meski defisit transaksi berjalan tahun ini melebar, Bank Sentral sebelumnya meyakini tren surplus Neraca Pembayaran akan tetap terjaga tahun ini. Di 2017, Indonesia mencatat surplus NPI sebesar 11,6 miliar dolar AS. Sebelumnya, Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan, membengkaknya defisit transaksi berjalan tahun ini disebabkan karena pertumbuhan impor lebih besar dibandingkan pertumbuhan ekspor.

Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai impor Januari 2018 mencapai US$ 15,13 miliar, naik 0,26% dibanding bulan sebelumnya. Sedang dibandingkan periode sama 2017, tumbuh signifikan 26,44% year on year (YoY). Untuk nilai ekspor Januari 2018 tercatat US$ 14,45 miliar, turun tipis 2,81% dibanding bulan sebelumnya dan tumbuh 7,86% YoY. Selisih itu membuat neraca perdagangan Januari 2018 defisit US$ 670 juta.

"Ada akselerasai impor, terutama barang-barang terkait capital goods, raw material, itu menjadi support dari data kredit BI yang menunjukkan adanya kenaikan investasi," jelas Mirza, pekan lalu. Walau naik, Mirza bilang defisit transaksi berjalan Indonesia masih dalam level yang sehat. BI mencatat, kinerja neraca transaksi berjalan memang selalu mencatatkan angka defisit sejak tahun 2012. Kondisi ini sebenarnya berdampak negatif terhadap perekonomian, terutama kurs rupiah. Defisit adanya transaksi berjalan, menandakan lebih banyak dollar yang keluar daripada yang masuk ke Indonesia.

Head of Industry and Regional Research Bank Mandiri Dendi Ramdani mengatakan, impor sepanjang tahun ini akan meningkat pesat lantaran ekonomi yang akan tumbuh lebih cepat. Dia memperkirakan ekonomi Indonesia tahun ini akan tumbuh 5,3%, lebih tinggi dibanding tahun lalu yang 5,07%. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi, maka, "Kebutuhan impor bahan baku dan barang modal juga akan semakin tinggi," terang Dendi.

Dendi juga memperkirakan, nilai ekspor sepanjang 2018 akan meningkat. Namun, peningkatan ekspor diperkirakan lebih lambat dibanding tahun 2017. Penyebabnya, kenaikan harga komoditas tahun ini tidak sebesar tahun lalu. Tim ekonom Bank Mandiri pun memperkirakan CAD tahun ini akan melebar dibanding tahun lalu, lebih dari 2% dari PDB. "Surplus neraca perdagangan 2018 masih meningkat, tetapi makin kecil dibanding 2017," kata Dendi.

 

BERITA TERKAIT

Pemerintah Pastikan Defisit APBN Dikelola dengan Baik

  NERACA Jakarta – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memastikan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) masih terkelola dengan baik. “(Defisit)…

Kemenkeu : Fiskal dan Moneter Terus Bersinergi untuk Jaga Rupiah

  NERACA Jakarta – Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan kebijakan fiskal dan moneter terus disinergikan…

Kereta akan Menghubungkan Kawasan Inti IKN dengan Bandara Sepinggan

    NERACA Jakarta – Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) mengungkapkan kereta Bandara menghubungkan Kawasan Inti Pusat Pemerintahan atau KIPP…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Pemerintah Pastikan Defisit APBN Dikelola dengan Baik

  NERACA Jakarta – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memastikan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) masih terkelola dengan baik. “(Defisit)…

Kemenkeu : Fiskal dan Moneter Terus Bersinergi untuk Jaga Rupiah

  NERACA Jakarta – Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan kebijakan fiskal dan moneter terus disinergikan…

Kereta akan Menghubungkan Kawasan Inti IKN dengan Bandara Sepinggan

    NERACA Jakarta – Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) mengungkapkan kereta Bandara menghubungkan Kawasan Inti Pusat Pemerintahan atau KIPP…