Sido Muncul Peduli Lingkungan - Kampanyekan Orang Bijak Tolak Kantong Plastik

Pro dan kontrak dibalik kebijakan plastik berbayar hingga tudingan kebijakan yang tidak efektif menekan limbah plastik, tentunya menjadi hal yang sah-sah saja karena penilaian masyarakat yang beragam dari berbagai sisi. Namun yang pasti, dibalik kebijakan tersebut ada semangat dan tekad baik pemerintah untuk menyelamatkan lingkungan. Hal ini sangat beralasan, karena limbah plastik atau kantung kresek mempunyai dampak signifikan bahayanya kepada lingkungan. Apalagi, Indonesia masuk dalam peringkat kedua di dunia sebagai penghasil sampah plastik ke Laut setelah Tiongkok.

Berdasarkan data Jambeck (2015), Indonesia berada di peringkat kedua dunia penghasil sampah plastik ke laut yang mencapai sebesar 187,2 juta ton setelah Cina yang mencapai 262,9 juta ton. Berada di urutan ketiga adalah Filipina yang menghasilkan sampah plastik ke laut mencapai 83,4 juta ton, diikuti Vietnam yang mencapai 55,9 juta ton, dan Sri Lanka yang mencapai 14,6 juta ton per tahun. Setiap tahun produksi plastik menghasilkan sekitar delapan persen hasil produksi minyak dunia atau sekitar 12 juta barel minyak atau setara 14 juta pohon.

Lebih dari satu juta kantong plastik digunakan setiap menitnya, dan 50% dari kantong plastik tersebut dipakai hanya sekali lalu langsung dibuang. Dari angka tersebut, hanya lima persen yang benar-benar di daur ulang. Melihat kondisi tersebut, menjadi keprihatinan bagi PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) untuk peduli terhadap lingkungan yang diakibatkan limbah plastik dengan mengkampanyekan stop pengunaan plastik kresek dengan meluncurkan iklan layanan masyarakat, Tolaklinu, Ayo Peduli Lingkungan. “Plastik itu tidak bisa dihindari, tapi bisa dikelola supaya bisa menjadi limbah yang berguna. Kita bisa dan harus dimulai," ujar Irwan Hidayat, Presiden Direktur PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk.

Menurut Irwan, semua perusahaan menggunakan kemasan yang salah satunya plastik, tapi tentu sudah menggunakan bahan yang ramah lingkungan.  Hanya saja ketika menjadi sampah plastik, kaleng, kertas dan lain sebagai menjadi bercampur satu sehingga sulit untuk mengolahnya lebih lanjut."Jadi ide saya, kita ingin mengajak masyarakat untuk mulai memilah sampah mulai dari rumah sendiri dan saya akan mebagikan stiker " Rumah Peduli Lingkungan" pada masarakat unuk ditempel dirumahnya.”ungkapnya.

Memilah Sampah

Nantinya dengan stiker Rumah Peduli Lingkungan, lanjut Irwan, para pemulung akan mengetahui bila di rumah tersebut ada sampah yang sudah dipilah dan bisa mengambilnya secara gratis. Tentunya hal ini, selain membantu mengurangi permasalahan sampah dan membantu kebersihan lingkungan, secara tidak langsung juga sudah membantu pemulung mendapat rezeki. “Selama ini plastik, kaleng, kertas menjadi satu dalam limbah sampah dan bercampur lumpur dan akan sulit terurai. Kita tidak bisa menghindari penggunaan plastik dan kaleng, termasuk penggunaan kantong plastik berbayar dan kalau bisa tidak hanya dilarang tetapi distop penggunaan kantung plastic.”tuturnya.

Tidak hanya sampai disitu saja, menurutnya, limbah plastik, kaleng, kertas dan lainnya harus bisa dikelola dengan cara memilahnya sebelum di buang. Pada kesempatan yang sama, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya memberikan apresiasi atas inisiatif Sido Muncul meluncurkan iklan layanan masyarakat Tolaklinu, Orang Bijak #tolakkantongplastik. Intinya adalah Lingkungan yang sehat untuk orang yang sehat. "Edukasi lingkungan ini memang sangat lemah, termasuk pada Kementerian saya, jadi adanya peran swasta seperti Sido Muncul sangat berarti sekali, kita perlu edukasi dan pendampingan pada masyatakat."ungkapnya.

Lebih lanjut, Menteri Siti mengatakan, gerakan menggunakan kantok plastik berbayar sudah diikuti oleh banyak kabupaten dan pemerintah mengarapkan adanya transparansi penggunaan uang Rp200 untuk membeli kantong plastik itu. Sementara Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta, Isnawa Adji mengungkapkan, setiap hari Jakata menghasilkan samapah berkisar 6700 ton sampah perhari, dimana  12% nya atau 800 ton adalah sampah plastic dan juga 350 ton sampah ada disungai - sungai di Jakarta.

Pemprov DKI Jakarta, diakui Isnawa, sedang menyusun peraturan gubernur (Pergub) tentang plastik berbayar yang menyebut setiap pengelola pasar modern dan tradisional menggunakan plastik ramah lingkungan, dan ada sangsinya bila itu dilanggar. "Selama ini sudah diterapkan, namun ini belum optimal sehingga program tersebut belum terasa dampaknya. Di negara maju sampah justru merupakan harta karun karena bisa menjadi sumber energi, namun tidak di Indonesia.”ujarnya. (bani)

 

BERITA TERKAIT

Peduli Lingkungan - SML Resmikan SVM, Penukar Sampah Botol Plastik

Wujudkan komitmen bisnis berkelanjutan dan ramah lingkungan, Sinar Mas Land (SML) melalui Living Lab Ventures (LLV) menggandeng Plasticpay, sebuah startup…

Semarak Halal bil Halal - FIFGroup Berbagi Kebahaagiaan Bersama 35 Panti Asuhan

Setelah perayaan hari raya Idul Fitri 1445 Hijriah, penting untuk tetap menghidupkan semangat kebaikan dan saling berbagi kepada sesama. Dalam…

Gen-Z dan Milenial Pilar Penentu Pengelolaan Hutan Lestari

Generasi muda yang masuk dalam kelompok umur Gen-Z dan Milenial dinilai memiliki kreativitas dan penuh dengan gagasan inovatif serta mampu…

BERITA LAINNYA DI CSR

Peduli Lingkungan - SML Resmikan SVM, Penukar Sampah Botol Plastik

Wujudkan komitmen bisnis berkelanjutan dan ramah lingkungan, Sinar Mas Land (SML) melalui Living Lab Ventures (LLV) menggandeng Plasticpay, sebuah startup…

Semarak Halal bil Halal - FIFGroup Berbagi Kebahaagiaan Bersama 35 Panti Asuhan

Setelah perayaan hari raya Idul Fitri 1445 Hijriah, penting untuk tetap menghidupkan semangat kebaikan dan saling berbagi kepada sesama. Dalam…

Gen-Z dan Milenial Pilar Penentu Pengelolaan Hutan Lestari

Generasi muda yang masuk dalam kelompok umur Gen-Z dan Milenial dinilai memiliki kreativitas dan penuh dengan gagasan inovatif serta mampu…