Pemerintah Diminta Jaga Harga Pangan

 

 

NERACA

 

Jakarta - Pertumbuhan ekonomi yang diprediksi pemerintah dapat mencapai sekitar 5,4-5,8 persen pada 2017 dapat berdampak kepada potensi naiknya harga bahan pangan di masa mendatang sehingga pemerintah perlu benar-benar mengantisipasinya. “Pemerintah harus mengupayakan terjaganya level penawaran agar dapat mengimbangi level permintaan yang meningkat," kata peneliti kebijakan publik bidang perdagangan kesejahteraan rakyat Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Hizkia Respatiadi, dalam rilis, di Jakarta, Kamis (16/2).

Menurut Hizkia, studi CIPS menunjukkan bahwa faktor ekonomi makro seperti pertumbuhan ekonomi turut berpengaruh terhadap perubahan harga bahan pangan. Hal ini dikarenakan pertumbuhan ekonomi selalu diikuti oleh meningkatnya daya beli masyarakat, yang kemudian akan diikuti oleh bertambahnya permintaan terhadap bahan pangan. Untuk itu, ujar dia, potensi perdagangan internasional perlu lebih diperhatikan sebagai alternatif untuk memenuhi kebutuhan ini seperti memanfaatkan harga beras yang murah dari negara tetangga.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan pemerintah memiliki komitmen untuk menjaga ketersedian dan gejolak harga pangan di 2017, terutama untuk komoditas beras dan gula. "Negara harus mengambil peran dalam menjaga stabilitas harga," kata Darmin dalam rapat koordinasi di Jakarta, Rabu (1/2).

Terkait beras, pemerintah akan berupaya memperbaiki irigasi yang rusak dan membangun embung-embung di desa-desa. Embung-embung dan irigasi tersebut diharapkan mampu mengairi lahan seluas sekitar 100 sampai dengan 200 hektare. Kementerian Pertanian berencana menyiapkan toko tani Indonesia (TTI) hingga ke pemukiman-pemukiman warga untuk memberikan kemudahan bagi masyarakat memperoleh bahan pangan dengan harga yang lebih murah dari pasaran.

Menteri Pertanian Amran Sulaiman, Senin (6/2) mengatakan, untuk meluaskan jangkauan TTI hingga ke pemukiman warga tersebut maka pihaknya menyiapkan unit-unit mobil khusus yang bisa mengangkut komoditas pangan.

Sementara itu, Direktur Centre for Budget Analysis (CBA) Uchok Sky Khadafi menilai fungsi Perum Bulog sebagai stabilisator harga komoditas pangan dinilai belum sepenuhnya berjalan efektif. Menurut Uchok saat dihubungi, Senin (6/2), selama ini masih terdapat indikasi penimbunan komoditas pangan sehingga memberikan dugaan adanya permainan harga di pasar.

 

BERITA TERKAIT

Peruri : Permintaan Pembuatan Paspor Naik Tiga Kali Lipat

    NERACA Jakarta – Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Perum Peruri) mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri…

Jika BBM Naik, Inflasi Diprediksi Capai 2,5-3,5%

  NERACA Jakarta – Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia memperkirakan inflasi di kisaran 2,5-3,5 persen pada tahun 2024…

Kemenhub Siap Fasilitasi Investasi Jepang di Proyek TOD MRT Jakarta

    NERACA Jakarta – Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan pihaknya siap memfasilitasi investor dari Jepang untuk pengembangan…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Peruri : Permintaan Pembuatan Paspor Naik Tiga Kali Lipat

    NERACA Jakarta – Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Perum Peruri) mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri…

Jika BBM Naik, Inflasi Diprediksi Capai 2,5-3,5%

  NERACA Jakarta – Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia memperkirakan inflasi di kisaran 2,5-3,5 persen pada tahun 2024…

Kemenhub Siap Fasilitasi Investasi Jepang di Proyek TOD MRT Jakarta

    NERACA Jakarta – Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan pihaknya siap memfasilitasi investor dari Jepang untuk pengembangan…