Hilirisasi Mulai Tarik Investor Asing

NERACA
 
Jakarta - Program hilirisasi industri telah menjadi magnet yang kuat bagi Indonesia untuk menarik masuk investor asing. Langkah ini terbukti cukup efektif memikat perusahaan Eropa yang tertarik membangun pabrik karet sintetik di Indonesia.
Kepala Badan Kordinator Penanaman Modal (BKPM) Mahendra Siregar mengungkapkan, rencana investasi tersebut diutarakan langsung oleh pengusaha Eropa beberapa hari lalu. Sayang tak disebutkan nama pengusaha maupun perusahaan yang berminat menanamkan modalnya tersebut.
"Hari lalu, ada perusahaan eropa ingin bangun karet sintetik, untuk produksi ban, dan akan diekspor keluar Eropa malah belum dipakai Indonesia. Bahan bakunya menggunakan petrochemcial di Indonesia," kata Mahendra di Jakarta, akhir pekan lalu. Mahendra menilai ketertarikan investor Eropa ini menunjukan sektor hilirisasi di Indonesia memiliki daya tarik yang besar bagi para pemodal di luar negeri.
Data BKPM menunjukan, investasi sektor hilisasi tergolong cukup besar terlihat dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PDMN) di sektor manufaktur yang telah mengalahkan pertambangan. Pada periode Januari hingga September 2013, PDMN tambang hanya masuk 12% atau Rp 11,3 triliun dari target Rp 94,1 triliun.
"Ini cukup jelas. Yang terbesar sekarang adalah justru manufaktur, dan lebih besar lagi jasa. Untuk PDMN, kalau dikelompokan jasa 43 %, manufaktur 40 %, pertambangan 12 persen relatif stabil," ungkapnya.
Indonesia saat ini memang tengah berusaha melakukan pergeseran sektor andalan pemasukan negara dari Sumber Daya Alam (SDA) ke sektor industri dan hilirisasi. "Justru melihatnya dalam perspektif Astrategis, melihat Indonesia tidak hanya semata-mata SDA yang diambil dan di ekspor. Kami mendorong lebih jauh yakni pemrosesan, enegri dan bahan mentah sektor agro didalam negeri," tukasnya.
Sementara Indonesia sebagai negara produsen karet nomor dua terbesar di dunia. Namun hal tersebut bukan jaminan bisa memperoleh nilai tambah dari industri karet yang ada. Ketua Dewan Karet Indonesia  Aziz Pane mengaku industri karet Indonesia belum bisa memperoleh nilai tambah karena hilirisasi (pengolahan bahan mentah menjadi barang jadi red.) produk karet masih lemah.
“Padahal Indonesia merupakan produsen karet alam nomor dua di dunia. Bahkan dua tahun lagi Indonesia bakal menjadi produsen karet terbesar dunia. Di Indonesi sarana infrastruktur dan pendukung lainnya belum tersedia secara baik, akibatnya potensi sumber daya alam itu akan hilang nilai tambahnya jika tidak ada industri pendukungnya,” kata Aziz.
Aziz menjelaskan, industri pendukung tersebut mencakup ketersedian energi dan sarana pelabuhan yang memadai. Dari 33 provinsi yang ada saat ini kekurangan tersebut menyebar secara merata. “Sehingga sulit bagi usahawan untuk mengembangkan hilirisasi produksi karet rakyat,” ujarnya.
Menurutnya, dari hasil survei yang telah dilakukan oleh Dewan Karet Indonesia, Provinsi Sumatra Selatan (Sumsel) lebih menjanjikan dalam hal mendukung pengembangan hilirisasi produk karet. “Selain sebagai penghasil karet terbesar di Indonesia, Sumsel juga siap memiliki pelabuhan samudera Tanjung Api-api, sumber energi dari batu bara dan geothermal serta sumber daya manusia yang berlimpah. Itu juga menjadi alasannya mengapa Global Rubber Conference 2013 diselenggarakan di sini,” paparnya.
Akibat belum optimalnya hilirisasi produk karet menurut Aziz, tidak hanya berdampak buruk bagi pengusaha tetapi juga petani rakyat. “Sehingga wajar jika petani karet rakyat belum menikmati harga sesungguhnya dari harga jual di dalam maupun luar negeri. Mereka sepanjang masa akan bergantung pada tengkulak. Akibat lainnya, petani menjadi frustasi sehingga mereka bertindak curang dalam menjual bahan olahan karet  atau bokar dengan memasukkan tanah, batu, kayu ke dalam getah yang berfungsi sebagai pemberat,” ungkap Aziz.
Dewan Karet Indonesia mencatat setiap tahunnya Indonesia menghasilkan sampai  3,2 juta ton karet. Dari jumlah tersebut sekitar 500-600 ton digunakan untuk pabrik ban dan lain-lain. Sisanya ekspor di ekspor ke berbagai negara. “Padahal hasil dari karet alam Indonesia bisa dijadikan bantalan jembatan dan jalan tol, lapangan golf, alat kesehatan, bantalan rumah anti gempa, permainan anak autis,” ujarnya. [iwan]

BERITA TERKAIT

Peruri : Permintaan Pembuatan Paspor Naik Tiga Kali Lipat

    NERACA Jakarta – Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Perum Peruri) mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri…

Jika BBM Naik, Inflasi Diprediksi Capai 2,5-3,5%

  NERACA Jakarta – Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia memperkirakan inflasi di kisaran 2,5-3,5 persen pada tahun 2024…

Kemenhub Siap Fasilitasi Investasi Jepang di Proyek TOD MRT Jakarta

    NERACA Jakarta – Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan pihaknya siap memfasilitasi investor dari Jepang untuk pengembangan…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Peruri : Permintaan Pembuatan Paspor Naik Tiga Kali Lipat

    NERACA Jakarta – Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Perum Peruri) mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri…

Jika BBM Naik, Inflasi Diprediksi Capai 2,5-3,5%

  NERACA Jakarta – Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia memperkirakan inflasi di kisaran 2,5-3,5 persen pada tahun 2024…

Kemenhub Siap Fasilitasi Investasi Jepang di Proyek TOD MRT Jakarta

    NERACA Jakarta – Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan pihaknya siap memfasilitasi investor dari Jepang untuk pengembangan…