Ekonomi Indonesia Diprediksi Melambat 2012 .

NERACA

Jakarta---Krisis global jelas akan berdampak pada melambatnya ekonomi domestik mengalami pelambatan. Bahkan pelambatan itu akan berakhir lebih rendah dari target tahun ini sebesar 6,5%. Karena itu pada 2012 perekonomian Indonesia hanya akan tumbuh sekitar 6,1%-6,2%. "Angka pertumbuhan ini masih lebih tinggi dari perkiraan World Bank untuk skenario severe global slowdown yang memperkirakan perekonomian Indonesia akan tumbuh sebesar 5,5%-4,6%," kata Ekonom Universitas Indonesia (UI) Sugiharso Safuan kepada wartawan di Jakarta, Rabu (16/11)

 

Lebih jauh kata Sugiharso, menurunnya pertumbuhan ekonomi Indonesia. Karena adanya pelambatan ekonomi yang terjadi di Uni Eropa. Imbasnya sendiri akan terasa pada kinerja ekspor Indonesia yang akan melambat drastis karena menurunnya permintaan. "Ekspor ke Eropa menurun 13,7% dari total ekspor keseluruhan. Namun, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih didukung pertumbuhan ekonomi domestik yang mencapai 5,5%-7,7%," lanjutnya.

 

Dengan asumsi harga minyak dunia tahun depan sebesar USD102 per barel, dan tidak akan ada kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. "Namun, pada tingkat harga BBM subsidi sebesar Rp4.500 per liter, pertumbuhan pengeluaran pemerintah diperkirakan akan meningkat 5,5%-7,7%," imbuhnya.

 

Berbeda dengan Kementerian Keuangan yang tetap merasa yakin pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2012 ditaksir akan mencapai 6,7%. Pulau Jawa dan Bali masih akan berkontribusi paling banyak dalam pertumbuhan ekonomi tersebut. "Struktur atau distribusi pertumbuhan ekonomi penduduk Indonesia ke depan diperkirakan masih akan didominasi oleh kelompok provinsi-provinsi di Jawa dan Bali,”paparnya.

 

Bahkan dua pulau tersebut  memberikan kontribusi cukup significant dibanding pulau-pulau yang lain. “Dua pulai ini yang memberikan peranan terhadap PDB nasional sebesar 4,01%, disusul Sumatera 1,52%, Kalimantan 0,64%, Sulawesi 0,29% dan NTB, Maluku, Papua 0,24%," tambahnya

 

Bambang menambahkan pada tahun depan pemerintah menargetkan angka inflasi dapat ditekan di angka 5,3% (plus minus satu persen) maka angka inflasi di daerah harus terus ditekan sehingga akan mendorong rendah dan stabilnya laju inflasi nasional. "Berdasarkan data historis inflasi daerah terhadap rata-rata nasional, daerah yang biasanya inflasinya masih tinggi adalah Sumatera, Kalimantan dan Muluku dan yang berada di bawah adalah Jakarta, Jawa (di luar Jakarta) dan Sulawesi," lanjutnya.

 

Bambang menambahkan, daerah-daerah yang harus diperhatikan karena mempunyai tingkat inflasi tinggi dengan pertumbuhan rendah adalah daerah Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara, dan Sumatera bagian Utara. Serta daerah-daerah dengan inflasi rendah dan pertumbuhan tinggi adalah Sulawesi, Maluku, dan Papua. **cahyo

 

BERITA TERKAIT

Peruri : Permintaan Pembuatan Paspor Naik Tiga Kali Lipat

    NERACA Jakarta – Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Perum Peruri) mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri…

Jika BBM Naik, Inflasi Diprediksi Capai 2,5-3,5%

  NERACA Jakarta – Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia memperkirakan inflasi di kisaran 2,5-3,5 persen pada tahun 2024…

Kemenhub Siap Fasilitasi Investasi Jepang di Proyek TOD MRT Jakarta

    NERACA Jakarta – Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan pihaknya siap memfasilitasi investor dari Jepang untuk pengembangan…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Peruri : Permintaan Pembuatan Paspor Naik Tiga Kali Lipat

    NERACA Jakarta – Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Perum Peruri) mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri…

Jika BBM Naik, Inflasi Diprediksi Capai 2,5-3,5%

  NERACA Jakarta – Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia memperkirakan inflasi di kisaran 2,5-3,5 persen pada tahun 2024…

Kemenhub Siap Fasilitasi Investasi Jepang di Proyek TOD MRT Jakarta

    NERACA Jakarta – Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan pihaknya siap memfasilitasi investor dari Jepang untuk pengembangan…