RSBI, Jadi Sarana Mereguk Uang

Oleh: Kamsari

Wartawan Harian Ekonomi NERACA

Ada orang tua murid yang mengaku tertawa geli kala melihat seorang pejabat Kementerian Pendidikan Nasional menjelaskan keunggulan dari sekolah RSBI. Kalau ada yang belum tahu, RSBI adalah Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional. Namun belakangan RSBI telah terpeleset menjadi Rintisan Sekolah Bertarif Internasional, karena biayanya yang amat mahal, atau Rintisan Sekolah Berbahasa Indonesia, karena gurunya hanya bisa dua bahasa, bahasa Indonesia dan bahasa daerah. Jadilah sekolah itu membuka kelas bilingual, kelas yang berbahasa daerah dan berbahasa Indonesia. Bukan kelas berbahasa Inggris.

Boleh jadi, pelesetan yang muncul merupakan satu bentuk ungkapan kekecewaan masyarakat terhadap tergelincirnya Kemendiknas dalam menafsirkan makna RSBI.

Sekolah bertaraf internasional seperti yang diamanatkan UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), ingin membentuk manusia Indonesia yang memiliki kemampuan global namun tetap berbudaya lokal.

Boleh jadi ide RSBI sebenarnya bagus. Tetapi perkembangan yang terjadi malah menyedihkan. Sekolah ingin bahasa pengantar di sekolah RSBI adalah bahasa Inggris. Guru dan murid, berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Inggris. Tapi kemampuan berbahasa guru-gurunya sangat jauh dari memadai. Alhasil, mimpi itu sudah rontok sejak awal.

Mimpi lainnya, adalah guru-guru di RSBI memiliki kompetensi lebih bagus dibanding guru di sekolah biasa. Tapi sejauh ini, tidak ada satupun survey dari Kemendiknas yang bisa membuktikan bahwa guru-guru di RSBI memang memiliki kualitas yang lebih baik dibanding guru-guru di sekolah non RSBI.

Kalau mau bukti, lihat saja menjamurnya kursus bahasa asing atau bimbingan belajar. Semua bimbingan belajar itu bahkan berani mengklaim bahwa murid yang berhasil melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi adalah hasil didikannya, bukan hasil didikan sekolah RSBI.

Adanya RSBI juga menimbulkan keluhan banyak orang tua murid lantaran RSBI mematok biaya amat tinggi kepada orang tua calon muridnya. Bayangkan, salah satu sekolah RSBI mensyaratkan adanya sumbangan dari orang tua murid hingga Rp 80 juta lebih.

Tak pelak, mahalnya biaya di sekolah RSBI telah membebani orang tua. Padahal, pemerintah sudah menambah besaran dana pendidikan dalam Anggaran Pendidikan dan Belanja Negara (APBN) hingga 30%. Dalam tahun 2011 misalnya, besaran anggaran pendidikan di APBN mencapai Rp 230 triliun. Belum lagi anggaran pendidikan dari APBD dan sumbangan swasta melalui aksi CSRnya.

Alhasil, RSBI belum mampu memenuhi harapan masyarakat. Bahkan ada sebagian masyarakat yang mengeluh karena mahalnya sekolah di RSBI. Sudah begitu, saat ikut Ujian Nasional (UN), ternyata nilai UN siswa RSBI lebih rendah daripada siswa kelas reguler.

Kini RSBI tak lebih dari sekedar proyek uji coba Kemendiknas. Kalau ada yang diuntungkan dari keberadaan RSBI, sudah pasti bukan orang tua murid. Kalau mau tahu, RSBI hanya menjadi santapan empuk para guru dan oknum pegawai Kemendiknas. Lantaran, RSBI kini hanya sekedar sarana untuk mereguk uang dari orang tua murid. Saat ini, itu saja keunggulan RSBI.

BERITA TERKAIT

Rupiah Limbung, Bagaimana Bisnis Syariah ?

Oleh: Agus Yuliawan (Pemerhati Ekonomi Syariah) Pelaku bisnis beberapa hari ini dihadapkan dengan masalah yang pelik dengan  melemahnya nilai tukar…

Tantangan APBN Usai Pemilu

   Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Pemilu untuk Presiden dan Wakil Presiden, serta DPR, DPD…

Kolaborasi Hadapi Tantangan Ekonomi

Oleh: Sri Mulyani Indrawati Menteri Keuangan Proses transisi energi yang adil dan terjangkau cukup kompleks. Untuk mencapai transisi energi tersebut,…

BERITA LAINNYA DI

Rupiah Limbung, Bagaimana Bisnis Syariah ?

Oleh: Agus Yuliawan (Pemerhati Ekonomi Syariah) Pelaku bisnis beberapa hari ini dihadapkan dengan masalah yang pelik dengan  melemahnya nilai tukar…

Tantangan APBN Usai Pemilu

   Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Pemilu untuk Presiden dan Wakil Presiden, serta DPR, DPD…

Kolaborasi Hadapi Tantangan Ekonomi

Oleh: Sri Mulyani Indrawati Menteri Keuangan Proses transisi energi yang adil dan terjangkau cukup kompleks. Untuk mencapai transisi energi tersebut,…