Premi Industri Asuransi Tumbuh Tipis

 

NERACA

 

Jakarta – Ketua Umum Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Ahmad Fauzie Darwis menyebutkan bawa dalam kuartal pertama tahun 2015, pertumbuhan premi industri asuransi hanya tumbuh 9%. Menurut dia, meningkatnya risiko akibat kurang kondusifnya ekonomi memicu kenaikan klaim. Fauzie mengatakan perusahaan asuransi umum di kuartal satu tahun ini juga mengalami kelesuan seiring dengan perlambatan ekonomi yang terjadi di Indonesia. “Kuartal I 2015 turun. (Premi) hanya tumbuh 9% (secara) year on year,” sebut Fauzie, Selasa (9/6).

Berdasarkan data AAUI, hingga kuartal 1 2014 lalu, kenaikan premi asuransi bruto mencapai sebesar Rp12,7 triliun atau naik 19,6% dibandingkan 2013. Itu berarti, pendapatan premi asuransi umum di kuartal I tahun ini sekitar Rp13,84 triliun. Bila dilihat dari jumlah klaim, rata-rata perusahaan asuransi umum mengalami kenaikan, khususnya yang berasal dari klaim kendaraan bermotor. “Kalau pembelian turun, biasanya klaimnya naik,” tambah Fauzie.

Meski begitu, Fauzie berharap di semester satu ini bisnis akan lebih berpihak kepada mereka (asuransi umum) sehingga bisa mendorong pertumbuhan premi. Sampai akhir tahun, Fauzie optimistis masih dapat tumbuh double digit.

Untuk di ruang lingkup global, Swiss Re, perusahaan reasuransi yang berpusat di Swiss, memprediksi bahwa pertumbuhan premi asuransi jiwa dan umum global bakal menyentuh level normal dalam 2 tahun mendatang. Pasalnya, sepanjang 2013-2014, tren ekonomi dunia maju masih didominasi oleh suku bunga rendah akibat lambatnya pemulihan ekonomi negara maju, misalnya Amerika Serikat dan Eropa. Sebaliknya, ekonomi negara berkembang, salah satunya Asia, masih akan menyumbang pendapatan premi cukup sigifikan pada 2015 dan 2016.

Adapun, dalam laporan Global Insurance Review 2014 and Outlook 2015/2016 yang dipublikasikan oleh Swiss Re pada Rabu (18/2), total premi perusahaan asuransi jiwa global akan berada di level 4,3% dan 4,2% pada 2015 dan 2016. Sebaliknya, asuransi umum bakal mencatatkan pertumbuhan premi hingga 2,8% dan 3,2% pada 2015 dan 2016.

Seperti diketahui, sejak ekonomi global ditempa oleh krisis finansial selama tujuh tahun, pendapatan investasi tertekan. Aset pendapatan tetap—primadona investasi bagi perusahaan asuransi umum—justru menawarkan imbal hasil yang rendah dan risiko yang tinggi. Berdasarkan riset yang sama, instrumen investasi lainnya, misalnya saham dan properti, bisa menjadi pilihan bagi perusahaan asuransi umum. Meskipun begitu, risikonya bervariasi bagi asuransi umum.

Dengan tren suku bunga rendah di negara maju, kontribusi hasil investasi terhadap laba bersih terus tertekan selama dua tahun mendatang. Khusus pada 2014, hasil investasi perusahaan asuransi umum diperkirakan menyumbang 9% dari total laba bersih. Capain tersebut tercatat menurun dengan kontribusi hasil investasi hingga 9,94% terhadap total laba bersih pada 2013.

 

BERITA TERKAIT

Kredit Perbankan Meningkat 12,40%

    NERACA Jakarta – Bank Indonesia (BI) mengatakan kredit perbankan meningkat 12,40 persen secara year on year (yoy) pada triwulan I-2024,…

Bank Saqu Catat Jumlah Nasabah Capai 500 Ribu

    NERACA Jakarta – Layanan perbankan digital dari PT Bank Jasa Jakarta (BJJ) yaitu Bank Saqu mencatat jumlah nasabah…

Bank DKI Gandeng Komunitas Mini 4WD untuk Dukung Transaksi Non Tunai

    NERACA Jakarta – Bank DKI menggandeng komunitas Mini 4WD untuk memperkenalkan aplikasi JakOne Mobile sebagai upaya mendukung penerapan…

BERITA LAINNYA DI Jasa Keuangan

Kredit Perbankan Meningkat 12,40%

    NERACA Jakarta – Bank Indonesia (BI) mengatakan kredit perbankan meningkat 12,40 persen secara year on year (yoy) pada triwulan I-2024,…

Bank Saqu Catat Jumlah Nasabah Capai 500 Ribu

    NERACA Jakarta – Layanan perbankan digital dari PT Bank Jasa Jakarta (BJJ) yaitu Bank Saqu mencatat jumlah nasabah…

Bank DKI Gandeng Komunitas Mini 4WD untuk Dukung Transaksi Non Tunai

    NERACA Jakarta – Bank DKI menggandeng komunitas Mini 4WD untuk memperkenalkan aplikasi JakOne Mobile sebagai upaya mendukung penerapan…