Menghidupkan Kembali Tradisi 'Ngeteh' di Kota Tua

Menghidupkan Kembali Tradisi 'Ngeteh' di Kota Tua

 

Menyesap secangkir teh hangat dan berbincang dengan kerabat sambil menyaksikan keramaian sudut Jakarta Barat, sebentar lagi bisa disaksikan dari sebuah bangunan tua yang baru kelar direvitalisasi. Tepat di Jalan Pancoran, di sebelah Pasar Glodok, bangunan bercat putih dengan jendela-jendela tinggi langsing menjadi pemandangan baru di kawasan yang termasuk Kota Tua itu.

Gedung berpenampilan baru itu diberi nama Pancoran Tea House. Bangunan dua lantai tersebut, masuk ke dalam daftar belasan gedung yang menjadi target revitalisasi Kota Tua yang dilakukan oleh PT Pembangunan Kota Tua Jakarta (JOTRC) dan Jakarta Endowment for Arts & Heritage (JEFORAH).

Dulunya, gedung ini bernama Apotheek Chung Hwa yang didirikan sejak tahun 1928 dan menjadi salah satu apotek tertua di Jakarta. Gedung ini pun sempat disebut sebagai pintu gerbang kawasan Kota Tua dan Pecinan, karena letaknya yang memang berada di mulut kawasan inti Kota Tua Jakarta, jika datang dari arah selatan.

Setelah dibeli oleh Bangsawan Hindia, gedung ini mulai berubah. Lama kelamaan, tahun berganti tahun, gedung mulai dipetak-petak menjadi 3 bagian dan dijadikan ruko. Kondisinya pun mulai rusak. Bahkan beberapa bagian tergerus pelebaran jalan. Revitalisasinya pun butuh waktu yang cukup lama, sekitar 1,5 tahun.

Tidak lama lagi, bangunan yang tadinya memiliki dinding dengan cat yang sudah mengelupas dan dijadikan rumah toko oleh para pedagang itu, bisa difungsikan untuk meminum teh. Pemilihan rumah teh ini tidak dilakukan secara sembarang.

CEO JOTRC Lin Che Wei mengatakan kawasan Kota Tua yang merupakan daerah Pecinan, tempat banyak etnis Tionghoa tinggal, tentu lekat dengan tradisi minum teh khas negeri Tirai Bambu.Selain itu, di Kota Tua juga bibit teh pertama ditanam. Sehingga teh dengan Kota Tua memiliki hubungan yang sangat kuat.

"Andreas Cleyer, Botanist yang bekerja untuk VOC membawa bibit teh pertama dari Jepang dan ditanam di Tijgergracht di Kota Tua Jakarta pada tahun 1684. Sehingga sejarah teh di Indonesia tidak terpisah dari Kota Tua Jakarta," kata Lin Che Wei dalam acara jumpa pers peresmian Pancoran Tea House, Jakarta.

Sebagai ciri khas, teh yang menjadi unggulan di rumah teh ini adalah teh merah dari China. Rasanya pekat, lebih pekat dari teh hijau, sebab teh ini melalui proses pembakaran. Tak heran jika ada sensasi rasa gosong ketika diteguk.

Desain bangunan ini pun dibuat dengan unsur Tiongkok yang kuat. Terlihat dari pemilihan ornamen kisi-kisi dan pintu bergaya Tionghoa dan lantai keramik dengan gaya serupa.

Project Manager JOTRC Anneke Prasyanti mengatakan, pemilihan desain ini juga dilakukan secara sengaja dan sudah diperhitungkan. Selain mempertimbangkan fungsi bangunan, tempat masyarakat bisa berkumpul, konsep dan desain tersebut juga dipilih untuk mempertahankan budaya Tiongkok yang identik dengan Kota Tua. "Desain ini karena di China Town, kita tidak boleh keluar dari bentuk aslinya," ujar Anneke.

Teh Gratis Warisan Gan Djie

Istimewanya, bangunan ini tidak hanya difungsikan untuk kegiatan komersil, sebagai tempat menjual teh, tapi di Pancoran Tea House ini nantinya juga akan disediakan teh-teh gratis untuk siapa saja. "Tempat ini tak akan menjadi kedai teh saja tapi akan ada teh gratis bagi yang kehausan," ujar Lin Che Wei.

Pembagian teh ini tidak datang begitu saja dari pemikiran Lin Che Wei. Dulu, di kawasan sekitar gedung yang sekarang diberi nama Pancoran Tea House itu, seorang Kapitein de Chineezen bernama Gan Djie selalu memberikan teh gratis untuk orang-orang yang singgah di depan kantornya, sembari berteduh selepas berdagang keliling atau hanya kelelahan berjalan.

Di depan kantornya, Gan Djie memasang meja-meja kecil. Setiap pagi dan sore ia menyediakan cangkir-cangkir berisi air teh di atas meja.

Supaya air teh itu mencukupi keperluan warga yang melintas, disediakan juga delapan buah teko berisi teh untuk isi ulang. Perbuatan terpuji Gan Djie itu pun diapresiasi oleh warga sehingga sosoknya semakin disegani.

Persediaan air teh itu pun akhirnya menjadi suatu ciri untuk memudahkan warga mencari lokasi kantor officer Tionghoa itu karena warga selalu mengatakan, di mana ada teh-teh itu, di situlah tempat tinggal Gan Djie.

Meski bangunan sudah siap dan diresmikan, Pancoran Tea House belum mulai beroperasi. Pihak pengelola masih menyiapkan segala hal yang bisa menunjang operasional rumah teh itu. Namun mereka berharap Pancoran Tea House bisa kembali menjadi pintu gerbang kawasan inti Kota Tua khususnya untuk pariwisata.

BERITA TERKAIT

Liburan ke Jepang Makin Ramai, Howliday Travel Tawarkan Private Trip Eksklusif

  Liburan ke Jepang Makin Ramai, Howliday Tracel Tawarkan Private Trip Eksklusif NERACA  Jakarta - Organisasi Pariwisata Jepang (JNTO) telah…

The Apurva Kempinski Bali Luncurkan Program Powerful Indonesia : Bhinneka Tunggal Ika

  The Apurva Kempinski Bali Luncurkan Program Powerful Indonesia : Bhinneka Tunggal Ika NERACA Jakarta - The Apurva Kempinski Bali…

Hadir di 4 Wilayah, The Pokemon Company Umumkan Proyek Pikachu's Indonesia Journey

  Hadir di 4 Wilayah, The Pokemon Company Umumkan Proyek Pikachu's Indonesia Journey NERACA Jakarta - The Pokémon Company, perusahaan…

BERITA LAINNYA DI Wisata Indonesia

Liburan ke Jepang Makin Ramai, Howliday Travel Tawarkan Private Trip Eksklusif

  Liburan ke Jepang Makin Ramai, Howliday Tracel Tawarkan Private Trip Eksklusif NERACA  Jakarta - Organisasi Pariwisata Jepang (JNTO) telah…

The Apurva Kempinski Bali Luncurkan Program Powerful Indonesia : Bhinneka Tunggal Ika

  The Apurva Kempinski Bali Luncurkan Program Powerful Indonesia : Bhinneka Tunggal Ika NERACA Jakarta - The Apurva Kempinski Bali…

Hadir di 4 Wilayah, The Pokemon Company Umumkan Proyek Pikachu's Indonesia Journey

  Hadir di 4 Wilayah, The Pokemon Company Umumkan Proyek Pikachu's Indonesia Journey NERACA Jakarta - The Pokémon Company, perusahaan…