Hingga Juni Capai 1.723,9 T - BI : Investor Tak Lihat Utang Indonesia

NERACA

Jakarta - Bank Indonesia (BI) mengungkapkan total utang Indonesia hingga Juni 2011 telah mencapai Rp 1.723,9 triliun. Namun besarnya utang tersebut tak mempengaruhi kalangan investor. Karena debt to GDP ratio mencapai 26%.  “Investor tidak peduli berapa amount (jumlah utang) namun yang dilihat angka 26% tadi," kata Kepala Biro Humas BI, Difi Johansyah dalam diskusi mengenai kondisi moneter di Gedung Bank Indonesia, Jalan MH Thamrin, Jakarta, Selasa (19/7)

 

Lebih jauh Difi meyakini posisi utang Indonesia dalam kondisi yang sangat aman. Meski terus meningkat.  Namun rasio utang terhadap pertumbuhan ekonomi atau PDB masih sangat rendah.  "Soal utang itu,  yang dilihat debt to GDP ratio atau rasio utang terhadap pertumbuhan ekonomi di mana masih sangat baik yakni 26%,”tambahnya. 

 

Hanya saja, kata Difi, kondisi utang Indonesia jangan dibandingkan dengan Yunani. Dimana rasio utangnya terhadap GDP-nya sudah mencapai 100% lebih. “Kondisi Indonesia dibandingkan dengan Filipina jauh lebih baik,”tegasnya.

 

Lembaga rating (pemeringkat) dan investor, sambung Difi fokus kepada kemampuan pembayaran luar negeri pemerintah yang dilihat dari rasio utang tadi. "Saat ini pemerintah memang telah memanage utang secara hati-hati sehingga terlihat semua sangat aman karena risiko pembayaran utang masih bisa di-handle," paparnya.

 

Difi optimistis dari rasio utang yang cukup rendah tersebut Indonesia selangkah lagi akan masuk investment grade. "Melihat kondisi ekonomi yang terus membaik Indonesia selangkah lagi masuk investment grade," tuturnya.

 

Total utang pemerintah Indonesia hingga Juni 2011 mencapai Rp 1.723,9 triliun. Dalam sebulan utang pemerintah naik Rp 7,34 triliun dibanding Mei 2011 yang sebesar Rp 1.716,56 triliun. Yang jelas dibanding dengan jumlah utang pada Desember 2010 lalu, sebesar Rp 1.676,85 triliun, jumlah utang hingga Juni 2011 bertambah Rp 47,05 triliun.

 

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementrian Keuangan selama semester I-2011, pemerintah telah membayar utang senilai Rp 110,038 triliun. Jumlah tersebut terdiri dari utang pokok sebesar Rp 64,062 triliun dan bunga utang Rp 45,975 triliun.

 

Dalam data tersebut disebutkan pembayaran pokok utang yang dibayarkan pemerintah sampai semester I-2011 mencapai Rp 64,062 triliun atau 42,4% dari target dalam APBN. Pembayaran pokok ini terdiri dari pokok utang luar dan dalam negeri Rp 22,918 triliun dan pokok surat utang Rp 41,144 triliun.

 

Sementara untuk bunga, pada semester I-2011 pemerintah telah membayar bunga utang Rp 45,975 triliun. Ini terdiri dari bunga utang luar dan dalam negeri Rp 6,889 triliun dan bunga dari surat utang pemerintah Rp 39,086 triliun.

 

Adapun rincian pinjaman yang diperoleh pemerintah pusat hingga akhir Juni 2011 antara lain, Bilateral: US$ 42,45 miliar, Multilateral: US$ 22,87 miliar, Komersial: US$ 3,07 miliar, Supplier: US$ 60 juta. Pinjaman dalam negeri US$ 60 juta. Sementara total surat utang yang telah diterbitkan oleh pemerintah sampai Juni 2011 mencapai US$ 132,01 miliar. Naik dibandingkan posisi Desember 2010 yang sebesar US$ 118,39 miliar.

 

Berikut catatan utang pemerintah pusat dan rasionya terhadap PDB sejak 2000, tercatat Rp 1.234,28 triliun, kemudian pada 2001 mencapai Rp 1.273,18 triliun, lalu 2002 turun Rp 1.225,15 triliun, dan pada 2003 naik sedikit Rp 1.232,5 triliun, lalu 2004 terus menanjak Rp 1.299,5, kemudian 2005 melonjak Rp 1.313,5 triliun, 2006 mencapai Rp 1.302,16 triliun, pada 2007 mencapa Rp 1.389,41 triliun. Namun 2008 melesat  Rp 1.636,74 triliun, 2009 turun Rp 1.590,66 triliun, 2010 terus naik Rp 1.676,15 triliun, dan Juni 2011: Rp 1.723,9 triliun. **cahyo

BERITA TERKAIT

Peruri : Permintaan Pembuatan Paspor Naik Tiga Kali Lipat

    NERACA Jakarta – Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Perum Peruri) mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri…

Jika BBM Naik, Inflasi Diprediksi Capai 2,5-3,5%

  NERACA Jakarta – Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia memperkirakan inflasi di kisaran 2,5-3,5 persen pada tahun 2024…

Kemenhub Siap Fasilitasi Investasi Jepang di Proyek TOD MRT Jakarta

    NERACA Jakarta – Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan pihaknya siap memfasilitasi investor dari Jepang untuk pengembangan…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Peruri : Permintaan Pembuatan Paspor Naik Tiga Kali Lipat

    NERACA Jakarta – Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Perum Peruri) mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri…

Jika BBM Naik, Inflasi Diprediksi Capai 2,5-3,5%

  NERACA Jakarta – Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia memperkirakan inflasi di kisaran 2,5-3,5 persen pada tahun 2024…

Kemenhub Siap Fasilitasi Investasi Jepang di Proyek TOD MRT Jakarta

    NERACA Jakarta – Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan pihaknya siap memfasilitasi investor dari Jepang untuk pengembangan…