Prioritaskan Ranah Mikroekonomi !

Oleh : Tumpal Sihombing

CEO and Founder BondRI

Value creation suatu perekonomian terjadi di sektor industri (baik jasa maupun riil), yang secara bertahap akan memberi kesempatan pada industri tersebut untuk melakukan profit creation. Hal ini yang menjadi bagian utama dari tujuan perusahaan, yaitu maksimasi nilai bagi para pemegang saham, dan yang lebih jauh lagi bagi kepentingan para stakeholder.

Berdasarkan valuasi BondRI dalam skor BIS (BondRI Microeconomi Score) dalam 3 bulan berturut-turut, tidak ada suatu perkembangan riil dan signifikan yang terjadi di ranah mikroekonomi, dalam kaitannya dengan sistem perekonomian Indonesia (secara agregat). Namun hal ini bukan semata-mata karena penurunan kinerja yang terjadi pada mikroekonomi. Perekonomian Indonesia menerapkan sistem terbuka.

Sebagaimana yang kita pahami bahwa per definisi, sistem adalah gabungan beberapa komponen yang saling terakait dengan aturan tertentu untuk mencapai suatu tujuan tertentu pula. Dalam konteks perekonomian Indonesia relatif terhadap definisi sistem, kekurangan kita terletak pada aturan yang mengatur interaksi antar komponen serta tujuan solid yang ingin dicapai (definisi kesepakatan). Apa yang menjadi tujuan perekonomian Indonesia? Jawaban bisa beragam, namun apakah semua partisipan sepakat?

Dengan banyaknya partisan yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung ke dalam sektor fiskal dan moneter Indonesia, sulit untuk menyatakan bahwa ada suatu definisi tunggal perihal objektif perekonomian Indonesia. Itu satu hal, bagaimana dengan pola interaksi antara otoritas yang mengatur sektor makroekonomi (menko perekonomian), sektor mikroekonomi (menteri perindustrian/perdagangan), sektor fiskal (menteri keuangan) dan sektor moneter (gubernur BI), serta sektor industri finansial/pasar modal (OJK). Apakah pola koordinasi yang ada sekarang sudah berjalan optimal atau hanya sekedar berjalan masing-masing dengan premis “selama perekonomian tidak berada dalam kondisi krisis, semuanya dibiarkan berjalan begitu sebagaimana adanya? Jika pilihannya adalah yang terakhir, itu adalah bentuk kebijakan manajemen risiko yang sangat riskan dan sangat naif.

Proses dalam perekonomian kita sebaiknya dimulai dari sektor mikroekonomi dan secara semi-paralel melakukan adjustment dengan komponen determinan lainnya yang terdapat di sektor makro, fiskal, moneter serta financial industries/capital market. Ini adalah satu lingkaran proses yang dapat dipertahankan secara solid untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi dan pengurangan kerentatan ekonomi domestik terhadap gejolak ekonomi eksternal.

Tumbuhkan kuantitas produksi dalam negeri yang berkualitas (plus rendah import content) dengan pemasaran efektif yang disupport oleh kementerian luar negeri di mancanegara. Artinya produk buatan Indonesia mendapat dukungan baik di sisi supply maupun demand. Untuk dapat melakukan hal ini, kuantitas, kualitas dan estetika packaging merupakan suatu elemen yang membutuhkan investasi di pihak industri. Agar hal ini dapat terwujud, ada baiknya bank sentral tidak membebankan beban operasional dengan tingginya pembayaran beban suku pembayaran kewajiban akibat bunga kredit yang saat ini masih relatif tinggi.

Dari sektor fiskal, ada baiknya peraturan mengenai perpajakan lebih mendukung sektor industri dalam negeri, demikian juga dengan segala izin terkait dengan kemudahan berusaha dan berinvestasi. Memang risikonya akan mempengaruhi tax ratio level. Namun kembali kepada pemerintah apakah lebih mempriortaskan penggalangan sektor industri atau mengutamakan masukan pajak.

Dari sektor makro, ada baiknya pertumbuhan ekonomi tetap dapat dipertahankan kondusif, pengurangan tingkat pengangguran, dan pengenadalian laju inflasi. Sementara di sisi industri finansial dan pasar modal, BondRI menilai ada baiknya profit creation yang terjadi lebih mengutamakan kekuatan emiten dan kualitas efek yang diterbitkan saat emisi daripada sekedar kejar setoran pencapaian volume massif via fund raising.

Perekonomian kita adalah suatu sistem raksasa yang membutuhkan komunikasi solid antara komponen yang saling terkait dengan moda koordinasi yang sebaiknya solid dan konsisten dengan tujuan yang telah disepakati bersama. Lain daripada itu, hasilnya status quo berbentuk lingkaran setan.

 

BERITA TERKAIT

Tantangan APBN Usai Pemilu

   Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Pemilu untuk Presiden dan Wakil Presiden, serta DPR, DPD…

Kolaborasi Hadapi Tantangan Ekonomi

Oleh: Sri Mulyani Indrawati Menteri Keuangan Proses transisi energi yang adil dan terjangkau cukup kompleks. Untuk mencapai transisi energi tersebut,…

Dunia Kepelautan Filipina

  Oleh: Siswanto Rusdi Direktur The National Maritime Institute (Namarin)   Dunia kepelautan Filipina Tengah “berguncang”. Awal ceritanya dimulai dari…

BERITA LAINNYA DI

Tantangan APBN Usai Pemilu

   Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Pemilu untuk Presiden dan Wakil Presiden, serta DPR, DPD…

Kolaborasi Hadapi Tantangan Ekonomi

Oleh: Sri Mulyani Indrawati Menteri Keuangan Proses transisi energi yang adil dan terjangkau cukup kompleks. Untuk mencapai transisi energi tersebut,…

Dunia Kepelautan Filipina

  Oleh: Siswanto Rusdi Direktur The National Maritime Institute (Namarin)   Dunia kepelautan Filipina Tengah “berguncang”. Awal ceritanya dimulai dari…