2012, Defisit Transaksi Berjalan US$21,5 Miliar

ERACA

Jakarta - Menteri Keuangan Agus DW Martowardojo mengungkapkan, selama 2012, Indonesia diperkirakan mengalami defisit transaksi berjalan sebesar US$21,5 miliar atau -2,4 % terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dengan perkiraan pada Q4-2012 mengalami defisit US$5,4 miliar atau -2,3% dari PDB.

“Defisit transaksi berjalan ini sebenarnya sudah mengalami penurunan dari US$7,7 miliar atau -3,5% dari PDB di Q2-2012 menjadi US$5,3 miliar atau -2,4% dari PDB di Q3-2012,” ujarnya di Kementerian Keuangan, Senin (7/1). Kemudian, untuk neraca pembayaran pada Q4-2012 diperkirakan surplus US$3.07 miliar, dan untuk tahun 2012 diperkirakan surplus US$60 juta. Setelah mengalami defisit pada Q2-2012 sebesar US$ 2,8 miliar dan pada Q3-2012 surplus neraca pembayaran sebesar US$0,8 miliar.

Sementara untuk transaksi modal dan finansial Q4-2012 diperkirakan surplus US$8.2 miliar dan untuk tahun 2012 diperkirakan surplus US$21.6 miliar meningkat menjadi US$6,0 miliar dibandingkan Q2-2012 surplus sebesar US$5,1 miliar.

Sebelumnya, Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Hartadi A Sarwono menilai perbaikan perekonomian dunia pada awal 2013 akan menguatkan nilai tukar rupiah karena ada perbaikan dalam neraca pembayaran.

"Kami optimis membaiknya perekonomian dunia akan membantu penurunan defisit transaksi berjalan (current account) pada tahun ini yang ditopang meningkatnya kinerja transaksi ekspor," katanya.  Menurut dia, hal tersebut secara keseluruhan akan mendukung surplus neraca pembayaran yang akan memertebal cadangan devisa dan memerkuat nilai tukar rupiah, seiring dengan masih besarnya surplus di transaksi modal dan finansial.

"Indikasinya defisit current account diperkirakan akan impornya akan menurun dan ekspornya akan membaik, sejalan dengan perbaikan ekonomi dunia," katanya. Dia mengatakan dalam transaksi berjalan, khususnya di neraca perdagangan untuk yang non minyak dan gas masih surplus. Kendati secara keseluruhan, neraca transaksi berjalan masih akan defisit.

"Namun di dalam balance of payment (neraca pembayaran), current account defisit itu disertai surplus di capital account. Transaksi modal ada FDI (foreign direct investment), juga portofolio. Semua masih surplus sehingga secara keseluruhan ballance of payment masih menunjukkan surplus," ujarnya. Oleh karena itu, dengan adanya perbaikan di neraca pembayaran diharapkan akan mendukung penguatan nilai tukar rupiah di masa mendatang.

Defisit Tetap Terjadi

Secara terpisah, Kepala Ekonom Bank Mandiri Destri Damayanti mengatakan ada beberapa faktor yang dapat menahan pertumbuhan ekonomi domestik salah satunya pada neraca pembayaran Indonesia yang diperkirakan tekanannya masih berlanjut pada 2013, menyusul impor untuk kebutuhan domestik masih cukup tinggi.

"Defisit neraca transaksi berjalan akan tetap terjadi. Indonesia tidak bisa menahan impor, hal itu dipicu dari industri dalam negeri yang belum berkembang," ujarnya. Dia menambahkan, utang luar negeri swasta yang terus mengalami peningkatan cukup luar biasa juga merupakan ancaman bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depannya.

"Meningkatnya utang luar negeri swasta itu tidak diikuti oleh pertumbuhan ekspor, penambahan devisa negara yang salah satunya dari ekspor itu akan sulit bertambah," katanya.

 

BERITA TERKAIT

Peruri : Permintaan Pembuatan Paspor Naik Tiga Kali Lipat

    NERACA Jakarta – Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Perum Peruri) mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri…

Jika BBM Naik, Inflasi Diprediksi Capai 2,5-3,5%

  NERACA Jakarta – Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia memperkirakan inflasi di kisaran 2,5-3,5 persen pada tahun 2024…

Kemenhub Siap Fasilitasi Investasi Jepang di Proyek TOD MRT Jakarta

    NERACA Jakarta – Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan pihaknya siap memfasilitasi investor dari Jepang untuk pengembangan…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Peruri : Permintaan Pembuatan Paspor Naik Tiga Kali Lipat

    NERACA Jakarta – Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Perum Peruri) mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri…

Jika BBM Naik, Inflasi Diprediksi Capai 2,5-3,5%

  NERACA Jakarta – Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia memperkirakan inflasi di kisaran 2,5-3,5 persen pada tahun 2024…

Kemenhub Siap Fasilitasi Investasi Jepang di Proyek TOD MRT Jakarta

    NERACA Jakarta – Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan pihaknya siap memfasilitasi investor dari Jepang untuk pengembangan…