BI Rate dan Stabilitas

 

 

Oleh: Prof. Firmanzah., PhD

Rektor Universitas Paramadina

 

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada hari Kamis (14/1) menurunkan suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 25 basis poin menjadi 7,25% dari sebelumnya 7,5%. Keputusan RDG minggu lalu disambut baik oleh banyak kalangan termasuk pemerintah, pengamat, perbankan dan pelaku usaha. Hal ini dikarenakan BI telah 11 bulan menahan suku bunga acuan tetap berada di posisi 7,5%. Stabilitas moneter relatif terjaga dan inflasi sepanjang tahun 2015 berada di bawah 4% menjadi beberapa dasar mengapa penurunan BI Rate dilakukan. Selain itu juga, terjaganya defisit transaksi berjalan di bawah 2% juga semakin mencerminkan stabilitas perekonomian nasional.

Keputusan ini juga semakin penting karena pada hari yang sama terjadi aksi teror bom dan baku tembak antara kepolisian dan terorisme di Thamrin, Jakarta Pusat. Aksi teror yang semula dikhawtairkan dapat menciptakan rasa takut dan kepanikan dari pelaku pasar tidak terjadi. Bahkan masyarakat ikut berkerumun menonton dan menyaksikan di TKP peristiwa baku tembak tersebut.

Namun demikian upaya untuk memulihkan stabilitas dan kepercayaan pelaku pasar harus terus dilakukan. Agar perekonomian nasional tidak terganggu dari spiral negatif aksi terorisme. Menurut saya, keputusan BI menurunkan BI Rate merupakan sinyal kuat untuk meningkatkan kepercayaan dan confidence pelaku pasar. Selanjutnya, hal ini ikut serta dalam memulihkan stabilitas perekonomian nasional.

Selain itu juga, dengan turunnya BI Rate semakin meningkatkan kepercayaan dan keyakinan investor terhadap perekonomian nasional di tengah perlambatan pereknomian dunia. Banyak kalangan yang memperkirakan bahwa tekanan inflasi sepanjang tahun 2016 masih akan tetap rendah. Hal ini dikarenakan harga minyak mentah dunia masih akan terus tertekan akibat banjirnya pasokan.

Rendahnya inflasi tentunya akan membuka ruang bagi penurunan BI Rate selanjutnya. Rendahnya BI Rate akan membuat cost-of-fund dari perbankan semakin murah dan pada akhirnya membuat suku bunga kredit juga ikut turun. Dengan turunnya suku bunga kredit membuat kredit investasi, kredit modal kerja dan kredit konsumsi akan meningkat. Meningkatnya penyerapan kredit pada akhirnya akan mendorong pertumbuhan ekonomi di 2016 menjadi lebih baik lagi.

Tentunya setiap keputusan terkait dengan BI Rate akan memperhatikan banyak aspek. Salah satunya adalah perimbangan antara stabilitas moneter dan bergeraknya sektor riil. Tentunya kedua hal ini tidak perlu dikontradiksikan (trade-off) dan justeru perlu diperkuat secara bersamaan. Keputusan BI Rate tidak hanya mengedepankan prinsip-prinsip makroprudensial tetapi juga perlu melihat kondisi sektor riil. Sementara itu, kebijakan sektor riil juga perlu melihat bagimana dampaknya terhadap kondisi makroprudensial di sektor moneter. Kebijakan ekonomi perlu bertujuan agar ke dua sektor ini saling menguatkan. Sehingga apapun kebijakan BI Rate akan semakin memperkuat baik stabilitas makro ekonomi dan juga mendorong bergeraknya sektor riil di tanah air. 

BERITA TERKAIT

Tantangan APBN Usai Pemilu

   Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Pemilu untuk Presiden dan Wakil Presiden, serta DPR, DPD…

Kolaborasi Hadapi Tantangan Ekonomi

Oleh: Sri Mulyani Indrawati Menteri Keuangan Proses transisi energi yang adil dan terjangkau cukup kompleks. Untuk mencapai transisi energi tersebut,…

Dunia Kepelautan Filipina

  Oleh: Siswanto Rusdi Direktur The National Maritime Institute (Namarin)   Dunia kepelautan Filipina Tengah “berguncang”. Awal ceritanya dimulai dari…

BERITA LAINNYA DI

Tantangan APBN Usai Pemilu

   Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Pemilu untuk Presiden dan Wakil Presiden, serta DPR, DPD…

Kolaborasi Hadapi Tantangan Ekonomi

Oleh: Sri Mulyani Indrawati Menteri Keuangan Proses transisi energi yang adil dan terjangkau cukup kompleks. Untuk mencapai transisi energi tersebut,…

Dunia Kepelautan Filipina

  Oleh: Siswanto Rusdi Direktur The National Maritime Institute (Namarin)   Dunia kepelautan Filipina Tengah “berguncang”. Awal ceritanya dimulai dari…