Oleh : Firdaus Baderi
Wartawan Harian Ekonomi NERACA
Kondisi perekonomian global tahun ini diprediksi masih tetap suram meski sedikit membaik daripada 2012. Karena itu jangan heran jika Indonesia masih sulit mendongkrak ekspor seperti tahun-tahun sebelumnya. Namun demikian, masih ada upaya untuk memperbaiki neraca perdagangan Indonesia, yaitu mengurangi impor bahan baku dan mempercepat industri pengolahan berbasis komoditas pertanian.
Pengurangan bahan baku impor hanya mungkin dilakukan bila industri pengolahan lokal memilih bahan bakunya dari dalam negeri. Ini kesempatan bagus bagi pemerintah untuk menggeser industri pengolahan ke komoditas yang berbahan baku domestik, khususnya di subsektor pertanian, perikanan, perkebunan, kehutanan, dan sumber daya alam lainnya.
Masalah lainnya, adalah soal daya saing dan perbaikan kemudahan bisnis yang akan jadi pertaruhan pemerintah pada 2013. Pasalnya, pemerintah hanya tinggal punya setahun lagi, sebab pada 2014 pemerintah disibukkan urusan pemilu. Praktik korupsi mungkin sulit untuk dipangkas hanya dalam tempo setahun, sehingga inefisiensi birokrasi dan pembangunan infrastruktur yang lebih berpeluang untuk ditangani secara lebih optimal.
Tidak hanya itu. Pemerintah sebaiknya terus melakukan reformasi birokrasi secara selektif terutama untuk urusan yang terkait dengan kemudahan bisnis, seperti perizinan. Pembangunan infrastruktur diprioritaskan untuk perbaikan sarana dan prasarana logistik, karena Indonesia kini jauh tertinggal dengan negara lain di ASEAN, sehingga perbaikan infrastruktur akan sangat bermanfaat mengundang investor menanamkan modalnya di negeri ini.
Prospek pertumbuhan ekonomi 2013 tampaknya berada di kisaran 6,5–6,6%. Sebab itu, sebaiknya pemerintah lebih fokus mengembangkan sektor pertanian dan industri agar kualitas pertumbuhan ekonomi lebih baik, sekaligus mampu mengerem laju liberalisasi di sektor tersebut. Bila kualitas pertumbuhan bagus, secara otomatis problem kemiskinan, pengangguran, dan ketimpangan ekonomi segera dapat diatasi lebih cepat lagi.
Di sisi lain, pemerintah agar mampu menerapkan kebijakan strategis dengan mendayagunakan instrumen fiskal. Asalkan dengan syarat, penyerapan anggaran di kementerian dan lembaga negara (K/L) harus lebih baik, dan belanja modal dapat dipakai seluruhnya sesuai dengan perencanaan, dan alokasi sektoral diperbesar untuk mengembangkan sektor riil. Semoga!
Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal Pemilu untuk Presiden dan Wakil Presiden, serta DPR, DPD…
Oleh: Sri Mulyani Indrawati Menteri Keuangan Proses transisi energi yang adil dan terjangkau cukup kompleks. Untuk mencapai transisi energi tersebut,…
Oleh: Siswanto Rusdi Direktur The National Maritime Institute (Namarin) Dunia kepelautan Filipina Tengah “berguncang”. Awal ceritanya dimulai dari…
Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal Pemilu untuk Presiden dan Wakil Presiden, serta DPR, DPD…
Oleh: Sri Mulyani Indrawati Menteri Keuangan Proses transisi energi yang adil dan terjangkau cukup kompleks. Untuk mencapai transisi energi tersebut,…
Oleh: Siswanto Rusdi Direktur The National Maritime Institute (Namarin) Dunia kepelautan Filipina Tengah “berguncang”. Awal ceritanya dimulai dari…