Ilusi Pertumbuhan Dua Digit

Oleh: Nailul Huda

Peneliti INDEF

Saat debat kelima Pilpres 2019, salah satu Paslon mengutarakan keinginan untuk memperbaiki ekonomi hingga tumbuh dua digit. Rata-rata pertumbuhan ekonomi saat ini berada di angka 5%. Artinya, pertumbuhan ekonomi yang diciptakan dua kali lebih besar daripada pertumbuhan ekonomi saat ini. Perlu effort produksi dua kali lipat dari effort sekarang. Apakah mungkin?

Dalam menargetkan pertumbuhan ekonomi, rasa-rasanya kita perlu menggunakan sifat realistis kita daripada sifat optimis. Pertumbuhan ekonomi sebuah negara dibutuhkan peran dari negara lain. Jika negara-negara lain sedang melambat besar kemungkinan pertumbuhan ekonomi Indonesia juga melambat. Seperti beberapa tahun terakhi yang menunjukkan adanya perlambatan ekonomi dunia, termasuk ekonomi Tiongkok, Amerika Serikat, hingga Eropa, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia ikut melambat. Keterkaitan ini erat dengan arus ekspor impor, investasi, bahkan pasar keuangan dari negara-negara lain ke Indonesia. Maka selama beberapa tahun terakhir yang digenjot adalah pertumbuhan ekonomi yang ditopang dari dalam negeri seperti konsumsi masyarakat dan pengeluaran pemerintah.

Karena sumber pertumbuhan yang ditopang oleh konsumsi rumah tangga membuat pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan tinggi juga mempunyai dilema. Guna mempercepat pertumbuhan ekonomi dua kali lipat, maka konsumsi masyarakat harus dijaga bahkan digenjot dua kali lebih cepat. Maka inflasi harus dijaga agar rendah dengan cara menyediakan bahan pangan dari impor. Dampaknya adalah impor membengkak pada tahun lalu. Defisit perdagangan terjadi setelah kurang lebih dua dekade kita selalu surplus. Dalam jangka waktu tertentu rupiah akan cukup tenggelam. Hal ini justru merugikan masyarakat secara agregat.

Dengan menggenjot pengeluaran pemerintah pun akan mendatangkan dampak yang justru melemahkan konsumsi pemerintah. Pengeluaran pemerintah yang dinaikkan akan membawa dampak pada kenaikan harga secara umum. Apabila kedua kebijakan digabung (menggenjot konsumsi dan mengebut pengeluaran pemerintah) maka impor yang dibutuhkan akan semakin meningkat. Neraca perdagangan dan akun berjalan akan remuk menyebabkan rupiah semakin ambruk. Maka target pertumbuhan ekonomi dua digit sangat tidak realistis.

Pertumbuhan ekonomi hendaknya ditargetkan tidak muluk-muluk dengan mengedepankan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. Berkualitas disini artinya pertumbuhan ekonomi yang menciptakan kesetaraan penduduk dalam akses ekonomi, mengurangi ketimpangan, dan menghasilkan penyerapan tenaga kerja. Maka diperlukan strategi pemerintah dengan visi menghadirkan peran pemerintah di setiap lini ekonomi masyarakat dan di setiap daerah.

Hiruk pikuk pilpres harus dijadikan ajang perang gagasan yang terukur bukan hanya ilusi. Masyarakat sekarang harus diposisikan sebagai rasional voters yang bisa membedakan mana yang realistis mana yang cuma ilusi.

BERITA TERKAIT

Tantangan APBN Usai Pemilu

   Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Pemilu untuk Presiden dan Wakil Presiden, serta DPR, DPD…

Kolaborasi Hadapi Tantangan Ekonomi

Oleh: Sri Mulyani Indrawati Menteri Keuangan Proses transisi energi yang adil dan terjangkau cukup kompleks. Untuk mencapai transisi energi tersebut,…

Dunia Kepelautan Filipina

  Oleh: Siswanto Rusdi Direktur The National Maritime Institute (Namarin)   Dunia kepelautan Filipina Tengah “berguncang”. Awal ceritanya dimulai dari…

BERITA LAINNYA DI

Tantangan APBN Usai Pemilu

   Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Pemilu untuk Presiden dan Wakil Presiden, serta DPR, DPD…

Kolaborasi Hadapi Tantangan Ekonomi

Oleh: Sri Mulyani Indrawati Menteri Keuangan Proses transisi energi yang adil dan terjangkau cukup kompleks. Untuk mencapai transisi energi tersebut,…

Dunia Kepelautan Filipina

  Oleh: Siswanto Rusdi Direktur The National Maritime Institute (Namarin)   Dunia kepelautan Filipina Tengah “berguncang”. Awal ceritanya dimulai dari…