Oleh : Agus Yuliawan
Pemerhati Ekonomi Syariah
Usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) selama ini dikenal dalam tahan banting terhadap krisis keuangan, terbukti dalam beberapa krisis ekonomi yang pernah melanda di tanah air ini. Para pelaku UMKM sebagai penopang kekuatan ekonomi. Tapi, kesaktian para pelaku UMKM kink mulai goyang ditengah kepungan dari produk luar negeri yang membanjiri dan sangat mudah untuk memperolehnya dengan cara berinteraksi segenggam android di tangan kita.
Rata-rata barang masuk impor di negeri kita tersebut, adalah barang dari negeri China yang sangat murah dan nyaris diluar nalar ilmu pengetahuan berbisnis. Hal ini menjadikan warning bagi pemerintah dan para pelaku UMKM di Indonesia, bagaimanaa strategi menghadapinya.
Ada beberapa alasan mengapa produk China itu murah sekali. Pertama, dukungan insentif fiskal pemerintah China khususnya kepada para pelaku usaha yang kompetitif cukup tinggi. Dengan insentif fiskal, maka para pelaku usaha di China ada keringanan dalam memproduksi barang yang diperlukan pasar. Kedua, banyaknya diversifikasi produk meskipun produk tersebut sejinis, dengan demikian pasar akan disuguhkan dengan banyaknya pilihan produk. Ketiga, produk yang dibuat dengan produksi secara massal dengan demikian akan melahirkan produk harga yang murah.
Keempat, loyalitas karyawan kepada perusahaan sehingga menunjukkan corporate culture, hal ini menjadikan simbiosisme mutualisme. Kelima, maraknya home industri yang terintegrasi dengan corporate dengan demikian saling sinergi dalam menumbuhkan ekonomi. Keenam, penciteraan lebih penting dari keuntungan, dengan strategi penciteraan yang kuat akan melahirkan pasar emosional sehingga mendukung pendapatan omzet. Enam setrategi inilah yang selama ini dimiliki oleh China dalam menguasai pasar dunia termasuk Indonesia.
Melihat strategi China yang demikian, pemerintah tak bisa diam begitu saja, para pelaku UMKM juga harus berbenah, jika tidak tergilas dengan keserakahnya China yang ekspansif tersebut. Untuk mengantisipasinya membangun perilaku konsumen yang cerdas juga sangat membantu agar produk UMKM tetap terangkat, diantaranya dengan bangga menggunakan produk dalam negeri. Konsep ini diterapkan oleh Jepang dan Korea Selatan sehingga menjadikan produk UMKM tetap bisa eksis.
Kemudian sektor fiskal dan kredit perbankan, pemerintah hendaknya, memberikan kebijakan yang longgar terhadap fiskal pelaku UMKM apalagi UMKM yang berorientasi pada ekspor. Begitu juga sektor perbankan bahwa, orientasi dalam penyaluran kredit atau pembiayaan bukan hanya konsumtif saja tapi ditekankan pada sektor produktif dengan harga yang rendah. Dengan kebijakan populis seperti ini memberikan gairah kepada pelaku usaha untuk lebih produktif.
Agar terkaman produk luar negeri ke pasar domestik tidak ugal-ugalan, pemerintah harus punya fokus dan melakukan deregulasi yang menghambat produk UMKM mendunia. Jika diperlukan pemerintah bisa turun langsung mengfasilitasi dan memberikan insentif jika ada pelaku UMKM yang sungguh-sungguh mengembangkan usaha. Kebijakan ini harus terintegrasi dan tidak tumpang tindih dengan kebijakan daerah atau institusi lain. Semoga ini bisa diwujudkan.
Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Selain bulan Ramadhan merupakan bulan yang penuh keberkahan dan ampunan, bulan yang suci…
Oleh: Dr. Edy Purwo Saputro, MSi Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Ada pemandangan aneh ketika kemarin rakyat rela…
Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal Risiko dapat dimaknai sebagai kemungkinan terjadinya suatu kejadian yang…
Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Selain bulan Ramadhan merupakan bulan yang penuh keberkahan dan ampunan, bulan yang suci…
Oleh: Dr. Edy Purwo Saputro, MSi Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Ada pemandangan aneh ketika kemarin rakyat rela…
Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal Risiko dapat dimaknai sebagai kemungkinan terjadinya suatu kejadian yang…