Optimalisasi Gas Bumi

Samsul Hilal - Peneliti Indef

Di tengah turunnya konsumsi dan cadangan minyak bumi, peranan gas bumi akan semakin penting. Sayangnya pemanfaatan gas bumi belum optimal akibat kebijakan yang tidak tepat, seperti masih dilakukannya ekspor gas bumi dan penetapan alokasi gas bumi domestik yang tidak tepat.

Ekspor Gas Bumi

Ekspor gas bumi menjadi masalah karena ada di tengah defisit gas bumi nasional dan kebutuhan gas bumi yang terus naik. Ekspor gas bumi pernah melebihi konsumsi domestik. Data SKK Migas (2014) menunjukkan, pada 2004 ekspor gas bumi mencapai 75%, kemudian menurun menjadi 56% (2008) dan 51% (2012). Baru pada 2013 alokasi gas untuk domestik mencapai 53%, melebihi ekspornya.

Alokasi gas bumi domestik yang terus meningkat ternyata belum cukup untuk memenuhi kebutuhan nasional sehingga terjadi defisit yang mencapai 2.524 MMscfd (2014). Ke depan, kebutuhan gas bumi domestik meningkat pesat sebesar 6% (2015-2020) dan 7% (2025-2030). Ekspor gas bumi yang dilakukan saat ini justru kurang tepat di tengah defisit gas bumi nasional. Paradigmanya harus dirubah dengan menjadikan  gas bumi sebagai komoditas strategis untuk pemenuhan kebutuhan domestik.

Alokasi Gas Domestik

Alokasi gas bumi domestik diatur dalam Permen ESDM 03/2010, bahwa pemanfaatan gas bumi dilaksanakan dengan prioritas (a) peningkatan produksi migas, (b) industri pupuk, (c) penyediaan tenaga listrik, dan (d) industri lainnya.

Penempatan sektor industri di urutan terakhir mengakibatkan kuota alokasi gas bumi untuk industri pada 2012 menjadi lebih kecil dibandingkan tahun 2011. Padahal kebutuhan gas industri terus meningkat. Tahun 2012, industri pengolahan nonmigas membutuhkan 2.873 MMscfd gas bumi untuk bahan baku dan sumber energi, namun alokasinya hanya 1.400 MMscfd, kurang dari setengah kebutuhan. Di sisi lain, alokasi gas bumi bagi PLN naik dua kali lipat dari 700 MMscfd (2011) menjadi hampir 1.500 MMscfd (2012). Padahal PLN memiliki banyak alternatif energi lain, tidak seperti industri yang pilihannya lebih terbatas.

Penempatan sektor industri pada urutan terakhir patut dikaji kembali. Pasalnya, sektor industri justru memberikan sumbangan paling besar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto dengan kontribusi mencapai 20,8% (BPS, 2013). Selain itu, sektor industri juga memberikan nilai tambah yang tinggi bagi perekonomian. Alokasi gas bumi bagi sektor industri menghasilkan nilai tambah yang lebih besar dibandingkan dengan sektor listrik. Efek multiplier sektor industri memberikan dampak sebesar 2,6. Sedangkan multiplier sektor listrik hanya sebesar 1,7 (LPEM UI, 2013).

Konsep yang lebih tepat adalah dengan menetapkan alokasi pemanfaatan gas bumi sesuai dengan komposisi yang optimal bagi seluruh sektor. Mekanisme alokasi gas bumi tidak diterapkan berdasarkan prioritas, melainkan berdasarkan portofolio pemanfaatan gas bumi nasional yang optimal bagi seluruh sektor. Oleh karena itu, Permen ESDM 03/2010 yang mengatur urutan prioritas alokasi gas bumi domestik harus segera direvisi.

BERITA TERKAIT

Tantangan APBN Usai Pemilu

   Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Pemilu untuk Presiden dan Wakil Presiden, serta DPR, DPD…

Kolaborasi Hadapi Tantangan Ekonomi

Oleh: Sri Mulyani Indrawati Menteri Keuangan Proses transisi energi yang adil dan terjangkau cukup kompleks. Untuk mencapai transisi energi tersebut,…

Dunia Kepelautan Filipina

  Oleh: Siswanto Rusdi Direktur The National Maritime Institute (Namarin)   Dunia kepelautan Filipina Tengah “berguncang”. Awal ceritanya dimulai dari…

BERITA LAINNYA DI

Tantangan APBN Usai Pemilu

   Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Pemilu untuk Presiden dan Wakil Presiden, serta DPR, DPD…

Kolaborasi Hadapi Tantangan Ekonomi

Oleh: Sri Mulyani Indrawati Menteri Keuangan Proses transisi energi yang adil dan terjangkau cukup kompleks. Untuk mencapai transisi energi tersebut,…

Dunia Kepelautan Filipina

  Oleh: Siswanto Rusdi Direktur The National Maritime Institute (Namarin)   Dunia kepelautan Filipina Tengah “berguncang”. Awal ceritanya dimulai dari…