Kepramukaan Membentuk Karakter Kebangsaan


NERACA

Pendidikan di Indonesia sedang gencar-gencarnya mensosialisasikan dan memasyarakatkan pendidikan kebangsaan sebagai satu bentuk  cara demi mewujudkan cinta tanah air yang efektif untuk menuju negara Indonesia yang sejahtera

Berlatar dari degradasi moral yang ada di tengah-tengah masyarakat yang terjadi saat ini, telah mendorong pemerintah untuk mengonsep ulang sistem pendidikan yang diterapkan di Indonesia.

Oleh karena itu, Gerakan Pramuka sebagai organisasi mitra pemerintah, idealnya menjadi salah satu penopang penting dalam pembentukan mental moralitas kebangsaan kaum muda yang sangat strategis.

Dalam usianya yang sudah mencapai 51 tahun pada 14 Agustus 2012 lalu, Pramuka, suatu aktivitas pendidikan di luar lingkungan sekolah yang dikemas dalam bentuk kegiatan menarik dan menyenangkan dan dilakukan di alam terbuka ini memiliki tujuan akhir pembentukan watak, akhlak dan budi pekerti luhur.

14 Agustus 1961 atau 51 tahun yang lalu Gerakan Pramuka didirikan. Bapak pandu pramuka dunia adalah Lord Robert Baden Powell, sedangkan untuk di Indonesia adalah Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Pramuka merupakan singkatan dari Praja Muda Karana, yang memiliki arti rakyat muda yang suka berkarya.

Pramuka membagi anggota ke dalam 4 tingkatan, yang meliputi Pramuka Siaga (7-10 tahun), Pramuka Penggalang (11-15 tahun), Pramuka Penegak (16-20 tahun) dan Pramuka Pandega (21-25 tahun).

Gerakan Pramuka didirikan sebagai penyelenggara pendidikan kepanduan Indonesia yang bertujuan untuk membina kaum muda dalam mencapai sepenuhnya potensi-potensi spiritual, sosial, intelektual dan fisiknya.

Sehingga dengan pramuka bisa membentuk kepribadian dan akhlak mulia kaum muda, menanamkan semangat kebangsaan, cinta tanah air dan bela negara bagi kaum muda, meningkatkan keterampilan kaum muda untuk siap menjadi anggota masyarakat yang bermanfaat, patriot dan pejuang yang tangguh, serta menjadi calon pemimpin bangsa yang handal pada masa depan.

Dengan konsep dan tujuan yang jelas seperti ini, maka sungguh tidak bijaksana jika kegiatan non formal ini tidak dimasukkan dalam kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler di sekolah.

 

BERITA TERKAIT

Wisuda dan Dies Natalis ke 63, Rektor Moestopo : Terapkan Integritas, Profesionalisme dan Entrepreneurship Dalam Dunia Profesi

NERACA Jakarta – Universitas Moestopo Beragama menggelar wisuda dan Dies Natalis ke 63 di Jakarta Convention Centre (JCC) pada Selasa…

Mempersiapkan Perlengkapan Sebelum Masuk Sekolah

  Perlengkapan sekolah adalah hal yang sangat penting untuk disiapkan setelah libur panjang, salah satunya setelah libur Lebaran. Banyak persiapan yang perlu…

Blokir Game yang Memuat Unsur Kekerasan

  Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) kembali mengungkapkan pandangannya terkait game-game yang sering dimainkan kalangan anak-anak. Menurut lembaga tersebut, sudah seharusnya…

BERITA LAINNYA DI

Wisuda dan Dies Natalis ke 63, Rektor Moestopo : Terapkan Integritas, Profesionalisme dan Entrepreneurship Dalam Dunia Profesi

NERACA Jakarta – Universitas Moestopo Beragama menggelar wisuda dan Dies Natalis ke 63 di Jakarta Convention Centre (JCC) pada Selasa…

Mempersiapkan Perlengkapan Sebelum Masuk Sekolah

  Perlengkapan sekolah adalah hal yang sangat penting untuk disiapkan setelah libur panjang, salah satunya setelah libur Lebaran. Banyak persiapan yang perlu…

Blokir Game yang Memuat Unsur Kekerasan

  Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) kembali mengungkapkan pandangannya terkait game-game yang sering dimainkan kalangan anak-anak. Menurut lembaga tersebut, sudah seharusnya…