NERACA
Jakarta- Belum lama menerbitkan indeks infrastruktur, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) akan kembali meluncurkan dua indeks baru yang akan mengelompokkan beberapa saham tertentu. Hal tersebut dimaksudkan untuk menambah portofolio informasi bagi para investor.
Namun, langkah tersebut dinilai mubazir, karena tidak berpengaruh signifikan terhadap perkembangan pasar modal, “Banyak indeks kalau jumlah investor atau emiten tidak naik signifikan di bursa maka percuma,” kata analis saham dari Trust Securities, Reza Priyambada di Jakarta akhir pekan kemarin.
Menurutnya, hal yang paling dibutuhkan saat ini adalah seberapa besar tingkat pengetahuan masyarakat terkait saham dan bagaimana cara berinvestasi. Pasalnya, saat nasabah memutuskan untuk membeli saham A, B, atau C misalnya, akan lebih melihat kinerja saham tersebut, bukan karena ada di dalam indeks tertentu.\"Misalnya, saham ICBP, ada di indeks manufaktur, konsumer, ISSI, atau JII. Nah, kalau investor tidak paham bagaimana cara investasi saham ICBP, bagaimana trading, beli atau jual di harga berapa, bagaimana fundamentalnya apa mungkin mereka mau invest?\" tuturnya.
Oleh karena itu, lanjut dia, pemahaman masyarakat mengenai saham dan plus minus berinvestasi akan sangat efektif jika disampaikan secara komprehensif untuk pertambahan jumlah investor baru. Sementara penerbitan indeks itu hanya sebatas memberikan informasi bahwa emiten A masuk ke sektor X atau emiten B masuk ke sektor Y.
Dijelaskan Reza, penerbitan indeks akan digunakan sebagai acuan kinerja terutama bagi para pengelola dana untuk mengkomparasi kinerjanya dengan indeks acuan tersebut. Jadi, langkah yang paling efektif untuk menggairahkan transaksi perdagangan di pasar saham, yaitu apabila penerbitan indeks diiringi dengan penambahan jumlah emiten dan investor. \"Untuk investor tertentu atau misalnya untuk reksa dana bisa untuk benchmark kinerjanya,\" ujarnya.
Sementara Direktur Pengembangan BEI, Frederica Widyasari Dewi mengatakan, pihaknya sedang menggodok pembentukan dua indeks baru. Tujuannya, yaitu menambah portofolio informasi bagi para investor untuk menempatkan investasinya di pasar modal.
Dalam pembentukan salah satu indeks baru tersebut, menurut dia, pihaknya akan bekerja sama dengan sebuah media. Namun hal ini masih dalam tahap proses, “Memang akan ada grup dari media besar ini yang sudah mengajukan akan membentuk indeks,” ungkapnya.
Oleh karena itu, lanjut dia, pihaknya belum dapat menjelaskannya secara detail. Yang pasti, setelah diluncurkan indeks berbasis infrastruktur belum lama ini, pihaknya akan meluncurkan indeks berbasis ekspor. Indeks tersebut merupakan hasil kerja sama antara BEI dengan PT Indonesia Eximbank, “Kami sedang menggodok dua indeks pengelompokan saham tersebut, namun realisasinya belum dapat kami kabarkan,\" ujarnya.
Pihaknya optimistis dengan kedua indeks baru akan menjadi sisa target indeks baru di BEI pada tahun ini. Saat ini, BEI sudah memiliki beberapa indeks seperti indeks Kompas100, Bisnis27, Pefindo25, Infobank15, dan SMinfra18, yaitu indeks yang mengukur kinerja 18 saham yang bergerak dalam bidang infrastruktur. (lia)
Emiten properti, PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) sejak lama fokus menyasar pasar Jawa Barat. Perusahaan banyak menebar proyek bisnis…
NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…
Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…
Emiten properti, PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) sejak lama fokus menyasar pasar Jawa Barat. Perusahaan banyak menebar proyek bisnis…
NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…
Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…