Peluang Pengembangan Industri Kreatif

 

Oleh: Nurdin Hamzah Hidayat

Pendiri Komunitas Literasi Aksara Berkaki, ISPE-INDEF

 

Dalam semangat industri kreatif saat ini, keberadaan pegiat literasi seakan tidak memiliki peran penting dalam mengembangkan industri kreatif berbasis literasi di indonesia. Hal ini dikarenakan minimnya tempat dan pemberian peran bagi pegiat literasi yang berhubungan dengan ekonomi kreatif.

Keberadaan dunia literasi terasa termarginalkan oleh pemerintahan khususnya di daerah luar jawa baik Sumatera maupun Kalimantan atau Indonesia bagian Timur. Dibutuhkan sebuah langkah konkrit dalam melindungi industri kecil dan menengah dengan memperbaharui model bisnis yang lebih kreatif. Tugas mentransformasi itu bukanlah milik pemerintah melalui Badan Usaha Ekonomi Kreatif dan swasta saja, namun merupakan tugas moril dan materil bagi pegiat literasi diseluruh daerah untuk memberikan pemahaman dan semangat yang sama kepada masyarakat luas.

Gelombang ekonomi kreatif menurut Alfin Tofler dalam Future Shock (1970) yang pertama adalah ekonomi berbasis pertanian, kedua ekonomi industri, dan ketiga ekonomi berbasis informasi dan kreatifitas. Untuk itu perlulah kehadiran pelaku literasi sebagai penyokong pertumbuhan industri kreatif di Indonesia, kualifikasi pelaku ekonomi kreatif itu bisa jadi berupa pengembangan hasil pertanian berupa kopi, kakao, dan lain-lain yang memiliki daya jual tinggi di pasar nasional dan internasional.

Sejumlah bidang ekonomi kreatif berupa karya sastra (novel, puisi, drama), buku cerita, penulisan kembali cerita rakyat, dan sebagainya. Sebagai gambaran bahwa sumatera barat memiliki banyak kekayaan literasi apakah berbentuk karya puisi, novel dan buku memiliki tingkat teratas diindonesia hasil kerja keras pemuda Sumatera Barat untuk mendidik, mempengaruhi dan menumbuhkan jiwa-jiwa kreatif. Kita bisa melihat contoh komunitas itu seperti Tanah Ombak, Komunitas Gubuak Kopi, Komunitas Pasa Harau atau skala mahasiswa komunitas Aksara Berkaki yang ikut serta dalam menumbuhkan bibit penulis di sumatera barat.

Sebagai penyangga ekonomi kreatif itu sendiri mestinya ada sebuah pengakuan dan kemudahan dalam membentuk serta memiliki Hak Kekayaan Industri (HAKI) , kemudahan dalam penerbitan, ijin dan tempat yang difasilitasi oleh Badan Ekonomi Kreatif hingga dapat dijamah oleh masyarakat dan pelaku usaha muda lainnya.

Hal ini dikira penting agar semakin naiknya semangat pegiat literasi untuk menghasilkan karya intelektual, salah satunya sastra. Adapun cara penghargaan itu adalah pemberian insentif, kegiatan apresiasi dan lomba kepenulisan yang menunjang tumbuh dan berkembangnya karya dan jasa kreatif mereka. 

Selain itu perlu kita perbaiki manajerial industri kreatif melalui literasi itu sendiri karena tanpa kita pungkiri salah satu kelemahan industri berbasis literasi adalah minimnya manajerial yang teratur dalam mengelola bisnisnya sendiri, karena rata-rata komunitas literasi memiliki kelemahan manajerial, perlu keterlibatan pemerintah, pelaku usaha serta intelektual yang ahli manajerial untuk memperbaiki manajerial komunitas literasi. 

BERITA TERKAIT

Tantangan APBN Usai Pemilu

   Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Pemilu untuk Presiden dan Wakil Presiden, serta DPR, DPD…

Kolaborasi Hadapi Tantangan Ekonomi

Oleh: Sri Mulyani Indrawati Menteri Keuangan Proses transisi energi yang adil dan terjangkau cukup kompleks. Untuk mencapai transisi energi tersebut,…

Dunia Kepelautan Filipina

  Oleh: Siswanto Rusdi Direktur The National Maritime Institute (Namarin)   Dunia kepelautan Filipina Tengah “berguncang”. Awal ceritanya dimulai dari…

BERITA LAINNYA DI

Tantangan APBN Usai Pemilu

   Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Pemilu untuk Presiden dan Wakil Presiden, serta DPR, DPD…

Kolaborasi Hadapi Tantangan Ekonomi

Oleh: Sri Mulyani Indrawati Menteri Keuangan Proses transisi energi yang adil dan terjangkau cukup kompleks. Untuk mencapai transisi energi tersebut,…

Dunia Kepelautan Filipina

  Oleh: Siswanto Rusdi Direktur The National Maritime Institute (Namarin)   Dunia kepelautan Filipina Tengah “berguncang”. Awal ceritanya dimulai dari…