NERACA

Bandung - Konsumsi beras di Jabar sebanyak 94,6Kg/kapita pertahun terbilang tinggi dibandingkan konsumsi beras di negara lain. Sebagai contoh, konsumsi beras di Jepang tercatat 60Kg/kapita pertahun sedangkan Malaysia sebanyak 80Kg/kapita pertahun.

“Konsumsi beras kita lebih tinggi dibandingkan Jepang dan Malaysia,” ujar Kepala Bidang Konsumsi dan Keamanan Pangan Badan Ketahanan Pangan Daerah (BKPD) Jabar Lilis Irianingsih di Bandung, Senin (17/9).

Menurut Lilis, tingginya konsumsi beras masyarakat Jabar perlu ditekan mengingat kondisi penyusutan lahan pesawahan. Penyusutan itu disebabkan alih fungsi lahan menjadi lahan pemukiman, industri dan lainnya.

“Lahan sawah setiap tahunnya menyusut karena berubah menjadi lahan pemukiman dan lainnya. Terlebih, jumlah penduduk juga bertambah banyak,” jelasnya

Lilis menegaskan, pihaknya terus berupaya merubah perilaku konsumsi beras masyarakat dengan cara menggenjot konsumsi masyarakat kepada komoditas pangan lainnya.

Dia menyebut, ada 14 komoditi penunjang pangan masyarakat. Yakni singkong, pisang, ubi jalar, jagung, ganyong, talas, sorgum, hanjeli, jalaure, sukun, suweg, gadung, kentang dan labu kuning.

"Ke-14 komoditi itu dinilai bisa menjadi subtitusi beras demi menjaga ketahanan pangan,” papar Lilis.

Selain itu, Lilis juga mengaku tengah giat melakukan sosialisasi kepada masyarakat dengan cara memberikan pemahaman prinsip-prinsi menjaga ketahanan pangan. Upaya persuasif itu juga didukung dengan berbagai kegiatan promosi salah satunya gelaran De'Syukron 2.

“Kami melakukan pelatihan pangan dan pada gelaran De'Syukron 2 dan berhasil masuk Museum Rekor Indonesia (Muri) kategori olahan pangan non beras non terigu dengan varian terbanyak,” jelasnya.