Ekspor Produk Rotan Jadi Diperkirakan Naik 15%

NERACA

 

Jakarta - Ekspor produk jadi rotan diperkirakan menembus US$231,27 juta hingga akhir tahun atau naik 15% dari realisasi 2011 yang hanya US$201,1 juta. Itu pun masih angka moderat. Pertumbuhan ekspor barang jadi rotan diyakini bisa tembus 20% karena peningkatan permintaan dari pasar di luar negeri yang semula diisi oleh China dan Vietnam.

Ketua Umum Asosiasi Mebel dan Kerajinan Rotan Indonesia (AMKRI) Soenoto mengatakan kebijakan pelarangan ekspor rotan asalan dan setengah jadi membuat China dan Vietnam kesulitan memperoleh bahan baku.

Akibatnya, mereka hanya mampu memenuhi sebagian order dari Eropa, Amerika Serikat dan Jepang yang selama ini menjadi pasar utama produk rotan. Kekurangan pasokan dari China dan Vietnam itu kemudian diisi oleh Indonesia yang kini memiliki stok bahan baku yang cukup. "Suplai dari China dan Vietnam menurun sehingga mereka kini mengalihkan pesanan ke Indonesia," katanya di Jakarta, Selasa (27/11).

Selama Januari-September 2012, ekspor produk jadi rotan mencapai US$157,78 juta atau naik 44,81% dibanding capaian periode sama 2011. Nilai pengapalan itu terdiri atas lampit sebesar US$2,57 juta, keranjang US$36,67 juta, kursi US$87,01 juta dan furnitur (lemari, meja, tempat tidur, rak) US$31,53 juta.

Soenoto meyakini kondisi itu akan membuat permintaan ekspor pada tiga bulan terakhir meningkat meskipun jika melihat tahun-tahun sebelumnya, tren pengapalan barang jadi rotan menurun mulai semester II.

Nilai ekspor produk rotan pada periode 1 Januari-30 September 2012 telah mencapai lebih dari US$157 juta. Nilai ekspor rotan yang cukup tinggi tersebut, disumbang dari ekspor produk rotan furnitur senilai US$118,532 juta  dan anyaman senilai US$39,250 juta. Demikian disebutkan dalam data Laporan Surveyor (LS). Rotan-totan itu diekspor ke lima negara tujuan ekspor terbesar yaitu Jepang, Amerika Serikat, Jerman, Belanda, dan Inggris.

Dibandingkan dengan tahun 2011, dalam periode yang sama, nilai ekspor rotan Indonesia mencapai US$108,96 juta atau telah terjadi peningkatan sebesar 44,82 %. Hal ini menunjukkan bahwa dukungan yang diberikan semua pihak terkait telah menunjukkan hasil yang positif.

Pemerintah, khususnya Kementerian Perdagangan, akan berupaya untuk meningkatkan nilai tambah produk rotan dengan sejumlah cara. Dengan peningkatan nilai tambah, maka nilai ekspor produk rotan pun bisa semakin besar.

Ekspor Furnitur

Sebelumnya Wakil Menteri Perdagangan, Bayu Krisnamurthi, mengungkapkan, nilai ekspor produk rotan periode 1 Januari-30 Juni 2012 mencapai lebih dari US$ 112 juta. Angka tersebut diketahui dari hasil data Laporan Surveyor (LS).

Nilai ekspor rotan yang cukup tinggi tersebut disumbang dari ekspor produk rotan furnitur senilai US$ 85,03 juta, dan anyaman senilai US$ 26,98 juta. Dibandingkan dengan tahun 2011, dalam periode yang sama, nilai ekspor rotan Indonesia mencapai US$ 97,24 juta atau telah terjadi peningkatan sebesar 15,31%. “Hal ini menunjukkan bahwa dukungan yang diberikan semua pihak terkait, telah menunjukkan hasil yang positif,” kata Bayu.

Bayu menambahkan, untuk meningkatkan daya saing dan nilai ekspor industri nasional, pengembangan desain mutlak dilakukan. Tanpa desain dan kemasan bagus, mustahil produk anak bangsa ini bisa merebut pasar, baik di dalam negeri maupun luar negeri.

Kemudian program hilirisasi industri termasuk berbahan baku rotan harus terus didorong untuk meningkatkan nilai tambah dan penyerapan tenaga kerja. Karena itu para desainer interior dan industri terkait, kata dia, harus berkolaborasi untuk meningkatkan daya saing produk Indonesia.

“Selain itu, kesempatan ini dapat digunakan para desainer untuk mempromosikan hasil karyanya secara menarik dan profesional sekaligus memotivasi penciptaan desain-desain baru produk Indonesia sehingga semakin banyak desain-desain yang dapat menembus pasar internasional,” paparnya.

Di tempat terpisah, Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional, Gusmardi Bustami mengatakan, kompetisi rotan dan bambu diharapkan bisa mendorong daya saing dan pertumbuhan industri rotan dan bambu ke depan. Terlebih, Indonesia merupakan salah satu penghasil bahan baku rotan dan bambu terbesar di dunia. “Pangsa pasar ekspor China untuk produk rotan mencapai 33,45%, ekspor Indonesia  31,67%, pangsa pasar ekspor produk bambu dari China 67,82%, ekspor Indonesia 6,97%,” katanya.

Berdasarkan data statistik Kemendag, terdapat lima negara  maju paling berminat terhadap produk rotan Indonesia, yakni, Amerika Serikat, China, Jepang, Jerman, dan Belanda. Sementara, lima negara paling berminat terhadap produk bambu Indonesia adalah Amerika Serikat, Jerman, Australia, Jepang, dan Perancis. Jika melihat data ekspor dunia tahun 2011, Indonesia merupakan pangsa pasar ke-2 terbesar di dunia untuk ekspor produk rotan dan bambu.

BERITA TERKAIT

Konsumen Cerdas Cipakan Pasar yang Adil

NERACA Jakarta – konsumen yang cerdas dapat berperan aktif dalam menciptakan pasar yang adil, transparan, dan berkelanjutan. Konsumen perlu meluangkan…

Sistem TI Pantau Pemanfaatan Kuota BBL

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap menyiapkan sistem informasi pemantauan elektronik untuk mengawal…

UMKM Pilar Ekonomi Indonesia

NERACA Surabaya – Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) merupakan pilar ekonomi Indonesia. Pemerintah akan terus memfasilitasi kemajuan UMKM dengan…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Konsumen Cerdas Cipakan Pasar yang Adil

NERACA Jakarta – konsumen yang cerdas dapat berperan aktif dalam menciptakan pasar yang adil, transparan, dan berkelanjutan. Konsumen perlu meluangkan…

Sistem TI Pantau Pemanfaatan Kuota BBL

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap menyiapkan sistem informasi pemantauan elektronik untuk mengawal…

UMKM Pilar Ekonomi Indonesia

NERACA Surabaya – Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) merupakan pilar ekonomi Indonesia. Pemerintah akan terus memfasilitasi kemajuan UMKM dengan…