NERACA
Jakarta – Brasil mempunyai cara tersendiri dalam menerapkan kenaikan upah sebagai respons tuntutan buruh. Presiden Brasil Lula da Silva yang memangku jabatan pada 2002 – 2010, ketika menduduki kursi presiden pertama kali pada 2003 mengatakan secara lugas bahwa dia akan menaikkan upah buruh sebanyak 50% dalam rentang waktu 5 tahun secara bertahap. Dia mengatakan itu secara eksplisit ke semua orang.
“Di Indonesia, siapa yang berani bilang seperti itu? Semua bersembunyi. Semua berharap mendapat upeti dari pengusaha,” kata Direktur Trade Union Right Center Surya Chandra.
Presiden Brasil tersebut mengeluarkan pernyataan ingin menaikkan upah itu pada 2003. Dan, pada 2004, para pengusaha menyetujui kenaikan upah buruh yang didorong oleh sang presiden. Mereka tidak mengeluh atau mengancam ingin keluar dari Brasil karena tuntutan yang keras dari da Silva sebagai presiden kala itu.
Hal tersebut bisa terjadi karena da Silva tidak membiarkan pengusaha mati begitu saja akibat tidak sanggup membayar upah. Lula membuat kebijakan yang mendukung industri dalam negerinya. Dia mencari sektor manufaktur mana yang paling penting di Brasil . Setelah dikaji, ternyata otomotif. Lantas da Silva menurunkan pajak penjualan mobil secara signifikan. Efeknya, jumlah penjualan mobil melambung. Industri otomotof berkembang dengan baik.
Di samping itu, da Silva melakukan kampanye aktif di televisi Brasil dengan meminta buruh yang upahnya telah dinaikkan tersebut untuk membelanjakan uang mereka ke produk-produk buatan Brasil . Kampanye dilakukan dengan intensif, yaitu 8 menit sehari dan dilakukan dalam jangka waktu yang cukup lama.
Dampak langsung dari upaya tersebut, kata Surya, adalah pengurangan Koefisien Gini secara konsisten dari 2003 sampai 2010 saat da Silva menjabat. Dengan berkurangnya Koefisien Gini, berarti ketimpangan antara si miskin dengan si kaya menjadi berkurang.
“Hasilnya, secara signifikan produksi berbagai produk Brasil meningkat, buruh lebih sejahtera, dan PHK dapat dihindari,” kata Surya.
Sementara itu, kata Surya, pemerintah kita cenderung malas. “Sudah menaikkan upah, terus tidak peduli. Terserah pengusaha bagaimana mengatasi kenaikan upah tersebut,” ujar dia.
Dengan melihat upaya Presiden da Silva yang keras, pengusaha Brasil mau menuruti kebijakannya.
Untuk diketahui, da Silva yang sebelum menjadi presiden Brasil pada 2003 adalah seorang aktivis buruh. Pada 1978, dia menjadi presiden Serikat Buruh Baja. Pada 1980, dia mendirikan Partai Buruh. da Silva maju ke dalam bursa pemilihan presiden pada 1989, namun gagal.
Dia mendapatkan momen yang tepat ketika naik menjadi presiden pada 2003. Saat itu, rakyat menyesali keadaan ekonomi Brasil yang macet, pengangguran meningkat, serta jurang yang lebar antara si miskin dengan si kaya. da Silva menjadi presiden dengan membawa bendera buruh, tanpa mengacuhkan kepentingan sektor industri.
NERACA Jakarta – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memastikan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) masih terkelola dengan baik. “(Defisit)…
NERACA Jakarta – Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan kebijakan fiskal dan moneter terus disinergikan…
NERACA Jakarta – Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) mengungkapkan kereta Bandara menghubungkan Kawasan Inti Pusat Pemerintahan atau KIPP…
NERACA Jakarta – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memastikan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) masih terkelola dengan baik. “(Defisit)…
NERACA Jakarta – Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan kebijakan fiskal dan moneter terus disinergikan…
NERACA Jakarta – Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) mengungkapkan kereta Bandara menghubungkan Kawasan Inti Pusat Pemerintahan atau KIPP…