Menyambut Puasa dan Lebaran - Kenaikan Harga Bahan Pokok Tak Boleh Lebih 20%

NERACA

Jakarta – Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Herman Khaeron mengingatkan agar kenaikan harga pangan saat Ramadhan dan Idul Fitri 1437 Hijriah tidak terlalu tinggi atau melebihi 20 persen agar tidak membebani masyarakat. "Kalau mengukur kenaikan harga biasanya sekitar 10-20 persen. Harus dijaga jangan sampai melebihi itu," kata Herman Khaeron di Jakarta, dikutip dari Antara, kemarin.

Ia menyebutkan, pihaknya menginginkan komoditas beras sebagai bahan pangan pokok harus tersedia dengan cukup dan mudah diperoleh. Sedangkan yang kedua, lanjutnya, adalah beragam daging seperti sapi, ikan dan ayam, yang diperkirakan juga berpotensi mengalami kenaikan harga. "Suplainya harus disesuaikan dengan tingkat permintaan," kata politisi Partai Demokrat itu.

Untuk itu, ujar dia, berbagai pihak terkait juga perlu mengamankan pola distribusi sehingga benar-benar dapat tersalurkan ke berbagai daerah dengan baik dan tepat.  Sebagaimana diwartakan, Perum Bulog menggandeng masyarakat menjadi bagian dalam jaringan distribusi bahan pangan melalui Program Rumah Pangan Kita (RPK) sebagai upaya menstabilkan harga pangan.

Dirut Perum Bulog Djarot Kusumayakti di sela peluncuran Program Rumah Pangan Kita di Jakarta, Senin (9/5), menyatakan RPK merupakan gerai pemasaran bahan pangan dan produk industri pangan strategis yang dibentuk untuk memotong rantai distribusi sehingga makin mendekatkan produsen dan konsumen.

Melalui RPK, lanjutnya, masyarakat diajak untuk menjadi mitra usaha Bulog dalam jaringan distribusi bahan pangan strategis seperti beras, gula, minyak goreng, terigu, daging bahkan nantinya juga cabai dan bawang merah.

Sebelumnya, pemerintah menyatakan akan memperkuat pasokan dan distribusi pangan nasional untuk menjaga stabilitas harga sebagai persiapan menghadapi Ramadhan pada Juni 2016. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution di Jakarta, Senin (25/4) mengatakan persiapan itu dilakukan karena kondisi cuaca yang sulit diprediksi berpotensi menggeser waktu panen dan menurunkan produksi beras. "Kami ingin memperbaiki dari dua sisi sekaligus, produksi panen dan stok cadangan. Keduanya saling mempengaruhi, kalau kualitas panen bagus, stok bisa disimpan lebih lama," kata Darmin.

Pengamat sektor pertanian Bustanul Arifin mengatakan setiap daerah perlu mengawasi kondisi stok pangan dan melakukan sinergi yang baik dengan pemerintah pusat dalam rangka menstabilkan harga pangan."Saya mengusulkan solusi karena setiap daerah memiliki TPID (Tim Pengendali Inflasi Daerah), maka setiap daerah juga perlu mengawasi tingkat kenaikan stok pangan," kata Bustanul Arifin.

Dia mengakui bahwa tingkat inflasi saat ini masih berada sesuai dengan target yang direncanakan, tetapi kalau tingkat konsumsi pangan dapat keadaan volatil (naik-turun) maka hal tersebut juga harus selalu dijaga.

Untuk itu, menurut dia, juga diperkukan sinergi yang baik dengan kebijakan fiskal dan moneter yang berada di bawah koordinasi Kemenko Perekonomian dan Kementerian Keuangan. Sebelumnya, Menteri Pertanian Amran Sulaiman berencana akan mengembangkan 1.000 toko tani Indonesia untuk menstabilkan harga komoditas pangan. "Kami juga ingin memotong rantai suplai, bekerja sama dengan kelompok-kelompok tani," ujar Amran di Jakarta, Senin (16/5).

Dengan memotong rantai suplai, pemerintah berharap dapat menekan harga komoditas seperti bawang merah, cabai dan beras yang dapat melonjak tinggi di pasaran terutama menjelang hari-hari besar seperti Hari Raya Idul Fitri.

Bustanul Arifin mengatakan tingkat kenaikan harga sejumlah bahan pangan seperti beras diyakini tidak akan besar pada saat bulan puasa 2016 terutama bila pemerintah mengantisipasinya dengan tepat "Setelah panen kemarin dan ekspektasi panen berikutnya Juli-Agustus, kondisi seperti ini kalaupun ada kenaikan saat Ramadhan tidak akan besar," kata Bustanul.

Menurut Bustanul, diperkirakan kalau ada kenaikan harga tidak akan melebihi 10 persen asalkan tidak ada spekulasi dan ekspektasi berlebihan sehingga banyak yang menyimpan beras sehingga bisa terjadi akumulasi pergerakan harga.

Dia mengakui, saat ini memang ada pergerakan harga tetapi hal tersebut dinilai karena ada gangguan distribusi terkait untuk memenuhi target daerahnya masing-masing. Bustanul menyebutkan, rentang waktu yang harus diwaspadai adalah pada bulan November-Desember 2016, yang jika manajemen stok tidak berjalan dan kurang diantisipasi dengan baik, maka dikhawatirkan akan ada kenaikan harga.

BERITA TERKAIT

Konsumen Cerdas Cipakan Pasar yang Adil

NERACA Jakarta – konsumen yang cerdas dapat berperan aktif dalam menciptakan pasar yang adil, transparan, dan berkelanjutan. Konsumen perlu meluangkan…

Sistem TI Pantau Pemanfaatan Kuota BBL

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap menyiapkan sistem informasi pemantauan elektronik untuk mengawal…

UMKM Pilar Ekonomi Indonesia

NERACA Surabaya – Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) merupakan pilar ekonomi Indonesia. Pemerintah akan terus memfasilitasi kemajuan UMKM dengan…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Konsumen Cerdas Cipakan Pasar yang Adil

NERACA Jakarta – konsumen yang cerdas dapat berperan aktif dalam menciptakan pasar yang adil, transparan, dan berkelanjutan. Konsumen perlu meluangkan…

Sistem TI Pantau Pemanfaatan Kuota BBL

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap menyiapkan sistem informasi pemantauan elektronik untuk mengawal…

UMKM Pilar Ekonomi Indonesia

NERACA Surabaya – Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) merupakan pilar ekonomi Indonesia. Pemerintah akan terus memfasilitasi kemajuan UMKM dengan…