Menristek Minta Anggaran Penelitian Ditambah

NERACA

Jakarta - Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Gusti Muhammad Hatta mengklaim anggran dari pemerintah untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi (Iptek) yang ada di Indonesia masih sangat kecil, padahal dana Iptek manfaatnya banyak sekali. Padahal peran ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pertumbuhan ekonomi sudah terbukti efektif dan berhasil di berbagai negara. Terutama di negara-negara yang tidak menggantungkan pada kekuatan sumber daya alam. Oleh karenanya dia berharap pemerintah dapat menambah anggaran untuk penelitian.

"Pembangunan Iptek memerlukan investasi untuk bisa penelitian dan pengembangan. Inputnya baik berupa dana maupun SDM dalam rangka pengembangan Iptek. Manfaatnya luar biasa, tapi ada kendala dana Iptek kita masih kecil. Sehingga dana untuk Iptek itu harus ditingkatkan," kata Gusti dalam acara seminar kebijakan fiskal untuk industri di kantor BPPT di Jakarta, Kamis (27/3).

Gusti menambahkan, bahwa saat ini persentase investasi penelitian dan pengembangan (Litbang) di Indonesia masih sangat kecil.  "Dana penelitian kita itu sangat kecil ada yang bilang 0,09% dari PDB dan ada yang bilang 0,1% dari PDB. Kementrian Ristek dengan 7 LPMK itu Rp 3,6 triliun-Rp 3,9 triliun. Kemudian jika digabungkan dengan Kementerian lain yang punya Litbang itu hanya 10 triliun, padahal APBN kita sudah Rp 1.700 triliun, kalau 1% saja sudah Rp 17 triliun. Itu baru dibandingkan dengan APBN, bandingkan dengan PDB akan lebih kecil lagi," tambahnya.

Lebih jauh Gusti menjelaskan bahwa di negara-negara maju peran Iptek sudah sangat berkembang dan ini diindikasikan dengan besarnya pembiayaan penelitian dan pengembangan yang dibandingkan dengan Produk Domestik Bruto (PDB). Jika dibandingkan dengan negara maju lainnya, maka angka ini masih jauh lebih tertinggal. Di 2012, dana penelitian Singapura sebesar 2,6% dari PDB, sedangkan Malaysia 0,8% dari PDB. Sedangkan Jepang, persentase investasi Litbang hingga 3,4% dari PDB, sedangkan dari Korea Selatan mencapai 3,6% dari PDB. "Singapura dana penelitian sudah 2,6 % dari PDB, sedangkan jepang sudah 3,4 % dari PDB dan hasilnya memang luar biasa," katanya.

Gusti juga menjelaskan, kelemahan Indonesia adalah tidak adanya data jelas tentang jumlah nilai investasi dalam rangka penelitian dan pengembangan iptek. "Kita sadari investasi kecil itu karena tidak ada data, makanya data kita tidak lengkap, nanti semoga bisa terkumpul baik sehingga tahu investasi di bidang penelitian," pungkasnya. [agus]

BERITA TERKAIT

Peruri : Permintaan Pembuatan Paspor Naik Tiga Kali Lipat

    NERACA Jakarta – Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Perum Peruri) mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri…

Jika BBM Naik, Inflasi Diprediksi Capai 2,5-3,5%

  NERACA Jakarta – Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia memperkirakan inflasi di kisaran 2,5-3,5 persen pada tahun 2024…

Kemenhub Siap Fasilitasi Investasi Jepang di Proyek TOD MRT Jakarta

    NERACA Jakarta – Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan pihaknya siap memfasilitasi investor dari Jepang untuk pengembangan…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Peruri : Permintaan Pembuatan Paspor Naik Tiga Kali Lipat

    NERACA Jakarta – Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Perum Peruri) mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri…

Jika BBM Naik, Inflasi Diprediksi Capai 2,5-3,5%

  NERACA Jakarta – Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia memperkirakan inflasi di kisaran 2,5-3,5 persen pada tahun 2024…

Kemenhub Siap Fasilitasi Investasi Jepang di Proyek TOD MRT Jakarta

    NERACA Jakarta – Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan pihaknya siap memfasilitasi investor dari Jepang untuk pengembangan…