Mengelola Kredit di Tengah Membaiknya Ekonomi Domestik

Oleh: Citro Atmoko

Tahun 2015 menjadi periode yang cukup menantang bagi industri perbankan, seiring melambatnya pertumbuhan ekonomi domestik yang jelas berdampak terhadap pertumbuhan penyaluran kredit bank.

Berdasarkan data Bank Indonesia, pertumbuhan kredit perbankan sepanjang tahun lalu hanya mencapai 10,1 persen (yoy). Angka tersebut bahkan tidak menyentuh batas bawah proyeksi bank sentral dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada kisaran 11-13 persen, setelah direvisi dari proyeksi sebelumnya 15-17 persen.

Kendati diperkirakan masih akan ada tekanan ekonomi global, perekonomian Indonesia diperkirakan tetap bertumbuh pada tahun ini. Badan Pusat Statistik (BPS) baru saja mengumumkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Triwulan IV 2015 mencapai 5,04 persen.

Pertumbuhan ekonomi akhirnya mencapai di atas 5 persen setelah pada tiga triwulan sebelumnya masing-masing hanya mencapai 4,72 persen (triwulan I), 4,67 persen (triwulan II), dan 4,73 persen (triwulan III). Walaupun jika dirata-ratakan sepanjang tahun 2015 hanya mencapai 4,79 persen, namun hal tersebut dapat menjadi sinyal positif akan terus membaiknya pertumbuhan ekonomi ke depan.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan akan terus meningkat dan lebih tinggi dari pertumbuhan tahun 2015. Pertumbuhan pada 2016 diperkirakan akan didorong oleh stimulus fiskal, khususnya pembangunan proyek infrastruktur, dan konsumsi yang masih tetap kuat.

Sementara itu, investasi diharapkan meningkat, seiring dengan dampak implementasi Paket Kebijakan Pemerintah yang mendorong investasi dan stabilitas makroekonomi yang semakin baik. Di sisi lain, pemanfaatan ruang pelonggaraan moneter secara terukur dengan tetap menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, turut memperkuat momentum pertumbuhan ekonomi ke depan.

Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, perbaikan pertumbuhan ekonomi pada tahun ini diperkirakan memang akan ditopang permintaan domestik terutama dari sisi investasi, mengingat kondisi eksternal belum pulih secara signifikan.

"Sejalan dengan prospek perbaikan ekonomi, pertumbuhan kredit dan pembiayaan perbankan pada 2016 kami perkirakan dalam kisaran 12-14 persen, yang ditopang pertumbuhan dana pihak ketiga dalam kisaran 13-15 persen," ujar Agus.

Meskipun pertumbuhan ekonomi pada 2016 diyakini akan lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya, kalangan perbankan tampaknya memilih untuk lebih konservatif di mana target pertumbuhan kredit pada tahun ini relatif tidak jauh berbeda dibandingkan dengan realisasi pertumbuhan kredit tahun lalu.

Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Asmawi Syam mengatakan, pihaknya menargetkan pertumbuhan kredit pada tahun 2016 sebesar 13-15 persen. Sepanjang 2015 lalu, bank dengan laba terbesar di Indonesia itu mencatatkan pertumbuhan kredit 13,9 persen dibandingkan tahun sebelumnya dari Rp490,41 triliun menjadi Rp558,4 triliun.

"Kami berencana tetap meningkatkan portofolio kredit secara selektif dan prudent sesuai dengan kondisi perekonomian," ujar Asmawi.

Untuk 2016, penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) tetap menjadi prioritas BRI dengan target penyaluran sebesar Rp67,5 triliun, yang dialokasikan untuk KUR Mikro sebesar Rp61 triliun, KUR Ritel sebesar Rp6 triliun, dan KUR TKI sebesar Rp500 miliar.

Selain itu, BRI juga akan tetap fokus dalam usaha penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) murah, disertai dengan upaya-upaya penguatan pendapatan jasa (fee based income), dan pengembangan infrastruktur seperti launching BRISat di pertengahan tahun, ekspansi unit kerja di Timor Leste, serta peningkatan jumlah agen BRILink hingga 75.000 agen di 2016.

Sementara itu, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) menargetkan pertumbuhan kredit 16-18 persen tahun ini. Sepanjang 2015, BNI mencatat pertumbuhan penyaluran kredit 17,5 persen dari Rp277,6 triliun pada tahun lalu menjadi Rp326,1 triliun.

"Kita ekspansi kredit paling tidak sama dengan kemarin (tahun lalu). Kita jaga 16-18 persen," kata Direktur Utama BNI Achmad Baiquni.

Untuk tahun ini, BNI akan memaksimalkan sinergi antara anak perusahaan dan menjaga profitabilitas dengan mengedepankan pertumbuhan penghimpunan DPK serta fokus pada dana murah (CASA).

Melalui strategi 'cross selling' yang diterapkan di anak-anak perusahaan, anak perusahaan BNI dapat menjual produk dari induk kepada nasabah anak perusahaan, begitu juga sebaliknya.

Ke depan, BNI juga akan mulai proaktif meningkatkan 'trade finance' karena potensi kekuatan di beberapa tahun sebelumnya berada pada transaksi tersebut.

Begitu pula dengan bank plat merah lainnya, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk, yang menargetkan dapat mempertahankan pertumbuhan kredit tidak jauh berbeda dengan tahun lalu, kendati tumbuh jauh di atas rata-rata industri.

BTN mencatatkan kinerja penyaluran kredit sebesar Rp139 triliun atau tumbuh 19,88 persen dibandingkan tahun sebelumnya Rp115,92 triliun. Tahun ini BTN menargetkan pertumbuhan kredit di kisaran 18-20 persen.

"Kami optimis pertumbuhan kredit akan tetap dapat dipertahankan dan diupayakan meningkat lebih baik dari 2015," kata Direktur Utama BTN Maryono.

Di tahun 2016, potensi pasar terkait dengan program satu juta rumah masih memberikan peluang Bank BTN cukup agresif dalam menyalurkan kredit.

Sepanjang 2015, BTN memberi kontribusi 474.099 unit dalam program satu juta rumah. Di 2016, tercatat sekitar 1,5 juta rumah yang siap untuk dibiayai oleh BTN di mana angka tersebut merupakan potensi pasar seluruh PNS di Indonesia. (Ant.)

BERITA TERKAIT

Implementasi UU Ciptaker Berdampak Positif bagi Perekonomian

    Oleh : Rivka Mayangasari, Peneliti di Lembaga Studi Informasi Strategis Indonesia     Di tengah ketidakpastian ekonomi global…

Kaji Ulang Tata Kelola BUMN

  Oleh: Dr. Wirawan B. Ilyas, CPA. CPI. Akuntan Forensik dan Advokat             Deretan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)…

Stabilitas Sospol

Oleh: Dr. Edy Purwo Saputro, MSi Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta   Riuh dan ricuh pasca pilpres kemarin ternyata berdampak…

BERITA LAINNYA DI Opini

Implementasi UU Ciptaker Berdampak Positif bagi Perekonomian

    Oleh : Rivka Mayangasari, Peneliti di Lembaga Studi Informasi Strategis Indonesia     Di tengah ketidakpastian ekonomi global…

Kaji Ulang Tata Kelola BUMN

  Oleh: Dr. Wirawan B. Ilyas, CPA. CPI. Akuntan Forensik dan Advokat             Deretan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)…

Stabilitas Sospol

Oleh: Dr. Edy Purwo Saputro, MSi Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta   Riuh dan ricuh pasca pilpres kemarin ternyata berdampak…