Indonesia Duduki Tiga Besar Consumer Confidence

NERACA

Jakarta – Indonesia menduduki posisi ketiga terbaik dalam hal kepercayaan konsumen dalam hal berbelanja. Riset tersebut merupakan hasil penelitian dari Nielsen, sebuah perusahaan informasi dan pengukuran global. “Indonesia berada di peringkat ketiga. Peringkat pertama dan kedua adalah India dan Filipina,” kata Direktur Nielsen Indonesia Catherine Eddy, Rabu (6/2).

Konsumen Indonesia diperkirakan masih tetap percaya diri untuk berbelanja. Data tersebut menunjukkan peluang yang sangat besar untuk jasa keuangan dan indsutri lainnya. Indonesia menarik bagi industri karena tiga hal. Pertama karena jumlah penduduknya banyak. Kedua karena kepercayaan konsumennya untuk berbelanja masih tinggi. Ketiga adalah bahwa sifat orang indonesia yang konsumtif. Keadaan ekonomi memang tetap menjadi kekuatiran utama masyarakat Indonesia, hanya saja dengan pandangan yang lebih positif.

Data yang dirilis Nielsen memperlihatkan tingkat consumer confidence Indonesia pada kuartal 4 2012 mempunyai nilai indeks 117, alias turun dua poin dibandingkan dengan kuartal ketiga. Indonesia termasuk dalam tiga teratas negara yang paling optimistis di antara 58 negara di dunia, setelah India dengan indeks 121 dan Filipina dengan indeks 119.

Hasil survei Nielsen itu mengungkapkan bahwa empat dari lima -atau lebih tepatnya 78%- konsumen online Indonesia percaya bahwa keadaan keuangan mereka akan baik, bahkan sangat baik selama 12 bulan ke depan. Angka ini turun 2% dari kuartal ketiga 2012, yaitu 80%. Meskipun mengalami penurunan, konsumen Indonesia tetap menjadi yang paling optimistis akan keuangan pribadi di kawasan Asia Pasifik, diikuti oleh Filipina (77%), India (76%), dan China (66%).

Sementara itu, dari sisi lapangan kerja, pandangan konsumen Indonesia mengenai prospek lapangan kerja masih menunjukkan penurunan bertahap selama empat kuartal terakhir. Responden yang menyatakan bahwa prospek lapangan kerja akan membaik atau sangat baik di kuartal keempat 2012 adalah 64%, atau turun 1% dibandingkan kuartal sebelumnya.

Sebanyak 54% konsumen Indonesia merasa bahwa dalam kurun waktu 12 bulan ke depan akan baik untuk membeli sesuatu yang mereka inginkan atau butuhkan. Angka ini menurun 3% dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Namun demikian, konsumen Indonesia berada dalam urutan kedua yang siap berbelanja (54%), setelah konsumen India (55%), dan diikuti oleh Filipina (51%).

“Secara keseluruhan, optimisme memang menurun di 8 dari 14 negara di Asia Pasifik pada kuartal keempat jika dibandingkan dengan kuartal ketiga 2012, dengan penurunan empat poin di Hong Kong dan Taiwan. Namun demikian Asia Pasifik mencatat skor kepercayaan konsumen tertinggi,” ujar Catherine.

Meskipun indeks kepercayaan konsumen Indonesia menurun dua poin, lanjut Catherine, Indonesia masih berada dalam urutan tiga teratas negara-negara yang paling optimis di dunia. Seiring pertumbuhan kelas menengah. Indonesia memiliki kelas menengah terbesar ketiga di dunia, sehingga peluang untuk perkembangan bisnis masih sangat besar.

Konsumen Indonesia memiliki pandangan yang lebih positif mengenai kondisi ekonomi. Ini terlihat dari data bahwa pada kuartal keempat 2012 hanya 50% dari konsumen online di Indonesia yang percaya bahwa Indonesia sedang mengalami resesi ekonomi. Angka ini menurun lima poin dari kuartal sebelumnya, dan lebih rendah dari angka rata-rata di Asia Pasifik yang sebesar 52%.

Namun begitu, kondisi perekonomian masih menjadi kekhawatiran utama bagi 17% responden. Kekhawatiran-kekhawatiran lain yang menjadi pikiran masyarakat Indonesia adalah tentang keseimbangan antara hidup dan pekerjaan yang dialami oleh 12% responden, juga tentang kesejahteraan dan kebahagiaan orang tua yang dialami oleh 8% responden.

“Masyarakat Indonesia ini unik. Mereka merasa orang tua adalah tanggung jawab mereka sehingga kebahagiaan orang tua juga menjadi kekhawatiran yang cukup dominan,” kata Catherine.

Lingkungan politik dan ekonomi negara yang stabil, lanjut Catherine, memberikan kontribusi pada optimisme konsumen Indonesia meskipun ekonomi global berada dalam ketidakpastian.

“Kami memperkirakan bahwa pembelanjaan konsumen akan tetap kuat seiring dengan semakin makmurnya konsumen Indonesia dan semakin majunya kebutuhan mereka. Peluang masih terbuka sangat luas bagi penyedia jasa keuangan, produsen barang konsumsi dan jasa, juga perusahaan teknologi. Dan kunci untuk merebut hati konsumen tetap terletak pada kemampuan untuk mengenali kebutuhan konsumen yang belum terpenuhi,” jelas Catherine.

 

BERITA TERKAIT

Peruri : Permintaan Pembuatan Paspor Naik Tiga Kali Lipat

    NERACA Jakarta – Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Perum Peruri) mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri…

Jika BBM Naik, Inflasi Diprediksi Capai 2,5-3,5%

  NERACA Jakarta – Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia memperkirakan inflasi di kisaran 2,5-3,5 persen pada tahun 2024…

Kemenhub Siap Fasilitasi Investasi Jepang di Proyek TOD MRT Jakarta

    NERACA Jakarta – Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan pihaknya siap memfasilitasi investor dari Jepang untuk pengembangan…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Peruri : Permintaan Pembuatan Paspor Naik Tiga Kali Lipat

    NERACA Jakarta – Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Perum Peruri) mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri…

Jika BBM Naik, Inflasi Diprediksi Capai 2,5-3,5%

  NERACA Jakarta – Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia memperkirakan inflasi di kisaran 2,5-3,5 persen pada tahun 2024…

Kemenhub Siap Fasilitasi Investasi Jepang di Proyek TOD MRT Jakarta

    NERACA Jakarta – Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan pihaknya siap memfasilitasi investor dari Jepang untuk pengembangan…