Catatan Awal Tahun

Catatan Awal Tahun

Oleh: Ariyo DP Irhamna

Peneliti INDEF

Tahun ini merupakan tahun penting bagi pemerintah, sebab menjadi tahun terakhir bagi pemerintah untuk menunaikan janji politik. Selain itu, fokus pemerintah beresiko terganggu oleh agenda pilkada serentak. Meskipun pilkada serentak berpotensi mendorong aktivitas ekonomi masyarakat. Namun sayangnya, pemerintah tidak memulai tahun yang krusial ini dengan optimal. Hal ini tercermin dari laporan survei konsumen yang menunjukan sinyal negatif.

Secara umum, konsumen memiliki persepsi pesimis di awal tahun politik ini. Indeks keyakinan konsumen pada Januari 2018 turun dibandingkan bulan sebelumnya, dari 126,4 menjadi 126,1. Padahal sejak Oktober 2017, indeks keyakinan konsumen menunjukan tren yang positif. Penurunan Indeks Keyakinan Konsumen ini didorong oleh penurunan Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) sebesar 0,3 poin dan Indeks Ekspektasi Kondisi Ekonomi (IEK) sebesar 0,2 poin. Namun Indeks Penghasilan Konsumen meningkat sejalan dengan kenainan UMP 2018.

Jika kita lihat lebih detail, penurunan Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) disebabkan penurunan Indeks Ketepatan Waktu Pembelian durable goods sebesar 3,9 poin dan Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja yang turun sebesar 1,3 poin. Penurunan pembelian terjadi pada barang elektronik (HP, Televisi, Komputer, dll) dan furniture/perabotan rumah tangga. Sedangkan Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja turun karena didominasi oleh turunnya ketersediaan lapangan kerja bagi masyarakat dengan pendidikan SLTA hingga Sarjana.

Penurunan Indeks Ketepatan Waktu Pembelian barang-barang tersebut sangat mengakhwatirkan. Sebab awal tahun identik dengan berbagai diskon sehingga seharusnya ada peningkatan terhadap pembelian barang-barang tersebut. Artinya kondisi konsumen memang sedang melemah. Di sisi lain, penurunan indeks ketersediaan lapangan kerja menunjukan akan ada ancaman kenaikan angka pengangguran.

Di indikator lain, Indeks Ekspektasi Konsumen juga menurun dibandingkan bulan sebelumnya dari 137,6 menjadi 137,4. Penurunan mengenai ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi disebabkan penurunan terhadap ekspektasi ketersediaan lapangan pekerjaan lebih rendah 1,8 poin dan ekspektasi kegiatan usaha turun 0,1 poin, meskipun ekspektasi penghasilan mengalami kenaikan 1,2 poin.

Faktor turunnya ekspektasi ketersediaan lapangan pekerjaan kemungkinan disebabkan masyarakat telah paham bahwa era digital telah memberikan efek disruptif terhadap ketersediaan lapangan pekerjaan. Artinya tahun ini industri dan pengusaha harus segera menyesuaikan model bisnis menjadi lebih digital. Dan pemerintah perlu menyiapkan strategi kebijakan untuk menyerap tenaga kerja yang tidak terpakai akibat disruptif tersebut.

Peningkatan penghasilan konsumen pada awal tahun ini dialokasikan untuk membayar cicilan lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya, sehingga alokasi untuk konsumsi menurun. Hal ini terlihat dari peningkatan porsi pembayaran debt service to income ratio dari 13,8 persen menjadi 15,0 persen serta penurunan pendapatan konsumen untuk konsumsi dari 65,0 persen menjadi 64,4 persen.

Sedangkan di sisi ekspektasi, konsumen melihat bahwa tekanan kenaikan harga akan mulai reda pada April 2018. Ini disebabkan meredanya kekhawatiran masyarkat terhadap kenaikan harga BBM dan tarif listrik serta meningkatnya pasokan pangan setelah keran impor dibuka. Namun pada periode itu akan terjadi kampanye pilkada serentak, artinya harga akan berpotensi tidak stabil. Sedangkan harga sudah dipastikan kembali meroket di sekitar bulan Juni dan Juli yang didorong oleh faktor momentum Bulan Suci Ramadhan.

 

BERITA TERKAIT

Hingga Medio Maret 2024, Kinerja APBN Terjaga

  Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Pada konferensi pers mengenai APBN KiTA, Senin (25/5), Menteri…

Mudik Kelam 2024

  Oleh: Siswanto Rusdi Direktur The National Maritime Institute (Namarin)   Masih dalam suasana lebaran Idul Fitri 1445 H sehingga…

Mendeteksi Bank Bangkrut

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah) Masyarakat sepanjang tahun ini dikejutkan dengan laporan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang memberitakan sudah…

BERITA LAINNYA DI

Hingga Medio Maret 2024, Kinerja APBN Terjaga

  Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Pada konferensi pers mengenai APBN KiTA, Senin (25/5), Menteri…

Mudik Kelam 2024

  Oleh: Siswanto Rusdi Direktur The National Maritime Institute (Namarin)   Masih dalam suasana lebaran Idul Fitri 1445 H sehingga…

Mendeteksi Bank Bangkrut

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah) Masyarakat sepanjang tahun ini dikejutkan dengan laporan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang memberitakan sudah…