Dorong Sektor Agribisnis - Kadin Kejar Target Pertumbuhan Ekonomi

NERACA

Jakarta - Untuk mendorong kontribusi sektor agribisnis dalam mencapai target pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 6,5-6,8% tahun ini, Kadin Indonesia menilai pentingnya menekan inefisiensi dan meningkatkan daya saing serta memacu berkembangnya industri hilir di bidang agribisnis, pangan dan peternakan.

Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bidang Industri Makanan dan Peternakan Juan Permata Adoe mengatakan, industri makanan dan minuman memiliki potensi yang besar untuk tetap tumbuh, terlebih lagi masih banyak bahan baku dari pertanian yang belum banyak diolah di Indonesia.

Meski demikian, pemerintah perlu memetakan industri-industri prioritas serta memperhatikan percepatan ketersediaan lahan untuk pertanian, perkebunan dan peternakan. “Saat ini Kadin tengah mendorong dukungan inovasi teknologi tepat guna, dukungan distribusi dan pemasaran, hingga fasilitas pembiayaan dan perbaikan regulasi untuk sektor pertanian,” ujar Juan melalui keterangan tertulis yang diterima Neraca, Kamis (17/1).

Tekait hal tersebut pengamat ekonomi Aviliani mengatakan, yang diperlukan saat ini adalah pola-pola insentif misalnya dengan subsidi dan asuransi. “Ini harus diperhatikan. Kalau dilepas sepertinya tidak mungkin. Selain itu yang tak kalah penting adalah bagaimana menstabilkan harga pangan,” ujarnya

Kadin Indonesia menilai, perlu adanya peningkatan subsidi bagi pangan. Seperti diketahui, subsidi energi (minyak bumi dan listrik) nilainya bisa mencapai Rp 193,8 triliun dan Rp 80,9 triliun sementara subsidi untuk pangan hanya Rp 17,2 triliun.

Di sisi lain, pertumbuhan nilai ekspor sektor pertanian selama 2012 dibanding dengan 2011 tumbuh sebesar 10%. Sedangkan pada periode yang sama, sektor industri, pertambangan dan non migas lainnya mengalami penurunan masing-masing sebesar 4,6%, 9% dan 5,7%. Dari sektor pertanian, kontribusi terbesar didapatkan dari hasil produk kelapa sawit.

 

Perlu Kekuatan Politik

Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi mengatakan, Indonesia memerlukan posisi kekuatan politik untuk perdagangan internasional seperti halnya Jepang, China dan Amerika Serikat yang sudah sangat baik. “Saat ini negara-negara lain melakukan proteksi dan promosi untuk memperluas pasarnya, selain karena perekonomiannya tertekan,” terangnya.

 

Bayu mencontohkan, India akan memberlakukan 5% bea masuk untuk CPO. Pihaknya mengaku, perlu ada kajian kebijakan perdagangan agar posisinya lebih jelas dengan melibatkan para pelaku usaha nasional, misalnya terkait trade facilitation atau terkait pajak, bea masuk, dan lain-lain.

Dia memaparkan 5 hal yang harus menjadi sorotan bersama antara lain, lebih meningkatkan komunikasi dan pertukaran data di antara pengusaha dan pemerintah, mengedukasi dan mempertahankan konsumen domestik dengan pemberlakuan halal dan penggunaan Bahasa Indonesia dalam produk, trade remedies, pemanfaatan pasar ketiga oleh pengusaha Indonesia dengan diiikuti investasi di pasar negara tujuan, serta melakukan terobosan regulasi seperti memperbolehkan APBN untuk asuransi dan regulasi dalam anggaran yang lebih advance.

Sebelumnya, Komite Ekonomi Nasional (KEN) memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2013 lebih rendah dibandingkan prediksi pertumbuhan 2012, yaitu menjadi sebesar 6,1-6,6%, lebih rendah dari pernyataan resmi pemerintah sebesar 6,8%.

Ketua Komite Ekonomi Nasional, Chairul Tanjung mengatakan, prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2012 berada di kisaran 6,3 - 6,7%. Pada akhir 2012, ekonomi Indonesia kemungkinan tumbuh pada batas bawah sebesar 6,3%. "Pada 2013, KEN memprediksi ekonomi tumbuh 6,1-6,6 persen. Hal itu lebih kecil dari target pemerintah," ujarnya.

Kondisi pada 2013 diramal tidak akan berbeda jauh dari 2012. Tingkat pertumbuhan ekspor diprediksi stagnan. Pertumbuhan ekonomi pada 2013 dinilai Chairul penuh tantangan bagi Indonesia. Hal ini karena situasi global belum akan membaik.

BERITA TERKAIT

Peruri : Permintaan Pembuatan Paspor Naik Tiga Kali Lipat

    NERACA Jakarta – Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Perum Peruri) mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri…

Jika BBM Naik, Inflasi Diprediksi Capai 2,5-3,5%

  NERACA Jakarta – Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia memperkirakan inflasi di kisaran 2,5-3,5 persen pada tahun 2024…

Kemenhub Siap Fasilitasi Investasi Jepang di Proyek TOD MRT Jakarta

    NERACA Jakarta – Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan pihaknya siap memfasilitasi investor dari Jepang untuk pengembangan…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Peruri : Permintaan Pembuatan Paspor Naik Tiga Kali Lipat

    NERACA Jakarta – Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Perum Peruri) mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri…

Jika BBM Naik, Inflasi Diprediksi Capai 2,5-3,5%

  NERACA Jakarta – Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia memperkirakan inflasi di kisaran 2,5-3,5 persen pada tahun 2024…

Kemenhub Siap Fasilitasi Investasi Jepang di Proyek TOD MRT Jakarta

    NERACA Jakarta – Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan pihaknya siap memfasilitasi investor dari Jepang untuk pengembangan…