Paradox Harga dan Kualitas Pariwisata RI

 

Oleh: Gregorius Dimas HP

Center for Event and Tourism Studies
Universitas Prasetiya Mulya

 

Laporan World Economy Forum (WEF) dalam The Travel Competitiveness Report (TTCR) 2017 secara tegas menunjukkan adanya dua kutub indeks penilaian yang dimiliki Indonesia yaitu Price Competitiveness (Harga Kompetitif) sebagai kutub keunggulan Pariwisata yang  tertinggi. Indeks penilaian tersebut berada pada peringkat 5. Sedangkan sebaliknya pada sisi terlemah, dan kutub kelemahan Environmental Sustainablity (Keberlangsungan Lingkungan Hidup) yang berada di peringkat 131.

Dari acuan TTCR 2017 menunjukkan bahwa kedua kutub terdiri dari beberapa faktor yang mendukung tiap - tiap variabelnya. Kutub terkuat yaitu Harga Kompetitif dibentuk dari beberapa faktor utama, seperti Indeks Harga Hotel, Paritas Daya Beli, dan Tingkat Harga BBM. Sedangkan kutub terlemah adalah variabel Keberlangsungan Lingkungan Hidup yang terdiri dari sepuluh faktor. Tiga diantaranya mulai dari spesies yang terancam punah, alih fungsi lahan hutan, dan pengolahan air limbah.

Masih dalam laporan yang sama, produk wisata (atraksi) yang dijual berada dalam dua unsur yaitu Natural Resources/Sumber Daya Alam dan Cultural Resources and Business Travel/Sumber Daya Budaya dan Bisnis Wisata/Buatan. Sedangkan untuk unsur Natural Resources yang dimiliki Indonesia, dimana kelompok Jumlah Spesies yang Diketahui dan Jumlah Situs Alam Warisan Dunia berada pada indeks tertinggi. Bersyukurlah bagi Bangsa ini, sebab kedua unsur ini adalah unsur – unsur yang didapatkan percuma dan bisa dimanfaatkan tanpa usaha keras (take it for granted).

Natural Resources sejatinya adalah sebuah komponen kompleks yang hingga saat ini belum mampu dihasilkan oleh manusia secara mandiri. Manusia hanya sebatas menikmati dan memanfaatkan. Unsur proteksi sebagai upaya pemeliharaan Keberlangsungan Lingkungan Hidup, adalah harga mati yang tidak dapat ditawar. Sebutlah, keberadaaan 1.074 spesies yang hidup di Raja Ampat (KKP, 2014).  Unsur tersebut sangatlah bergantung pada ekosistem alami yang sangat rumit, dimana setiap unsur didalamnya saling menunjang satu sama lain. Namun, disisi lain keberadaaannya sangat rentan dengan kerusakan bila terkena campur tangan manusia.

Untuk membayangkannya, bisa terlihat dalam kompleksitas pemanfaatan akuarium laut. Dibutuhkan upaya dengan biaya yang lebih mahal. Memelihara hewan laut didalam sebuah akuarium buatan bukan perkara mudah, ada unsur – unsur mineral kompleks tertentu seperti cahaya, arus, oksigen, dan salinitas yang harus dipenuhi para pemelihara/pemanfaatnya. Lebih jauh lagi, harga yang harus dibayar menjadi lebih mahal, jika teknologi penunjang belum dapat dihasilkan secara mandiri.

Disinilah ada ketidakseimbangan antara upaya memanfaatkan dan keberlanjutan. Peran harga sangat sentral dalam melumasi unsur – unsur lain yang secara tidak langsung akan menopang keberlangsungan lingkungan hidup itu sendiri. Sebab, jamak diketahui dalam dunia perdagangan, masyarakat awam sangat mengenal istilah “ada harga ada rupa/kualitas”. Artinya, untuk mendapatkan sebuah barang/jasa yang lebih berkualitas, maka dibutuhkan upaya yang besar. Sebuah upaya atau usaha ini dikonversi dalam jumlah energi tertentu yang dinumerikasi dalam bentuk nilai ekonomi yaitu harga.

Komponen harga dalam acuan ekonomi, menjadi salah satu alat ukur besarnya pemasukan atau energi yang akan mestimulus pergerakan unsur lainnya, jika indeks yang dimiliki Indonesia (rendah) maka tidaklah mengherankan jika Keberlangsungan Lingkungan Hidup juga menjadi variabel dengan nilai terendah. Sebab, sudah tidak lagi energi tersisa yang bisa dikonversikan untuk menyokong unsur – unsur tersebut. Mengacu hal ini, dapat dikatakan Indonesia sedang mengalami kerugian yang amat besar namun secara sadar atau tidak tetap dijalankan, layaknya perilaku anak yang hanya sekedar menjual harta orang tua satu persatu untuk bertahan hidup.

BERITA TERKAIT

Tantangan APBN Usai Pemilu

   Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Pemilu untuk Presiden dan Wakil Presiden, serta DPR, DPD…

Kolaborasi Hadapi Tantangan Ekonomi

Oleh: Sri Mulyani Indrawati Menteri Keuangan Proses transisi energi yang adil dan terjangkau cukup kompleks. Untuk mencapai transisi energi tersebut,…

Dunia Kepelautan Filipina

  Oleh: Siswanto Rusdi Direktur The National Maritime Institute (Namarin)   Dunia kepelautan Filipina Tengah “berguncang”. Awal ceritanya dimulai dari…

BERITA LAINNYA DI

Tantangan APBN Usai Pemilu

   Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Pemilu untuk Presiden dan Wakil Presiden, serta DPR, DPD…

Kolaborasi Hadapi Tantangan Ekonomi

Oleh: Sri Mulyani Indrawati Menteri Keuangan Proses transisi energi yang adil dan terjangkau cukup kompleks. Untuk mencapai transisi energi tersebut,…

Dunia Kepelautan Filipina

  Oleh: Siswanto Rusdi Direktur The National Maritime Institute (Namarin)   Dunia kepelautan Filipina Tengah “berguncang”. Awal ceritanya dimulai dari…