Defisit Transaksi Berjalan Masuki Dampak Psikologis

NERACA

Bandung--Defisit transaksi berjalan sampai triwulan II yang mencapai 6,9 miliar dolar AS atau 3,1 % dari PDB sudah melewati level psikologis yang ditentukan pasar. "Defisit transaksi berjalan sebesar 3,1 % dari PDB itu sudah melewati level psikologis. Jadi harus sudah diwaspadai karena. meski belum diambang krisis, dampaknya bisa nyambung ke sektor riil lalu ke perbankan," kata Direktur Kepala Grup Neraca Pembayaran Departemen Statistik dan Moneter BI Doddy Zulverdi di Bandung, Minggu.

Menurut Doddy, defisit transaksi berjalan mulai terjadi sejak triwulan IV 2011 akibat melemahnya volume dan harga ekspor komoditi, sementara laju impor terus meningkat terutama untuk barang baku dan barang modal. Defisit tersebut kemudian semakin membesar pada triwulan I dan II 2012 ini. Defisit transaksi berjalan triwulan IV 2011 tercatat sebesar 2,2 miliar dolar AS, sementara triwulan I dan II 2012 defisit bertambah menjadi 3,2 miliar dolar dan 6,9 miliar dolar.

Lebih jauh kata Doddy, defisit transaksi berjalan akan bisa memburuk jika tidak ada kebijakan yang dilakukan untuk menguranginya, karena bisa berdampak terhadap meningkatnya tekanan nilai tukar dan jumlah cadangan devisa yang akan semakin berkurang. "Meski dalam dua tahun ke depan belum akan menjadi krisis, kondisi ini harus diantisipasi jangan dibiarkan terlalu lama atau menjadi memburuk," tambahnya

Doddy mengatakan, selain akan meningkatkan terhadap nilai tukar, defisit transaksi berjalan juga akan mengganggu kesinambungan pertumbuhan ekonomi karena tingginya investasi yang masuk diiringi peningkatan impor dan tidak diimbangi pertumbuhan ekspor.

Namun Doddy memperkirakan pada semester II defisit transaksi berjalan akan membaik dan menurun menjadi dua % dari PDB dan Neraca Pembayaran Indonesia akan kembali mencatat surplus, karena ekspor diperkirakan kembali tumbuh positif di triwulan IV, sementara impor akan lebih rendah.

Sementara surplus transaksi modal dan finansial juga akan lebih besar baik PMA, investasi portofolio maupun penarikan utang luar negeri. Bank Indonesia dan Pemerintah, pada Jumat (11/8) merumuskan langkah-langkah kebijakan dalam rangka mengatasi meningkatnya defisit transaksi berjalan.

Bank Indonesia akan menempuh empat langkah. Pertama, BI akan terus melakukan stabilisasi nilai tukar Rupiah sesuai dengan kondisi fundamentalnya untuk mendukung penyesuaian keseimbangan eksternal tersebut.

Kedua, memperkuat operasi moneter untuk mendukung stabilitas nilai tukar Rupiah dan pengendalian likuiditas. Sejalan dengan itu, sementara suku bunga BI Rate dipertahankan tetap pada tingkat 5,75 %, koridor bawah operasi moneter dipersempit dengan menaikkan suku bunga deposit facility sebesar 25bps dari 3,75 % menjadi 4,00 %.

Ketiga, meningkatkan pendalaman pasar valas, termasuk dengan merelaksasi ketentuan terkait tenor forward dengan non residen dari yang sebelumnya minimum tiga bulan menjadi minimum satu minggu.

Keempat, kebijakan makroprudential melalui pengelolaan pertumbuhan kredit dengan memperkuat implementasi loan to value (LTV) termasuk rencana penerapan untuk industri keuangan berbasis syariah dan larangan pemanfaatan Kredit Tanpa Agunan (KTA) untuk uang muka kredit.

Sementara itu, Deputi Gubernur Bank Indonesia Halim Alamsyah menyatakan optimistis defisit transaksi berjalan akan membaik pada semester II 2012, dengan berbagai kebijakan yang dilakukan BI dan Pemerintah. "Sampai akhir tahun masih akan bagus, begitu juga tahun 2013. Tetapi harus ada langkah-langkah yang tidak lagi 'bussines as ussual," imbuhnya.**ria/cahyo

BERITA TERKAIT

Peruri : Permintaan Pembuatan Paspor Naik Tiga Kali Lipat

    NERACA Jakarta – Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Perum Peruri) mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri…

Jika BBM Naik, Inflasi Diprediksi Capai 2,5-3,5%

  NERACA Jakarta – Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia memperkirakan inflasi di kisaran 2,5-3,5 persen pada tahun 2024…

Kemenhub Siap Fasilitasi Investasi Jepang di Proyek TOD MRT Jakarta

    NERACA Jakarta – Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan pihaknya siap memfasilitasi investor dari Jepang untuk pengembangan…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Peruri : Permintaan Pembuatan Paspor Naik Tiga Kali Lipat

    NERACA Jakarta – Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Perum Peruri) mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri…

Jika BBM Naik, Inflasi Diprediksi Capai 2,5-3,5%

  NERACA Jakarta – Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia memperkirakan inflasi di kisaran 2,5-3,5 persen pada tahun 2024…

Kemenhub Siap Fasilitasi Investasi Jepang di Proyek TOD MRT Jakarta

    NERACA Jakarta – Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan pihaknya siap memfasilitasi investor dari Jepang untuk pengembangan…