DPR vs BUMN "Sapi Perah"

Oleh:  Munib Ansori

Wartawan Harian Ekonomi NERACA

 

Adagium “sapi perah” tidak hanya lazim dipakai dalam diskursus industri peternakan. Dalam perbincangan mengenai Badan Usaha Milik Negara (BUMN), istilah itu pun jamak dipergunakan. Terutama kaitannya dengan dugaan kebiasaan para legislator di Senayan yang menjadikan perusahaan milik negara itu sebagai “sapi perah” baik untuk pribadi maupun partainya.

Sinyalemen tentang transaksi haram antara legislator dan para bos BUMN ini pula yang agaknya juga menjadi pemicu ketegangan antara sejumlah wakil rakyat dan kementerian yang dikomandani Dahlan Iskan. Menteri nyentrik ini memang tegas melarang para direksi BUMN untuk nyetor ke DPR, betapapun diminta oleh para wakil rakyat yang terhormat itu.

Memang, tak mudah membuktikan transaksi haram politisi dan oknum BUMN. Tapi setidaknya, Menteri Dahlan telah mencium bau tak sedap dari kebiasaan buruk itu. Sehingga, dia memerintahkan semua direksi BUMN untuk berani menolak anggota DPR yang meminta-minta jatah ke BUMN.

Apalagi kemungkinan menjadikan BUMN sebagai “sapi perah” ini semakin menganga apabila dikaitkan dengan pencairan anggaran penanaman modal negara (PMN). Seperti diketahui, sejumlah BUMN rencananya bakal dapat suntikan modal (PMN) tahun ini, yakni PT PAL Rp 648 miliar, PT Merpati Nusantara Airlines Rp 561 miliar, PT Askrindo Persero Rp 800 miliar, dan PT Jamkrindo Rp 1,2 triliun.

Perintah Dahlan untuk memberangus kejahatan korupsi ini tentu saja membuat berang sejumlah anggota DPR. Karena itulah, Dahlan kabarnya semakin tak disukai mitra kerjanya di Senayan. Di saat dia mengharamkan BUMN jadi “sapi perah” pihak Senayan—di mana hal itu ditengarai telah menjadi budaya busuk yang menahun, maka di saat yang sama DPR semakin sengit dengan bos media itu.

Maka dari itu, tak heran jika akhir-akhir ini kinerja Dahlan dikecam oleh sejumlah wakil rakyat. Sebut saja, kritikan pedas yang datang dari Wakil Ketua Komisi VI DPR RI, Aria Bima. Politisi PDIP ini menilai selama setahun kepemimpinan Dahlan di BUMN, banyak persoalan di tubuh perusahaan pelat merah yang belum dituntaskan, seperti persoalan IPO, PMN, privatisasi, rights issue, dan persoalan mendasar lainnya.

Kritikan pedas itu barangkali memang benar secara substansi. Tapi tak sedikit yang menganggap, kritikan ini sebagai “serangan balik” kubu Senayan ke BUMN atas “kenakalan” sang menteri yang gemar mengenakan sepatu kets dan baju putih ini. Barangkali pula Dahlan juga harus instropeksi terkait tindakannya yang mendobrak kemapanan lebih dianggap sebagai pencitraan. Lebih-lebih dia tengah digadang-gadang sebagai calon presiden alternatif pada 2014 mendatang.

Intinya, langkah Dahlan Iskan membersihkan korupsi di tubuh BUMN mesti kita dukung penuh. Tapi di lain pihak, dia harus mengurangi tindakan-tindakan populis yang penuh citra seperti membersihkan kamar mandi bandara atau mandi di stasiun kereta. Karena, ada tugas lebih fundamental yang harus dia selesaikan, yakni memajukan BUMN yang kini memiliki aset Rp 3.000 triliun ini.

BERITA TERKAIT

Tantangan APBN Usai Pemilu

   Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Pemilu untuk Presiden dan Wakil Presiden, serta DPR, DPD…

Kolaborasi Hadapi Tantangan Ekonomi

Oleh: Sri Mulyani Indrawati Menteri Keuangan Proses transisi energi yang adil dan terjangkau cukup kompleks. Untuk mencapai transisi energi tersebut,…

Dunia Kepelautan Filipina

  Oleh: Siswanto Rusdi Direktur The National Maritime Institute (Namarin)   Dunia kepelautan Filipina Tengah “berguncang”. Awal ceritanya dimulai dari…

BERITA LAINNYA DI

Tantangan APBN Usai Pemilu

   Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Pemilu untuk Presiden dan Wakil Presiden, serta DPR, DPD…

Kolaborasi Hadapi Tantangan Ekonomi

Oleh: Sri Mulyani Indrawati Menteri Keuangan Proses transisi energi yang adil dan terjangkau cukup kompleks. Untuk mencapai transisi energi tersebut,…

Dunia Kepelautan Filipina

  Oleh: Siswanto Rusdi Direktur The National Maritime Institute (Namarin)   Dunia kepelautan Filipina Tengah “berguncang”. Awal ceritanya dimulai dari…