Indonesia Masih Andalkan Sektor Ekstrakrif - SDM dan Riset Minim

NERACA

Jakarta - Perekonomian Indonesia masih mengandalkan sektor ekstraktif atau mengambil hasil alam secara langsung seperti minyak dan gas bumi serta pertambangan. Hal ini menjadi cerminan dari pola perekonomian era kolonial Belanda, di mana saat itu terjadi eksploitasi sumberdaya alam (SDM) di Indonesia.

Menurut Peneliti Pusat Penelitian Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Maxensius Tri Sambodo, seharusnya Indonesia meningkatkan kapasitas sumberdaya manusia (SDM) dan riset teknologi yang diakui belum tersentuh secara maksimal.

"Indonesia masih belum banyak meningkatkan kapasitas SDM dan riset. Ini cukup sedih karena berbeda dengan di Korea Selatan dan China," kata Tri Sambodo di Jakarta, Selasa (17/12). Menurut dia, kurang berkembangnya inovasi dalam pertumbuhan perekonomian Indonesia antara lain karena pembangunan di Tanah Air masih bergantung sumberdaya alam, terutama perdagangan di sektor minyak bumi dan gas.

Fenomena tersebut, kata Tri Sambodo, merupakan hal yang sangat ironis karena mirip dengan yang menjadi pola perekonomian pada zaman kolonial Belanda yang bergantung pada pengeksploitasian sumberdaya alam yang terdapat di Indonesia. "Saya melihat ini sama dengan zaman kolonial yang ekstraktif," tambahnya.

Dia juga menyorot kontribusi ekspor sektoral industri yang melambat dan kontribusi ekspor jasa yang flat atau stagnan, padahal kotribusi ekspor untuk pertambangan meningkat. Sedangkan untuk tren impor barang, imbuh dia, terdapat sinyal positif antara lain karena terdapat kecenderungan peningkatan dalam impor barang modal.

Sebelumnya, Kamar Dagang dan Industri Indonesia menilai hingga saat ini masalah pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi sebagian besar masyarakat Indonesia masih terus menjadi persoalan mendasar, tidak hanya bagi pemerintah, tetapi juga bagi dunia usaha dan masyarakat.

Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Tenaga Kerja, Benny Soetrisno mengatakan, keberadaan sumberdaya manusia (SDM) yang berkualitas dan kompeten mutlak diperlukan karena pada gilirannya akan berimplikasi pada daya saing dunia usaha dan perekonomian nasional. Oleh karenanya, diperlukan langkah-langkah strategis yang harus segera dilakukan untuk mengatasi masalah ketenagakerjaan di Indonesia.

“Upaya-upaya perluasan kesempatan kerja harus terus dilakukan, di dunia usaha bisa berupa tersedianya kesempatan kerja di sektor usaha formal, usaha informal, hingga bekerja mandiri sebagai wirausaha,” kata Benny, belum lama ini. Di sisi lain, lanjut dia, kompetensi tenaga kerja untuk mendukung produktivitas yang baik perlu terus ditingkatkan dan dibenahi. “Standar kompetensi bagi dunia usaha atau industri sangat penting bagi peningkatan produktivitas dan daya saing,” imbuhnya. [ardi]

BERITA TERKAIT

Peruri : Permintaan Pembuatan Paspor Naik Tiga Kali Lipat

    NERACA Jakarta – Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Perum Peruri) mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri…

Jika BBM Naik, Inflasi Diprediksi Capai 2,5-3,5%

  NERACA Jakarta – Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia memperkirakan inflasi di kisaran 2,5-3,5 persen pada tahun 2024…

Kemenhub Siap Fasilitasi Investasi Jepang di Proyek TOD MRT Jakarta

    NERACA Jakarta – Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan pihaknya siap memfasilitasi investor dari Jepang untuk pengembangan…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Peruri : Permintaan Pembuatan Paspor Naik Tiga Kali Lipat

    NERACA Jakarta – Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Perum Peruri) mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri…

Jika BBM Naik, Inflasi Diprediksi Capai 2,5-3,5%

  NERACA Jakarta – Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia memperkirakan inflasi di kisaran 2,5-3,5 persen pada tahun 2024…

Kemenhub Siap Fasilitasi Investasi Jepang di Proyek TOD MRT Jakarta

    NERACA Jakarta – Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan pihaknya siap memfasilitasi investor dari Jepang untuk pengembangan…