NERACA

Jakarta – The ASEAN Infrastructure Fund Ltd. (AIF) telah memulai aktivitasnya dengan memberikan pinjaman sebesar US$25 juta untuk mendanai jaringan listrik di Indonesia. Hal ini menandai dimulainya sumber pendanaan bagi pengembangan infrastruktur yang sangat dibutuhkan oleh kawasan ini.

“Diluncurkannya operasi pinjaman AIF adalah langkah penting bagi upaya mobilisasi sumber daya di ASEAN yang diarahkan bagi pengembangan infrastruktur di kawasan ini,” kata Wakil Menteri Keuangan Republik Indonesia dan juga Ketua Dewan Direksi AIF, Bambang PS Brodjonegoro di Jakarta, kemarin.

Sementara itu, Deputi Direktur Jenderal Departemen Asia Tenggara, Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) yang juga anggota Dewan Direksi AIF, Ramesh Subramaniam menjelaskan keperluan pendanaan bagi pengembangan infrastruktur di negara-negara ASEAN diperkiraan akan mencapai US$60 milyar per tahun antara 2010-2020. Meskipun Asia Tenggara memiliki tingkat simpanan swasta dan cadangan devisi yang tinggi, dana-dana tersebut kebanyakan diinvetasikan di luar Asia.

“Ini hanyalah proyek AIF yang pertama. Ke depannya, kita dapat berharap adanya serangkaian proyek selanjutnya di 2014,” jelas Ramesh. AIF direncanakan dapat mendanai sebanyak-banyaknya US$300 juta tiap tahun untuk berbagai proyek pengembangan jalan raya, jalur kereta api, jaringan listrik, saluran air, serta sarana dan prasarana penting lainnya. Proyek-proyek tersebut diseleksi berdasarkan dampaknya pada upaya pengurangan kemiskinan, serta imbal balik ekonomis yang layak. 

Pinjaman pertama AIF ini akan membantu pendanaan bagi perluasan jaringan transmisi listrik dari Jawa ke Bali, dan mengatasi kelemahan sistem yang telah mengakibatkan banyaknya pemadaman listrik di pulau yang bergantung pada pendapatan dari turisme tersebut. Proyek senilai US$410 juta tersebut juga turut didanai oleh investasi dari Pemerintah Indonesia, serta pinjaman dari ADB.

Kesepakatan Pemegang Saham bagi pendirian AIF ditanda-tangani pada September 2011 oleh negara-negara ASEAN dan ADB. Kesepakatan ini mengatur penyertaan modal dan kontribusi tiap negara anggota. AIF dibentuk di Malaysia pada April 2012 dan sepenuhnya beroperasi pada 2013. Termasuk dalam jajaran pemegang saham adalah Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, dan ADB.

Dalam AIF, ADB bertindak sebagai pengelola dan penyedia dukungan teknis. ADB juga berperan sebagai pencatat pinjaman bagi AIF. ADB, yang berkedudukan di Manila, bertekad untuk mengentaskan kemiskinan di kawasan Asia-Pasifik melalui pertumbuhan ekonomi yang inklusif, berkelanjutan bagi lingkungan, dan terintegrasi di tingkat regional. [mohar]