Optimalkan Produksi Tambang - Bayan Anggarkan Capex US$ 47 Juta

NERACA

Jakarta – Emiten pertambangan, PT Bayan Resources Tbk (BYAN) menganggarkan belanja modal atau capex tahun ini sebesar US$ 35 juta hingga US$ 47 juta. Dana tersebut, nantinya akan digunakan untuk memaksimalkan portofolio bisnis. Disebutkan, semua capex diambil dari kas internal perusahaan. Hingga Maret lalu, realisasi penggunaan capex sebesar US$ 2,8 juta.

Hingga saat ini, perseroan juga telah memperoleh komitmen penjualan batubara sebesar 7,8 juta metrik ton (MT). Dari angka tersebut, 69,5% merupakan kontrak yang menggunakan harga tetap. Sisanya, menggunakan harga mengambang. Terkait harga, menurut Direktur BYAN, Russel Neil, ada peluang untuk tumbuh. Average selling price (ASP) batubara mulai memasuki level US$ 50 per ton. "Grafik harganya pun sudah mulai datar dan cenderung bertahan pada level ini setelah sebelumnya terus menukik,"ujarnya di Jakarta, kemarin.  

Tahun ini, manajemen menargetkan pendapatan US$ 400 juta-US$ 600 juta. Sepanjang tahun lalu, pendapatan BYAN merosot cukup dalam, sebesar 43,8% year on year (yoy). Pasalnya, penjualan batubara merosot drastis menjadi sebesar US$ 465 juta. Meski demikian, kerugian BYAN yang pada tahun 2014 sebesar US$ 138 juta, telah berkurang menjadi US$ 64,4 juta pada tahun 2015.

Asal tahu saja, PT Bayan Resources Tbk menargetkan volume produksi batubaranya tumbuh lebih dari empat kali lipat untuk beberapa tahun ke depan. Target ini bisa terealisasi jika proyek double track Borneo dan Techno Park yang menghubungkan antara Kalimantan Tengah dengan Kalimantan Timur tuntas. “Jika proyeknya jadi, kapasitas produksinya bisa kami naikkan menjadi sekitar 50 juta metrik ton (MT) per tahun," kata Russel Neil.

Maka atas pertimbangan itulah, satu jalur kereta api ini memiliki kapasitas distribusi antara 45 juta MT hingga 50 juta MT. Otomatis, daya angkut serta distribusi batubara BYAN terangkat dengan keberadaan double track tersebut. Sementara, BYAN sendiri memiliki cadangan batubara sekitar 1 miliar MT.

Catatan saja, proyek double track sepanjang 900 kilometer (km) ini menelan investasi Rp 72 triliun. Pengerjaannya sudah dimulai jelang penutupan akhir tahun lalu. Rencananya, proyek ini bakal kelar untuk lima tahun kedepan. Proyek ini dikerjakan oleh PT Kereta Api Borneo (PT KAB), yang merupakan anak perusahaan Russian Railways (RZhD). Tentunya hal ini bisa menjadi katalis positif bagi perseroan. Sebab, selama ini distribusi batubara BYAN dilakukan dengan menggunakan jalur sungai. "Ini sangat tergantung dengan kondisi cuaca," imbuh Russel.

Ketika kemarau, ketinggian air Sungai Kedang Kepala bisa dibawah delapan meter. Jika tongkang dipaksakan menggunakan daya angkut maksimal maka akan membuat tongkang tersebut kandas. Jadi, solusinya, tonase batubara yang diangkut harus dikurangi. Kondisi ini otomatis membuat volume produksi dan penjualan BYAN menjadi kurang maksimal.

Terlepas dari kondisi oversupply yang melanda industri batubara, kondisi ini juga yang membuat volume produksi dan penjualan BYAN relatif stagnan jika dibandingkan dengan tahun lalu. Manajemen menargetkan volume produksi tahun ini antara 11 juta MT-14 juta MG dan volume penjualan 13 juta MT-16 juta MT. "Tapi untuk jangka panjang bisa lebih besar lagi karena double track memiliki daya angkut yang lebih terjamin daripada memanfaatkan jalur sungai," tandas Russel. (bani)

 

 

BERITA TERKAIT

Tampung 1000 Jemaah - APLN Resmikan Masji Raya Al Azhar Podomoro Park

Emiten properti, PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) sejak lama fokus menyasar pasar Jawa Barat. Perusahaan banyak menebar proyek bisnis…

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Tampung 1000 Jemaah - APLN Resmikan Masji Raya Al Azhar Podomoro Park

Emiten properti, PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) sejak lama fokus menyasar pasar Jawa Barat. Perusahaan banyak menebar proyek bisnis…

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…