Tertekan Kebijakan The Fed, Rupiah Melemah

 

 

 

NERACA

 

Jakarta - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin sore bergerak melemah sebesar 49 poin menjadi Rp13.494 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.445 per dolar Amerika Serikat (AS). "Dolar AS menguat terhadap mayoritas mata uang dunia menyusul kabar mengenai calon pengganti Ketua Federal Reserve merupakan sosok yang memiliki kebijakan moneter lebih progresif daripada Janet Yellen," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Senin (2/10).

Ia mengemukakan bahwa Presiden Amerika Serikat Donald Trump dikabarkan sudah meneliti beberapa kandidat pengganti Janet Yellen yang akan mengakhiri jabatannya pada 2018 nanti. Di antara nama kandidat pengganti Yellen muncul nama Kevin Warsh, mantan gubernur The Fed. Selain kandidat yang "hawkish", ia menambahkan bahwa data makroekonomi Amerika Serikat turut menumbuhkan optimisme pasar bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga acuannya pada akhir tahun ini. "Revisi data produk domestik bruto (PDB) Amerika Serikat pada kuartal kedua mengalami kenaikan 10 basis poin menjadi 3,1 persen, dari sebelumnya 3,0 persen," katanya.

Pengamat pasar uang Bank Woori Saudara Indonesia Tbk Rully Nova menambahkan bahwa sebagian besar mata uang negara berkembang, termasuk rupiah mengalami tekanan terhadap dolar AS di tengah potensi kenaikan suku bunga Amerika Serikat pada akhir tahun ini. "Sentimen eksternal menjadi faktor yang mendorong rupiah mengalami tekanan," katanya.

Sementara dari dalam negeri, lanjut dia, sentimennya relatif stabil menyusul data inflasi September 2017 yang masih terkendali. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada September 2017, Indonesia mengalami inflasi sebesar 0,13 persen.

Sehingga tingkat inflasi tahun kalender (Januari-September) 2017 sebesar 2,66 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (September 2017 terhadap September 2016) sebesar 3,72 persen. Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Senin ini (2/10) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah ke posisi Rp13.499 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.429 per dolar AS.

Analis Pasar Uang Bank Mandiri, Reny Eka Putri mengatakan, kondisi rupiah saat ini sudah patut dikhawatirkan atau dia menyebut 'lampu kuning'. Sebab pelemahan rupiah sudah tak lagi wajar. "Sebenarnya bukan hal yang wajar. Memang dolar AS-nya saja yang menguat, karena kita tidak melemah sendirian. Tapi melemah paling besar. Dikhawatirkan kalau lemah lebih dalam lagi," tuturnya.

Memang, kata Reny level saat ini belum terlalu mengkhawatirkan. Akan tetapi kondisi rupiah jadi berstatus mengkhawatirkan apabila sudah sentuh level Rp 13.600. "Itu sudah mengkhawatirkan kalau tembus Rp 13.600. Jadi sekarang sudah lampu kuning," imbuhnya.

Sebab menurut analisisnya, saat ini sebenarnya belum ada sentimen baru dari global yang membuat dolar AS menguat. Apalagi dari dalam negeri muncul sentimen positif dari data inflasi pada September 2017 yang cukup terkendali sebesar 0,13%. "Kalau kita lihat jangka pendek masih akan bullish dolar AS-nya. Kita memang cermati perkembangan nanti impact-nya cut ballance sheet The Fed yang bisa menguatkan dolar," imbuhnya.

Jika dolar AS semakin menguat, Reny menilai Bank Indonesia (BI) harus ambil tindakan. Setidaknya selalu hadir di pasar untuk meredam dolar AS. "Cadangan devisa kan masih tinggi. Tapi kita enggak bilang intervensi, tapi BI harus masih menjaga kondisi rupiah di market," tukasnya.

 

BERITA TERKAIT

Peruri : Permintaan Pembuatan Paspor Naik Tiga Kali Lipat

    NERACA Jakarta – Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Perum Peruri) mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri…

Jika BBM Naik, Inflasi Diprediksi Capai 2,5-3,5%

  NERACA Jakarta – Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia memperkirakan inflasi di kisaran 2,5-3,5 persen pada tahun 2024…

Kemenhub Siap Fasilitasi Investasi Jepang di Proyek TOD MRT Jakarta

    NERACA Jakarta – Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan pihaknya siap memfasilitasi investor dari Jepang untuk pengembangan…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Peruri : Permintaan Pembuatan Paspor Naik Tiga Kali Lipat

    NERACA Jakarta – Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Perum Peruri) mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri…

Jika BBM Naik, Inflasi Diprediksi Capai 2,5-3,5%

  NERACA Jakarta – Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia memperkirakan inflasi di kisaran 2,5-3,5 persen pada tahun 2024…

Kemenhub Siap Fasilitasi Investasi Jepang di Proyek TOD MRT Jakarta

    NERACA Jakarta – Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan pihaknya siap memfasilitasi investor dari Jepang untuk pengembangan…