"Revisi" RAPBN-P 2012 - Penerimaan Pajak Diturunkan Jadi Rp1.011 T

NERACA

Jakarta-- Pemerintah menjelaskan penerimaan negara dari dalam negeri yang tertuang dalam RAPBN-P 2012 mencapai Rp1.343 triliun. Padahal sebelumnya penerimaan  yang ditetapkan dalam APBN 2012 mencapai sebesar Rp1.310 triliun.  Penerimaan dalam negeri tersebut terdiri atas dua komponen yaitu penerimaan perpajakan, dimana dalam RPABN-P 2012 kali ini hal tersebut mengalami penurunan menjadi Rp1.011 triliun dari semula pada APBN-P 2012 sebesar Rp1.032 triliun

Hal itu terungkap dari Nota Keuangan dan RAPBN-P 2012, Jakarta, Rabu (7/3/2012). Adapun penurunan penerimaan perpajakan tersebut berkaitan dengan rendahnya basis perhitungan penerimaan perpajakan karena tidak tercapainya target penerimaan di 2011, dan lebih kecilnya basis penerimaan perpajakan yang ditandai oleh menurunnya pendapatan secara nasional sebagai akibat menurunnya pertumbuhan ekonomi.

Lalu penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dalam RAPBN-P 2012 diusulkan sebesar Rp331,913 triliun dari yang dusulkan dalam APBN 2012 sebesar Rp277,991 triliun. Sementara untuk penerimaan hibah dalam RAPBN-P 2012 diusulkan sebesar Rp825,1 miliar, dimana angka tersebut tidak berubah dalam APBN 2012 terdahulu.          

Koreksi tersebut juga terjadi pada asumsi inflasi, pemerintah berencana merevisi asumsi inflasi dalam RAPBN-P 2012 menjadi 7% secara year on year (yoy) dari target pemerintah saat ini sebesar 5,3%. Alasanya adalah kenaikan inflasi tersebut dikarenakan terkait dengan rencana pemerintah untuk menaikkan harga Bahan Bakar Minyak bersubsidi (BBM). Selain itu, jika dilihat dari pertumbuhan perekonomian dalam asumsi RAPBN-P 2012 pertumbuhan ekonomi 2012 yoy sebesar 6,5% dari APBN 2012 sebesar 6,7%.

Dalam paparan tersebut, pemerintah menjelaskan, meskipun fundamental ekonomi domestik cukup baik dan didukung dengan rencana pemanfaatan Saldo Anggaran Lebih (SAL) untuk tambahan belanja infrastruktur, namun tekanan dari perlambatan ekonomi dunia dan dampak inflationary kebijakan dibidang energi diperkirakan cukup signifikan.

Sehingga, pemerintah juga memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi menjadi 6,5%  dari sebelumnya 6,7%. Sementara untuk nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akan dikoreksi ke atas menjadi Rp9.000 per USD di mana pada APBN 2012 tercatat sebesar RP8.800 per USD.

Selain itu, revisi juga dilakukan untuk lifting minyak dalam RAPBN-P 2012 menjadi 930 ribu barel per harinya di mana pada APBN 2012 asumsi lifting minyak sebesar 950 ribu barel per harinya.  Untuk asumsi harga minyak dalam RAPBN-P 2012 sebesar USD105 per barel dibandingkan dengan APBN 2012 sebesar USD90 per barel. Lalu untuk suku bunga SPN tiga bulan dalam RAPBN-P 2012 menjadi lima persen dari APBN 2012 sebesar 6%. **mohar

BERITA TERKAIT

Peruri : Permintaan Pembuatan Paspor Naik Tiga Kali Lipat

    NERACA Jakarta – Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Perum Peruri) mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri…

Jika BBM Naik, Inflasi Diprediksi Capai 2,5-3,5%

  NERACA Jakarta – Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia memperkirakan inflasi di kisaran 2,5-3,5 persen pada tahun 2024…

Kemenhub Siap Fasilitasi Investasi Jepang di Proyek TOD MRT Jakarta

    NERACA Jakarta – Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan pihaknya siap memfasilitasi investor dari Jepang untuk pengembangan…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Peruri : Permintaan Pembuatan Paspor Naik Tiga Kali Lipat

    NERACA Jakarta – Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Perum Peruri) mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri…

Jika BBM Naik, Inflasi Diprediksi Capai 2,5-3,5%

  NERACA Jakarta – Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia memperkirakan inflasi di kisaran 2,5-3,5 persen pada tahun 2024…

Kemenhub Siap Fasilitasi Investasi Jepang di Proyek TOD MRT Jakarta

    NERACA Jakarta – Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan pihaknya siap memfasilitasi investor dari Jepang untuk pengembangan…